Seiring dengan perjalanan menghafal Al Qur’an, kita akan
tiba pada kondisi ketika kita memiliki 3 jenis hafalan. Kita langsung bahas
satu per satu yaa..
Pertama, hafalan lama.
Yaitu hafalan yang kita sudah ulang beberapa kali dengan
hafalan yang cukup lancar.
Walaupun kita sudah lancar dengan hafalan ini, hafalan ini tetap
perlu diulang. Karena sebagaimana dikatakan dalam hadits, “Sesungguhnya Al
Qur’an lebih cepat lepasnya dari unta pada ikatannya” (dikutip dari HR
Bukhari dan Muslim).
Apa lagi, dengan adanya hafalan baru yang bisa jadi memiliki
kemiripan dengan hafalan lama, ada kalanya hafalan lama menjadi “sedikit goyah”
dan tersendat-sendat, bahkan terlupa. Pengulangan untuk hafalan lama berada
dalam prioritas terakhir, tetapi jangan sampai ditinggalkan.
Kedua, hafalan tengah.
Yaitu hafalan yang kita baru saja hafal, sempat lancar,
namun sebenarnya belum cukup banyak terulang.
Walaupun sudah sempat lancar, karena belum cukup banyak
terulang, hafalan tengah ini sangat memungkinkan untuk terlupa, bahkan bisa “hilang”
cukup banyak. Maka pengulangan untuk hafalan tengah ini berada dalam prioritas
kedua, yang cukup intensif, agar terulang cukup banyak, dan akhirnya menjadi
hafalan lama.
Ketiga, hafalan baru.
Yaitu hafalan yang sedang kita hafal, sedang kita usahakan
agar bisa hafal.
Hafalan ini sedang “dalam perjuangan” untuk bisa kita ingat,
sehingga memerlukan upaya yang paling sulit dan waktu yang paling panjang. Apa
lagi dengan meningkatnya usia, biasanya waktu yang dibutuhkan akan makin
panjang J
Untuk membantu mempercepat “penanaman” hafalan ini ke dalam pikiran kita, maka
hafalan baru ini menjadi prioritas utama untuk terus diulang.
Sekarang kita masuk ke penjadwalan antara ketiga jenis
hafalan itu yaaa..
Prinsip utama dalam mengulang hafalan, adalah bahwa seluruh
hafalan harus diulang terus, dari awal sampai akhir, lalu kembali ke awal dan
terus ke akhir, dan demikian seterusnya.
Dengan ketiga kondisi tersebut, maka perlu diatur jadwal,
agar masing-masing hafalan tetap terjaga sesuai dengan kondisi dan
karakteristiknya. Karena, jika untuk semua jenis hafalan kita lakukan dengan
frekuensi yang sama, biasanya waktu kita akan tersita ketika fokus di hafalan
tengah dan baru, sehingga hafalan lama menjadi tertinggal untuk diulang dalam
waktu yang panjang.
Prinsip kedua, salah satu cara yang efektif untuk menghafal,
adalah “menyetorkan hafalan kepada Allah”, yaitu membacