Thursday, March 30, 2017

Inspirasi Al Qur'an dari kisah Nabi Musa dan Fir’aun

Ceramah disampaikan oleh Ustadz Fahmi Salim, Lc di Mushalla Tarbiyah, tanggal 1 Rajab 1438 atau 30 Maret 17.

Ada 10 hikmah yang bisa kita peroleh dari kisah Nabi Musa dan Fir’aun dalam Al Qur’an.

1 Rencana Allah pasti terlaksana

Allah punya cara untuk menyelamatkan risalahnya. Orang kafir ingin memadamkan cahaya Islam, tapi Allah akan menjaga sampai akhir zaman. Ada ataupun tidak ada kita.

Bayi Musa yang tak berdaya, Allah selamatkan dari pembunuhan bayi laki-laki, masuk ke istana dan justru nantinya melawan Fir’aun. Ketika Allah perintahkan untuk mendatangi Fir’aun, Nabi Musa gentar karena yang dihadapi adalah orang tuanya, yang memiliki kekuasaan dan kekuatan yang besar. Tapi Allah mengingatkan beliau bahwa dulu ketika masih bayi dan belum seperti sekarang, Allah selamatkan Nabi Musa. Maka sekarang pergi saja, Allah yang akan menyelesaikan.

2 Hati manusia ada dalam genggaman Allah

Dalam surat Al Qashash, bayi Musa yang masih merah dan baru saja lahir, belum sempat ada keterikatan dengan ibunya, dihanyutkan ke sungai Nil. Allah kemudian melunakkan hati istri Firaun dan mengambil bayi Musa sebagai permata hati kerajaan. Allah berikan kekuatan hati untuk ibu Musa untuk melepaskan bayi Musa, dan memerintahkan kakak perempuan bayi Musa untuk mengikuti.

Hikmah bagi kita, dakwah harus kekuatan hati, karena takdir Allah akan bekerja, kita harus tetap pasrah.

Karena ada keajaiban, bayi Musa tidak mau berhenti menangis walaupun sudah dicoba disusui oleh berbagai ibu susu. Sampai akhirnya kerajaan membuat sayembara, dan saudari bayi Musa ikut serta, lalu menunjukkan kepada mereka wanita yang akan membuat bayi itu tidak menangis lagi. Allah kembalikan Musa pada ibunya, agar ia tenang dan tidak sedih, karena janji Allah pasti benar.

Hidup harus kita arungi dengan yakin, tabah, dan tawakal, dengan kepercayaan bahwa yang terjadi pasti yang terbaik. Dan akan tiba nikmat yang tidak terduga.

3 Kita tidak bisa mengatur iman orang lain

Fir’aun merasa sebagai tuhan, namun istrinya mengakui Allah sebagai tuhannya. Dalam surat At Tahrim, istri Fir’aun disebut dengan “imroah” bukan “zauj” atau “ahli”, atau artinya adalah perempuan Fir’aun, bukan istri atau keluarga.
Karena Fir’aun hanya bisa menguasai fisiknya, tapi bukan hatinya

Istri Fir’aun berdoa, “Bangunkan untukku rumah di surga dan selamatkan aku dari Firaun.”
Sebaliknya dengan Nabi Nuh dan Nabi Luth, orang-orang soleh dengan istri yang melanggar perintah Allah.

4 Rumah bersifat rahasia

Fir’aun dan istrinya adalah suami istri yang hidup dalam satu rumah, tetapi bisa menjadi asing satu sama lain, karena yang bisa menyatukan adalah hati yang tunduk pada Allah.

5 Kekuatan tentara tidak bisa menghalangi seseorang beriman, yang tidak gentar dengan ancaman apa pun

Penyihir di masa Nabi Musa bisa dianalogikan dengan media saat ini, yang memutarbalikkan berita bagi masyarakat.

Para penyihir ketika sadar bahwa kalah menghadapi mukjizat Nabi Musa, lalu diancam oleh Fir’aun ketika akan pindah menjadi beriman, dan Fir’aun berkata bahwa semua yang ada di sana saat itu berada dalam kekuasannya, dan menuduh mereka melakukan makar agar bisa mengeluarkan penduduk dari Mesir. Lalu Fir’aun mengancam akan menghukum cincang potong tangan kaki secara silang.

Sebelumnya ketika akan dilakukan lomba antara Nabi Musa dan Fir’aun, mereka menanyakan apa yang akan mereka dapatkan. Fir’aun menjanjikan kedekatan dengan Fir’aun, nikmat fasilitas. Fir’aun mendapatkan loyalitas atas fasilitas dunia yang semu. 

Ketika para penyihir berbalik menuju Allah. Maka mereka berkata bahwa Fir'aun dendam pada kami karena kami beriman pada Allah. Dan mereka berdoa untuk diberikan kesabaran, dan matikan kami muslim.

Begitulah penguasa yang zalim, ketika dalam kondisi terdesak akan menuduh makar. Dan orang beriman harus sabar karena akan diuji.

6 Pejuang kebenaran menghadapi penguasa zalim

Pejuang kebenaran akan mendapat tuduhan makar, akan dianggap memperjualbelikan agama, akan dianggap merusak.

Pada surat Gafir 26, Fir'aun menuduh bahwa ada pengacau mengancam masa depan Mesir. Dan menyampaikan bahwa ia khawatir dengan rakyatnya, bahwa Musa suka memutarbalikkan fakta, dan melakukan politisasi agama supaya rakyat tidak tunduk pada Fira'un, dan akan mengganti agama orang Mesir. Padahal justru Fir'aun yang akan melakukan hal itu.

7 Hamba sahaya budak yang menciptakan algojo bagi penguasa

Fir'aun pada awal memegang kekuasaan adalah seorang yang baik, sederhana, humble dan memukau.
Kemudian rakyat memuja Fir'aun bahkan sampai mengkultuskan, dan ia pun  menjadi tiran.

Maka rakyat jangan terlalu  mengkultuskan pemimpin dan harus berani menasihati penguasa.

Firaun berkata, "Wahai kaumku, kekuasaan Mesir berada dalam kendaliku. Sungai Nil mengalir di bawah kakiku. Bukankah aku lebih baik dari Musa?”

Rakyat Mesir di masa itu adalah contoh rakyat yang fasik, dan contoh bahwa kesombongan mengakibatkan perpecahan.

8 Bila Allah ingin menolong, Allah akan berikan sarananya yang dapat dalam bentuk yang sederhana

Untuk Nabi Musa saat itu, Allah berikan tongkat, yang ternyata bisa digunakan untuk mengalahkan penyihir dan dipukulkan ke laut Merah.

Jangan meremehkan persenjataan yang terlihat remeh dan sederhana. Doa adalah senjata terkuat orang beriman. Hubungan dengan Allah subhanahu wata’ala.

9 Hukum kausalitas hanya berlaku bagi manusia, tidak berlaku bagi Allah

Air netral, bisa menyelamatkan Nabi Musa, bisa menghancurkan dan menenggelamkan Fir’aun.
Segala isi muka bumi bisa menjadi tentara Allah

10 Penyesalan tidak berguna


Dalam surat Ghafir dijelaskan bahwa para pengikut keburukan ketika masuk ke neraka memprotes, bahwa mereka hanya rakyat kecil, yang hanya mengikuti saja ajakan pemimpin mereka. Dan para pemimpin meminta mereka diam karena sudah sama-sama di neraka. 

Tuesday, March 28, 2017

Ciri Orang Munafik

Dari Kajian Muslimah Mushalla Tarbiyah oleh Ustadzah Erika, hari Jumat, 24 Jumadil Akhir 1438, 23 Maret 2017.

Orang munafik di akhirat nanti akan berada di kerak neraka, lebih buruk daripada orang kafir yang berada di neraka jahannam selama-lamanya.

3 ciri orang munafik adalah :
1 bila berjanji, ia ingkar
2 bila berbicara, ia berbohong
3 bila diberi amanah, ia berkhianat

Salah satu ciri saja ada pada kita, maka kita harus berintrospeksi, kalau-kalau kita termasuk orang munafik.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sangat menghindari berbohong. Dalam suatu riwayat disampaikan bahwa suatu  waktu ada seorang muslim berlari melewati Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, yang sedang dikejar oleh orang kafir dan akan dibunuh. Setelah muslim itu berlalu, datanglah orang kafir yang mengejarnya dan bertanya apakah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam melihat orang tadi. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam lalu mundur dua langkah dan menjawab, “Selama saya di sini, saya tidak melihat ada orang yang lewat.”

Beberapa prinsip yang digunakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam saat itu adalah, bahwa sesama muslim harus saling melindungi, waspada bila seorang non muslim berbicara karena belum tentu benar, serta tidak boleh berbohong.  

Bahkan bercanda pun tidak diperbolehkan untuk berbohong.

Bila kita berjanji, maka sedapat mungkin harus kita tepati, kecuali ada udzur syar’i yaitu halangan-halangan yang dapat dibenarkan secara syariah, seperti sakit atau jalan sangat macet.

Ketika kita melihat ciri-ciri orang munafik, hal itu tidak dimaksudkan agar kita bisa menunjuk orang lain sebagai orang munafik. Tetapi dengan kriteria-kriteria yang ada, kita bisa lebih hati-hati dengan teman-teman yang memiliki ciri orang munafik, dan bila sangat ekstrim, ada kemungkinan sebaiknya kita tinggalkan.

Selanjutnya ciri-ciri lebih detil tentang orang munafik ada pada Al Qur’an surat An Nisa ayat 138-146.

Pada ayat 138 dinyatakan bahwa “bassyir” yang artinya berikan kabar gembira, dalam hal ini bagi orang munafik, bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. Hal ini dapat dimaknai bahwa pada dasarnya tidak ada berita gembira bagi orang munafik.

Pada ayat 139 dijelaskan ciri pertama orang munafik, yaitu orang yang mengambil orang kafir sebagai “auliya” dan meninggalkan orang mukmin. Pembahasan makna auliya antara pemimpin, sahabat, dan teman setia adalah makna yang seluruhnya benar.

Hal ini mirip dengan perdebatan antara shalat subuh dengan doa qunut atau tanpa doa qunut, sampai menimbulkan permusuhan antara dua pihak yang berbeda itu, dan justru malah berteman dengan muslim yang tidak shalat subuh, misalnya.

Makna auliya pada dasarnya sama dengan yang selama ini digunakan dalam Bahasa Indonesia, yaitu wali, misalnya wali murid, yaitu orang yang bertanggung jawab, berkuasa, memimpin.

Pada ayat 140, dijelaskan bahwa bila kita mendengar ayat Allah diperolok-olok, maka sebaiknya kita tidak duduk bersama dengan kelompok orang tersebut. Karena kita akan sama dengan orang-orang tersebut, dan walaupun kita tidak ikut menyetujui, bila kita diam, maka kita dianggap setuju. Dan bahwa orang munafik dan orang kafir akan bersama-sama di neraka jahannam bersama syaitan dan iblis.

Ciri selanjutnya pada ayat 141, yaitu bahwa orang munafik akan menunggu peristiwa yang akan terjadi pada orang mukmin. Bila mukmin menang, mereka mengaku bersama orang mukmin, dan bila orang kafir yang menang, mereka mangaku bersama orang kafir. Allah berjanji bahwa Allah tidak akan memenangkan orang kafir di akhirat.

Ciri berikutnya pada ayat 142, yaitu bahwa orang munafik itu menipu Allah, shalat dengan malas, shalat ketika dilihat orang karena riya, dan sangat sedikit mengingat Allah.

Di ayat 143, orang munafik dalam keadaan ragu ikut golongan yang mana. Mereka tidak ke kanan, tidak juga ke kiri. Sementara Islam harus berpihak kepada yang haq. Mereka selalu dalam keadaan bingung memilih mana yang benar, walaupun tanda-tandanya sudah sangat jelas.

Isi ayat 138 diulang kembali pada ayat 144, bahwa orang munafik memilih orang kafir sebagai wali dan meninggalkan orang mukmin. Di ayat ini Allah menyatakan apakah mereka menginginkan untuk diazab Allah saat ini juga?

Di ayat 145 dijelaskan bahwa orang munafik ditempatkan pada tingkatan paling bawah dari neraka. Dan tidak ada penolong.

Di ayat 146, Allah memberikan peluang bagi orang munafik untuk bertaubat, namun dengan persyaratan yang cukup sulit, yaitu bertaubat dan mengadakan perbaikan dan istiqamah dan ikhlas.  Pada persyaratan ini digunakan kata “dan” yang menunjukkan bahwa semua syarat itu harus dipenuhi, barulah taubat seorang munafik bisa diterima.

Tidak cukup dengan hanya bertaubat atas dosa yang dilakukan, orang munafik harus melakukan perbaikan yaitu memperbaiki orang-orang yang pernah diajak melakukan hal-hal yang salah tadi. Selanjutnya, harus menjalankannya dengan istiqamah dan juga ikhlas, yang bagi mukmin pun merupakan hal yang tidak mudah.

Contoh penggunaan lain kata “dan” sebagai persyaratan adalah pada surat Al Ashr, yang menyatakan bahwa semua orang dalam keadaan merugi kecuali mereka yang beriman dan beramal soleh dan mengajak kepada kebenaran dan mengajak dengan kesabaran.

Muslim harus bersama, karena setan bersama dengan orang yang sendirian. Ciri-ciri mukmin adalah orang yang melakukan perbaikan (ishlah), dan istiqamah serta ikhlas.

Harus diyakini bahwa satu kebaikan, sedekah misalnya, akan diberikan balasan 10 kali lipat dari nilai nominal walaupun tidak sama persis (dalam bentuk uang tunai sebagaimana yang kita berikan), tapi bisa berupa dihindarkan dari musibah.

Ada seorang ulama yang berinfaq 100 dinar dan sangat yakin bahwa akan mendapatkan balasan sebesar 1000 dinar. Dan tepat saat itu utusan raja membagikan uang dari raja dalam kantung-kantung yang masing-masing berisi 100 dinar. Ulama ini sedang tidak ada di rumahnya ketika kantung untuknya disampaikan. Ketika ia tiba, dia melihat bahwa hanya ada 9 kantung untuknya, yaitu 900 dinar. Ulama ini lalu bertanya kepada sang utusan bahwa seharusnya ia mendapatkan 10 kantung, dan ketika diperiksa kembali memang ada 1 kantung yang terjatuh.


Tanya Jawab : 

Bila ada orang tua dengan pemahaman berbeda, apa yang harus dilakukan?

Kepada orang tua, bila ada perbedaan pemahaman, kita harus tetap menyampaikan kebenaran dengan kesabaran dan dengan cara yang baik.

Bagaimana dengan pendapat bahwa sistem demokrasi adalah bukan sistem Islam dan seharusnya ditinggalkan saja?

 Indonesia adalah negeri sekuler. Dan di dunia belum ada negara yang menjalankan hukum Islam 100%. Yang tertinggi saat ini adalah Sudan, sekitar 90%. Saudi sekitar 50%. Apa yang tidak bisa dibetulkan semua jangan ditinggalkan semua.

Keterlibatan Islam dalam politik sudah ada sejak masa Rasulullah shalallahu ‘alalihi wasallam yang ketika tiba di Madinah selain membangun masjin, beliau membuat Piagam Madinah yaitu perjanjian dengan kaum Yahudi, antara lain menentukan batas-batas wilayah tempat tinggal kaum Yahudi dan kaum muslimin.

Dalam perang Khandak atau perang Al Ahzab, yang artinya sekutu, dalam hal ini sekutu antara muslim dan Yahudi. Pada perang tersebut atas saran Salman Al Farisi, dibuat parit yang memblokade. Ketika muslim tidak menyerah walaupun persediaan makanan makin menipis, Allah turunkan angina puting beliung dan perang pun berakhir.

Dari contoh tersebut sangat jelas bahwa Allah melihat usaha kita, bukan hasil. Allah yang akan memainkan selanjutnya, semua terjadi atas izin Allah.

Bagaimana bila ada teman yang sudah mencoba untuk memperbaiki diri, tetapi masih kurang konsisten?

Sebaiknya tetap kita hargai. Mereka yang menggunakan hijab tapi masih “buka tutup”, sebetulnya jauh lebih baik daripada “buka terus”. Karena hidayah itu berproses.


Tapi penting untuk juga memastikan bahwa kita melakukan sesuatu bukan hanya karena ikut-ikutan. 

Rukun Iman – Iman pada Hari Kiamat

Ceramah dzuhur dari Ustadz Hilman Rosyad di Masjid Tarbiyah, bulan Jumadil Awal dan Jumadil Akhir 1438, pekan terakhir. 

Prinsip iman pada hari kiamat ada 3 hal yaitu :

1 Bahwa kiamat pasti terjadi, maka kita tidak boleh meragukannya.
2 Bahwa kiamat adalah saat pertanggungjawaban atas apa yang kita perbuat di dunia
3 Bahwa hasil dari pertanggungjawaban tersebut adalah balasan surga atau neraka

Ada dua jenis kiamat yaitu kiamat sughra (kecil) dan kiamat kubra (besar). Yang sering dijelaskan dalam Al Qur’an adalah kiamat kubra, yaitu ketika berakhirnya dunia.

Kiamat terdiri atas 4 tahap yaitu :

1 Yaumul qiyamah atau yaumul ba’ats (hari kebangkitan)
2 Yaumul mahsyar, yaitu ketika seluruh manusia dikumpulkan di padang mahsyar
3 Yaumul hisab, yaitu hari perhitungan
4 Yaumul jaza’, yaitu hari pembalasan


1 Yaumul Qiyamah

Pada yaumul qiyamah atau yaumul ba’ats terjadi hari kiamat dengan berbagai ciri pada Al Qur’an dan seluruh manusia akan dibangkitkan dari kematian.


2 Yaumul Mahsyar

Pada yaumul mahsyar, dalam hadits disebutkan bahwa manusia akan menjadi seperti biji yang disemai di padang mahsyar, lalu tumbuh seperti kecambah sampai menjadi seperti bentuk akhirnya. Kemudian Allah dekatkan matahari sampai berjarak 1 jengkal dari bumi.

Semua orang akan berkeringat dengan berbagai ketinggian sesuai dosanya selama hidup.
Ada yang sampai mata kaki, ada yang sampai leher, tapi tidak ada yang tenggelam.


Ada 7 kelompok orang yang akan mendapatkan perlindungan Allah di padang Mahsyar :

Pertama, imam yang adil
Baik pemimpin negara, komunitas, keluarga, dan juga pemimpin bagi diri sendiri.

Kedua, remaja yang bertumbuh dalam suasana beribadah kepada Allah.
Maka kewajiban orang tua membesarkan anak sejak dini dengan Islam.

Ketiga, seseorang yang hatinya terkait dengan masjid.
Hal ini pun harus sejak kecil terbina. Dalam hadits disebutkan bahwa sebaik-baik tempat adalah masjid, dan seburuk-buruk tempat adalah pasar. Namun seringkali kita lebih merasa nyaman berada di mall, dan perlu kita pertanyakan kepada diri kita sendiri, apakah kita merasa nyaman berada di masjid?

Ustadz saat ini sedang menggalakkan kampanye masjid ramah anak. Situasi perkotaan saat ini menyebabkan orang tinggal di rumah yang sempit dan sifat konsumtif menyebabkan terlalu banyak barang sehingga rumah menjadi makin sempit. Ruang gerak anak menjadi terbatas.

Sehingga ketika mereka ke masjid yang luas, mereka akan gembira berlari kian kemari, apa lagi bila bertemu dengan teman. Itu adalah hal yang wajar terjadi sebagai anak-anak.

Bila kita membawa anak ke masjid dan ia duduk tenang mendengarkan ceramah selama dua jam, barangkali justru kita perlu segera ke dokter karena anak kita bisa jadi sedang sakit.

Sebaiknya disiapkan ruang khusus untuk anak-anak, ada ruang bermain, ada pemimbing, sehingga anak-anak senang pergi ke masjid. Juga ketika remaja, masjid seharusnya menjadi tempat membina remaja. Dan ketika dewasa, hatinya akan tertambat ke masjid. Dan kemudian tumbuh rasa cinta kepada sesama jamaah masjid, kepada sesama muslim. Yang akan berlanjut pada kriteria selajutnya.

Yaitu keempat, dua orang yang saling mencintai karena Allah, yang bertemu dan berpisah karena Allah.

Pada orang yang senantiasa berada dalam lingkungan yang baik, akan tumbuh Imunitas pada dosa dan maksiat, yang menjadi kriteria kelompok berikutnya.

Yaitu kelima, orang yang ketika diajak bermaksiat dengan kondisi tidak mungkin diketahui siapa pun, ia menolak karena takut pada Allah.

Baik dalam bentuk zina, peluang korupsi, ataupun berkhianat pada kontrak kerja bagi karyawan.

Keenam, adalah orang yang rajin bersedekah.
Yang karena sudah terbiasa maka tidak ingin dilihat orang lain, sehingga bahkan dapat dikatakan bahwa tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.

Hal ini juga masih berkait dengan situasi sebelumnya yaitu ketika seseorang tumbuh dalam kebiasaan ibadah kepada Allah, akan rajin ke masjid, saling mencintai dengan sesama muslim, akan dengan sendirinya bersedekah kepada orang yang membutuhkan.

Ketujuh, adalah orang yang berdzikir sendirian dengan berurai air mata.
Karena ia yakin akan adanya Allah, ia akan sungguh-sungguh berdzikir, memohon ampun dan beristighar akan dosa-dosanya.


3 Yaumul Hisab

Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al Insyiqaq.

Yaitu orang-orang mendapatkan catatan amal dari sebelah kanan, akan kembali kepada keluarganya yang sama-sama beriman dan bergembira.

Sedangkan orang-orang dengan catatan amal yang buruk mereka menghindari hisab, tapi tetap dipanggil dan akhirnya masuk ke neraka sa’ir.

Dijelaskan juga tentang adanya mizan, yaitu timbangan kebaikan dan keburukan. Kemudian shirath yaitu jalan kecil ketika keselamatan bergantung pada poin kebaikan yang kita miliki, dan bahwa segala yang kita perbuat akan dipertanggungjawabkan.

Di Yaumul Hisab ini ada syafaat yang diberikan kepada umat nabi Muhammad.Yaitu mereka yang beriman kepada Allah, beriman dari hati yang paling dalam, tentang kebenaran kerasulan Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, dan bersungguh-sungguh mencari peluang dan kunci syafaat. Mereka bisa jadi banyak dosa dan akan masuk neraka, tetapi Allah selamatkan.


Kunci syafaat ada 3 yaitu :

Pertama, memperbanyak shalawat kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.

Terdapat 5 kemungkinan untuk membaca shalawat :

A Pada saat shalat, karena shalawat merupakan rukun shalat.
B Pada doa setelah adzan. Oleh karenanya bila ada adzan, dengarkan dan jawab satu per satu, setelah selesai bacakan doa.
C Ketika mendengar, membaca, dan menulis nama Rasulullah dan turunannya. Untuk memperbanyak, kita lakukan dengan membaca kitab hadits, membaca sirah nabawiyah. Bila sudah selesai, ulangi baca kembali.
D Ketika membuka dan menutup majelis, untuk itu perbanyaklah menghadiri majelis yang ada shalawat di dalamnya.
E Ketika membuka dan menutup doa

Kedua, membaca Al Qur'anul karim. Al Qur'an akan memberikan syafaat, Al Qur'an akan mendatangkan syafaat Rasulullah.

Bila memungkinkan hafalkan seluruhnya 30 juz.

Sebagai prioritas adalah 2 surat yaitu Al Baqarah dan Ali Imran. Kedua surat tersebut dijamin akan menjadi syafiani, yaitu dua surat pensyafaat. Dihafal, difahami maknanya, dan diamalkan isinya. Dalam kedua surat tersebut terdapat banyak perintah dan larangan.

Menghafal Al Baqarah dan Al Imran sebaiknya mulai digalakkan, sedangkan hafalan juz 29 dan 30 dapat dikatakan “terlalu mainstream”.

Bila belum bisa menghafal, paling tidak sebulan sekali kedua surat tersebut dibaca, tentunya beserta surat lainnya, yang artinya minimal kita membaca 1 Day 1 Juz.

Ketiga, mengurus anak yatim. Yang merupakan perkara yang rumit dalam prakteknya.


4 Yaumul Jaza

Adalah hari pembalasan, berupa surga dengan segala kenikmatannya yang digambarkan di Al Qur’an.

Dalam surat Ali Imran 134 digambarkan bahwa surga seluas bumi dan langit.

Ada anjuran yang mengatakan bila kita membaca 100 kali laa ilaha ilallah, akan diberikan pohon rindang yang bila rindangnya dikelilingi maka kita memerlukan waktu 24 jam.

Kenikmatan surga digambarkan dalam Al Qur’an dengan sederhana, yaitu “apa yang kauinginkan”.
Berbagai buah-buahan, 70 bidadari, minuman susu, madu, khamr dari anggur, beras, dan gandum terbaik yang tidak membuat mabuk, dan para pelayan. Puncak kenikmatan di surga belum pernah terdengar dan terlihat.

Sebaliknya, neraka adalah puncak nestapa. Karena penghuninya akan dibakar, dengan api yang panasnya 70 kali panas api di bumi. Disetrika dari kiri dan kanan. Minuman yang makin diminum makin membuat haus, dan makanan yang berduri. Digambarkan bahwa neraka untuk Abu Thalib, ketika kakinya dibakar, maka bergolak sampai ke otaknya. Dan itu terjadi abadi.


Sedapat mungkin kita gambarkan surga dan neraka itu di depan mata. Dan selanjutnya miliki keinginan untuk ke surga dan ketakutan ke neraka.

Monday, March 27, 2017

Cabang Iman ke 66 - Menjauhi orang kafir dan fasik (bara')

Ceramah disampaikan oleh Ustadz Muhsinin Fauzi di Mushalla Tarbiyah tanggal 23 Jumadil Akhir 1438 atau 22 Mar 17.

Tidak boleh mukmin mengambil non muslim sebagai pemimpin.

Ada beberapa justifikasi dan versi terjemah Al Qur’an yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan aulia adalah teman setia. Namun justru ini memperluas definisinya, ketika mengambil orang kafir sebagai teman setia saja tidak boleh, apa lagi menjadi pemimpin.

Tingkat pertama keterhubungan adalah cinta dan sayang, dan kemudian mempercayakan sebagai pemimpin. Ketika disebutkan bahwa tidak boleh mengambil teman setia non muslim, sebetulnya maknanya justru menjadi lebih luas.


Orang Indonesia harus memahami pilar bernegara. Sejak masa awal, muslim seringkali dibenturkan dengan dasar negara, padahal Islam yang menentukan. Namun, pihak non muslim menggunakan seolah muslim yang salah. 

Cabang Iman ke 65 - Mendoakan Orang Bersin

Ceramah disampaikan oleh Ustadz Muhsinin Fauzi di Mushalla Tarbiyah tanggal 23 Jumadil Akhir 1438 atau 22 Maret 2017. 

Doanya adalah yarhamukallah, dan ketika sudah 3x bersin diubah menjadi syafakallah, karena kemungkinan besar orang tersebut sakit.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan di masa sekarang, ditemukan bahwa bersin melawan penyakit. Hikmah ini baru diketahui, namun doa sudah ada sejak dulu, dari Allah yang Mahatahu.  

Allah mengatur bahwa di setiap titik penting ada momen, dan dibagun agar terlihat model dari seorang muslim. Dengan demikian menjadi mudah untuk mengkampanyekan Islam.

Ketika Perancis menolak kebab yang berasal dari Maroko dan Aljazair, bila dianalisis lebih jauh, maka salah satu sebab yang mungkin adalah karena kebab bila diucapkan terdengar khas sebagai bahasa Arab, dan Arab identik dengan Islam.

Di masa penjajahan, celana adalah budaya Belanda, pribumi saat itu mengenakan sarung. Sebagian kyai menyatakan bahwa celana haram.

Salib dan simbol tertentu lainnya bukan sekedar hal yang ringan. Karena dibalik simbol ada nilai, dan di balik nilai ada asumsi dasar.

Maka dari sisi Islam, sunnah-sunnah harus diperjuangkan. Karena pertempuran peradaban pada dasarnya ada pada simbol. Baik liberal, kapitalisme vs sosialisme, dan lain-lain.

Ketika sunnah tidak berjalan, simbol Islam tidak ada. Maka budaya siapa yang akan digunakan?
Bila budaya Islam diadopsi oleh budaya lokal, maka alhamdulilllah, itu adalah hal yang positif.

Cabang Iman ke 64 – Menshalatkan Jenazah

Ceramah disampaikan oleh Ustadz Muhsinin Fauzi di Mushalla Tarbiyah, tanggal 23 Jumadil Akhir 1438 atau 22 Maret 2017. 

5 hak seorang muslim atas muslim lain, yang dari sisi lain maka adalah kewajiban seorang muslim kepada muslim yang lain, adalah :
1 Menjawab salam
2 Menengok yang sakit
3 Menshalatkan jenazah
4 Memenuhi undangan
5 Mendoakan yang bersin

Kelima hal tersebut adalah bagian dari memantapkan budaya Islam.

Budaya dapat dilihat dalam 3 tingkatan :
1 Bahasa, symbol, pakaian, humor, merk
2 Nilai dan etika perilaku
3 Pandangan hidup dan asumsi dasar

Bila terdapat perbedaan antara tingkat 1 dan tingkat 2 dan 3, maka itu adalah penipuan, atau dalam Islam disebut sebagai munafiq.
Bila dinyatakan di tingkat 2 tetapi tidak diwujudkan di tingkat 1, maka tidak terlihat. Contohnya beberapa kalangan yang menyatakan, “yang penting hatinya”, tapi tidak ada symbol yang ditampilkan.

Hal yang paling tampak ada di tingkat 1. Untuk menentukan apakah Islam ada di suatu masyarakat, maka dicek dengan apakah ada adzan di daerah tersebut.

Budaya yang bukan agama, seringkali hanya sampai tingkat 2, tidak sampai ke tingkat 3.

Muslim memiliki aturan yang baku dan sangat detil. Dan di masyarakat, disengaja atau tidak disengaja, ada pihak-pihak yang membuat peraturan yang berbeda dengan aturan muslim, seperti makan dengan tangan kiri, makan dengan berdiri, atau potongan rambut tertentu.  

Sebagai tanda bahwa kita tidak setuju dengan budaya tidak Islami, bila ada pesta dengan makan berdiri, maka kita bisa duduk di bawah, bila ada kloset duduk, kita jongkok di atas kloset tersebut. Karena produk seharusnya disesuaikan dengan budaya lokal, itu adalah kearifan lokal. Di Saudi Arabia seluruh kloset jongkok, seharusnya di Indonesia juga bisa demikian. 

Assalamualaikum dan selamat pagi jelas berbeda, dari yang terdengar pun berbeda, apa lagi maknanya.

Dalam kajian budaya, budaya adalah bagian terpenting dari peradaban. Teknologi adalah proses menuju budaya. Ketika budaya ambruk, maka pengetahuan pun akan ambruk.

Di Indonesia, ketika umat Islam berusaha meluruskan adat istiadat yang tidak syar'I, maka akan mendapatkan perlawanan yang sangat berat. Karena adat istiadat telah menjadi bagian dari budaya yang tak tergoyahkan. Mengubah budaya lebih sulit daripada mengubah kekuasaan, karena kekuasaan ada satu orang yang disasar.

Budaya seperti Rahim, lembut, tidak tampak, tetapi kokoh.  Berbeda dengan dinding yang jelas terlhat tapi mudah untuk digempur.
Analogi dalam dakwah, ketika pengajian dibuat, orang tidak melawan, tapi tidak hadir.

Kembali ke tema, dalam hadits Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa pahala untuk orang yang menshalatkan jenazah adalah 1 qirath dan bagi yang hadir di penguburan adalah 2 qirath. 1 qirath adalah sebesar gunung Uhud.

Hikmah waqiiyah dari orang yang rajin mengurus jenazah adalah ketika ia wafat pengurusannya jenazahnya akan dihadiri banyak orang. Allah akan gerakkan hati orang untuk hadir.

Ada kisah yang bisa dibaca di ngelmu.com, kisah nyata yang dialami oleh Ustadz Muhsinin tentang tetangganya, seorang perempuan guru Al Qur’an, yang juga sering mengurus jenazah, dan mencukur bayi yang baru lahir.

Beliau wafat ketika sedang menyimak muridnya membaca Al Qur’an. Awalnya terlihat mengantuk dan dibangunkan, masih sempat mengoreksi bacaan Al Qur’an muridnya, kemudian terlihat mengantuk lagi dang dibangunkan, kemudian tertidur dan wafat dengan memegang Al Qur’an, tersungkur di hadapan Al Qur'an.

Begitu banyak orang yang menshalatkan, masjid 2 lantai penuh, dan shalat jenazah dilakukan 2 kali. Beliau bukan tokoh besar, tapi Allah gerakkan hati untuk datang.

Hikmah sangat terasa ketika kita berada di makam. Dari orang yang meninggal kita bisa mendapat banyak pelajaran.

Pada ceramah jenazah, Ustadz Muhsinin biasanya menyampaikan, “Akhirnya semua orang berhenti di sini. Kita boleh mempunyai cita-cita. Tapi semua orang berhenti di sini. Dan semua tidak tahu kapan akan berhenti.”

Orang akan meninggal sesuai apa yang disukai.

Bagi yang memiliki kesempatan untuk dimakamkan dengan upacara militer, sebetulnya tidak perlu, pemakaman dengan cara Islam lebih khidmat dan lebih syar’i.

Hikmah dari peristiwa meninggal lebih masuk di hati dari 1000 ceramah. Namun tidak semua orang bisa mengambil hikmah.  

Wednesday, March 22, 2017

Ketentuan Bacaan Shalat

Dari kajian dzuhur Mushallan Tarbiyah yang disampaikan oleh Ust. M. Adil Haidar, MA, tanggal 23 Jumadil Akhir 1438 atau 22 Mar 17.

Shalat adalah amalan yang penting karena shalat yang pertama dihisab di hari kiamat nanti.

Bacaan Shalat terdiri atas Rukun dan Sunnah. 

Rukun wajib dibaca, bila dilewatkan, shalat menjadi batal.
Sunnah membuat shalat menjadi sempurna, ketika ditinggalkan tetap sah.

Bacaan Rukun

1 Takbiratul ihram, yaitu takbir yang  pertama saja. Yg lain tidak wajib (takbir intiqal).

2 Al Fatihah

3 Tasyahud akhir

4 Shalawat kepada Nabi Muhammad. Kama shalaita dst tidak wajib.

5 Salam pertama, yang kedua tidak wajib.

Kalau setelah salam pertama kita ingin buang angin, maka segera hentikan shalatnya, tidak perlu melakukan salam kedua. Kalau tetap dilakukan salam kedua dan terlanjur buang angin, maka seluruh shalat menjadi tidak sah.

Selain itu, termasuk bacaan sunnah.

Sunnah terbagi 2 yaitu :

1 Sunnah ab'ad yang bila ditinggalkan diganti dengan sujud syahwi.

2 Sunnah haiah yang bila ditinggalkan tidak perlu diganti dengan sujud syahwi.

Bacaan Al Qur'an setelah Al Fatihah sunnah, maka bila di pertengahan membaca surat lalu terlupa hafalannya, maka bisa langsung ruku'.

Ruku' termasuk gerakan rukun, tetapi bacaannya sunnah.

Shalat wajib sebaiknya dilakukan dengan sempurna. Sedangkan shalat sunnah bisa dilakukan dengan paling minimal, untuk memastikan istiqamah, daripada terputus akan sulit memulainya kembali.

Amal yang dicintai Allah adalah kontinyu walaupun sedikit, misalnya witir 1 rakaat setelah Isya.

Ketentuan Bacaan Shalat 

1 Berbahasa Arab
Baik untuk rukun, sunnah, maupun doa pribadi yang bisa dibacakan pada saat sujud, setelah tahiyat, dan setelah bacaan Al Qur'an.

Jika doa bukan dalam bahasa Arab jangan dibacakan di dalam shalat.

2 Harus dilafazhkan
Imam Nawawi menyatakan bahwa bacaan shalat tidak sah sampai lisannya bergerak, dengan perkiraan bila situasi sendirian dan sepi, kita bisa mendengar suara kita itu. Jangan juga sampai mengganggu orang lain.

3 Boleh doa dan dzikir selain yang diajarkan Rasulullah.

Suatu ketika Sahabat Rifaah membaca doa yang berbeda ketika i'tidal.

Selesai shalat Rasulullah bertanya siapa baca doa yang tidak beliau diajarkan.

Rifaah menjawab dan Rasulullah berkata bahwa beliau melihat 30 sekian malaikat berbondong-bondong ingin menulis doa itu.
(HR Bukhari)

Ibnu Hajar Al Atsqalani pada buku Fathul Bari yang merupakan Syarah Sahih Bukhari mengatakan bahwa berdasarkan hadits tersebut bisa disimpulkan atas bolehnya membuat sesuatu yang baru yang tidak ada contoh dari Rasulullah ketika tidak menyelisihi yang dicontohkan Rasulullah.

Misalnya untuk bacaan ruku' dan sujud adalah tasbih, maka boleh tasbih seperti apa pun. Namun yang lebih utama adalah yang diajarkan Rasulullah.

Kisah Imam Hasan Al Bashri

Dari ceramah dzuhur Mushalla Tarbiyah yang disampaikan oleh Ustadz Alwi Alatas, tanggal 21 Jumadil Akhir 1438 atau 20 Mar 17.


Imam Hasan Al Bashri hidup di masa kepemimpinan seorang gubernur yang zalim di Basrah yaitu Hajaj bin Yusuf. Dari nasehat-nasehatnya di masa itu, kita bisa mempelajari sikap beliau menghadapi penguasa yang zalim.


Dari Madinah ke Basrah - Iraq

Beliau lahir di Madinah dari orang tua budak yang sempat tertawan musuh, lalu menjadi budak dari Zaid bin Tsabit yang akhirnya dimerdekakan, yang bernama Yasar.

Yasar menikah dengan Khairah, budak dari Ummu Salamah, istri Rasulullah, yang juga dimerdekakan.

Khairah terkadang masih dimintai bantuan sehingga Imam Hasan Al Bashri yang saat itu masih bayi dititipkan kepada Ummu Salamah, dan bila menangis, disusui oleh beliau untuk menenangkannya.

Sebagian ulama meyakini bahwa hikmah dari menyusu kepada Ummu Salamah, kata-kata Imam Hasan Al Bashri menjadi penuh hikmah, indah dan menyentuh.

Di zamannya kata-kata beliau dipandang indah dari segi bahasa dengan isi yang juga bagus.

Di masa itu, ada lagi yg juga pandai berbahasa yaitu Hajaj bin Yusuf, walaupun ia zalim.

Imam Hasan Al Bashri lahir 2 tahun sebelum Umar bin Khattab wafat. Sehingga beliau mengalami pemerintahan Utsman bin Affan dan sering hadir pada khutbah Utsman bin Affan. Beliau berusia 14 thn waktu Utsman wafat.


Kharisma Menonjol Imam Hasan Al Bashri

Setelah itu Imam Hasan Al Bashri pindah ke Basrah di Iraq hingga wafatnya. Ketika beliau wafat seluruh penduduk Iraq hadir untuk memakamkan beliau sampai-sampai masjid kosong di waktu asar karena semua orang pindah shalat di daerah tempat Imam Hasan Al Bashri dimakamkan.

Pada suatu waktu ada seorang Arab Badui yang datang ke Basrah dan bertanya siapa tokoh atau pemimpin di kota tersebut.

Orang-orang menjawab : Hasan Al Bashri.

Orang Arab Badui itu kembali bertanya, apa yang membuat ia menjadi tokoh?

Orang-orang menjawab, karena ia tidak perlu kepada penduduk Basrah atas dunia yang dimiliki, tapi penduduk Basrah membutuhkan beliau untuk agamanya.

Beliau sangat dihormati karena sifat zuhud dan ketinggian ilmunya.

Beliau mengajar di majelis, Kelompok kelompok orang datang belajar tafsir, hadits, fikih, ushul fikih, kata hikmah.

Beliau sangat sering menangis dan terlihat sedih. Seringkali beliau seperti baru datang dari akhirat dan bercerita tentang akhirat dan orang-orang pun menangis.

Pernah ada dua orang pendeta yang juga ikut hadir mendengarkan hikmah yang disampaikan oleh Hasan Al Bashri dengan alasan bahwa kata-kata beliau seperti kata-kata Almasih. Mereka berdua juga menangis dan meninggalkan majelis itu walaupun belum selesai.

Kata-kata Imam Hasan Al Bashri berasal dari hati beliau yang ikhlas dan bersih sehingga masuk ke hati yang mendengarkan.

Beliau menjalani hidup dengan berdakwah dan mengajar, sangat menonjol dan tampan.

Pernah ada seseorang yang datang dari kota lain dan belum pernah melihat beliau, lalu ia bertemu dengan ulama lain yaitu Imam Asy Sya'bi dan bertanya tentang Imam Hasan Al Bashri.

Imam Asy Sya'bi berkata, pergilah ke mesjid jami', ada orang yang tidak seperti orang yang lain, itulah beliau. Beliau sangat kuat kharismanya


Gubernur Iraq : Hajaj bin Yusuf

Imam Hasan Al Bashri Hidup di masa peralihan dari Khulafaur Rasyidin ke Bani Umayyah.

Di masa Khulafaur Rasyidin, pemimpin memiliki kemampuan kepemimpinan negara sekaligus ilmu agama. Selanjutnya, pemimpin tidak selalu menonjol dalam ilmu agama, dan terkadang zalim, atau di bawahnya ada pemimpin zalim.

Salah satunya di masa Bani Umayyah sebelum Umar bin Abdul Aziz, yaitu di bawah kepemimpinan Abdul Malik dan Al Walid bin Abdul Malik, yaitu Hajaj bin Yusuf. Seorang pemimpin yang capable, efektif tapi kejam, dengan kekerasan, menumpas orang yang mengkritik dengan hukuman mati, termasuk ulama. Ia berkuasa selama 20 thn di Iraq.

Di masa Hajaj inilah Imam Hasan Al Bashri hidup di Irak.

Setelah masa Yazid bin Muawiyah, Madinah dipimpin oleh Abdullah bin Zubair, yang kemudian dikalahkan dan dihukum mati oleh Hajaj bin Yusuf. Kemudian Hajaj menemui ibu Abdullah bin Zubair, yaitu Asma binti Abu Bakar, dan berkata bahwa ada yang ingin ia katakan kepada Asma, Asma menjawab, “Aku tak mau mendengar, karena kamu bukan anak saya, anak saya sudah mati olehmu. Sesungguhnya Rasulullah bersabda bahwa akan muncul pendusta dan orang yang zalim. Pendusta adalah Musailamah dan yang zalim adalah kamu.”


Sikap Hasan Al Bashri kepada Hajaj bin Yusuf

Selama kepemimpinan Hajaj sempat terjadi pemberontakan, dan dari sikap Hasan Al Bashri saat itu kita bisa mengambil pelajaran.

Muslim berbeda menyikapi pemimpin muslim yang zalim. Ada yang membolehkan untuk memberontak. Ada yang melarang memberontak tetapi membolehkan menyampaikan kritik secara terbuka. Ada yang membolehkan menyampaikan kritik secara tertutup. Ada yang membolehkan mendoakan. 

Di masa itu ada ulama yang terlibat dalam pemberontakan kepada Hajaj, antara lain Ibn Al Asy'ad dan hampir berhasil sampai-sampai Hajaj sempat tergusur dari istananya. Ibn Al Asy’ad lalu mengajak Imam Hasan Al Bashri untuk bergabung, tetapi beliau tidak mau.

Said bin Zubair juga sempat memimpin pemberontakan dan akhirnya ditangkap. Pada saat penangkapan beliau berdoa agar menjadi korban terakhir dari Hajaj. Akhirnya beliau dihukum mati, dan beberapa hari kemudian Hajaj meninggal dunia.

Imam Hasan Al Bashri pernah didatangi orang-orang dan diajak untuk ikut dalam pemberontakan. Beliau menolak dan berkata :

“Saya berpandangan demikian. Saya tidak setuju dengan kezaliman. Dan saya berharap agar Hajaj diganti bila ia tidak kunjung bertobat. Tapi dia, Hajaj, tak seharusnya dilawan dengan pemberontakan.
Kalau ini hukuman dari Allah kita atas dosa-dosa kita, maka kalian tidak akan mampu menghapuskannya dengan pedang.
Kalau ini ujian dari Allah maka bersabarlah sampai datang ketentuan Allah dan Dialah sebaik-baik pemberi keputusan.
Hendaknya kamu bertaqwa, menolak dengan doa dan bertaubat atas dosa-dosa, melakukan perubahan diri dan meninggalkan dosa.”

Apa yang disampaikan oleh Imam Hasan Al Bashri tersebut terkesan pasrah dan sangat pasif. Apakah benar beliau sepasif itu?

Pada kenyataannya, Imam Hasan Al Bashri pernah menyampaikan nasihat ke Hajaj, bahkan kritik terbuka.

Suatu ketika Hajaj membangun sebuah istana yang besar. Ketika istana itu selesai dibangun, semua orang berkumpul termasuk para pengawal Hajaj dan Imam Hasan Al Bashri juga hadir. Hajaj tidak hadir saat itu.

Imam Hasan Al Bashri berkata, “Lihatlah bangunan buruk sudah dibangun ada unsur kezaliman.
Maka ingatlah Firaun yang bangunannya lebih besar, lebih tinggi, dan lebih bagus.
Kalau saja Hajaj tahu, bahwa dia direndahkan di langit, dia akan meninggalkan perbuatan seperti ini.”

Semua orang saat itu mengetahui bahwa Hajaj bila mendengar kritik, maka pelakunya akan ditangkap lalu dihukum mati. Maka saat itu sebagian orang pucat, takut hal ini terdengar oleh Hajaj, dan khawatir hukuman akan menimpa Imam Hasan Al Bashri.

Imam Hasan Al Bashri saat itu menjalankan tanggung jawab ulama untuk memberikan nasehat.

Akhirnya berita itu sampai juga kepada Hajaj. Ia pun marah, merah mukanya. Imam Hasan Al Bashri ditangkap di rumah beliau dan dibawa ke istana Hajaj.

Ketika masuk pintu istana, pengawal melihat bahwa  mulut Imam Hasan Al Bashri komat kamit.

Ketika Imam Hasan Al Bashri tiba di depan Hajaj, muka merahnya berubah, lalu ia menanyakan kabar Imam Hasan Al Bashri dan mengajak beliau duduk di sebelahnya. Mereka pun bercakap-cakap, Imam Hasan Al Bashri memberikan nasehat, dan akhirnya beliau pulang.

Pengawal yang melihat hal ini pun bingung, dan berkata, "Ya Syekh, tadi waktu saya diperintahkan menangkap engkau, muka Hajaj merah karena marah dan kami yakin engkau akan dihukum mati. Mengapa tiba-tiba berubah menjadi baik? Kami melihat ketika masuk gerbang engkau berkomat-kamit mengucapkan sesuatu. Apa yang kau ucapkan?"

Ternyata Hasan Al Bashri membaca sebuah doa sehingga dengan izin Allah Hajaj yang semula marah berubah menjadi baik.

Hajaj sebenarnya mengetahui bahwa Imam Hasan Al Bashri adalah ulama besar. Ketika ia selesai menghukum mati Said bin Zubair, ia sakit dan mengalami mimpi buruk. Ia pun menulis surat ke Imam Hasan Al Bashri, dan beliau menjawab, "Engkau sudah pernah saya nasehatkan, tapi masih juga kau lakukan keburukan."


Pentingnya Perbaikan Diri

Imam Hasan Al Bashri tetap berusaha mengingatkan, tapi tanpa kekerasan. Karena kekerasan lebih sering mengakibatkan kemudharatan bagi umat.

Nasehat penting dari Imam Hasan Al Bashri adalah bahwa pada segala kejadian, boleh jadi sumbernya bukan di luar, tapi karena diri kita sendiri, dosa kita, karena kita jauh dari Allah. Maka perbaikilah situasi dengan memperbaiki diri.

Seperti pada Imam Al Ghazali, yang juga memulai perbaikan dari diri sendiri, dengan tasawuf dan keikhlasan.

Saat itu beliau rektor di Universitas Nizamiyah, sebuah universitas terbaik di Baghad. Dan karena saat itu Islam memimpin peradaban dunia, maka Nizamiyah adalah universitas terbaik di dunia. Saat itu usia beliau 37 tahun, paling cerdas menguasai ilmu agama.

Akhirnya beliau dengan jujur mengakui bahwa belum ikhlas, karena masih ada alasan duniawi belajar dan mengajar. Dan beliau merasa berada di tepi jurang menuju masuk neraka. Beliau pun gelisah dan sakit selama 6 bulan. Lalu beliau berhenti dari jabatannya sebagai rektor dan melakukan uzlah, mengasingkan diri dan melakukan perbaikan diri.

Kembali ke Imam Hasan Al Bashri, bukan berarti beliau tidak memberikan nasihat.


Boleh jadi musibah ke kita, ada kontribusi dari dalam diri kita. Kalau kita bersungguh-sungguh memperbaiki diri, Allah akan berikan perbaikan situasi.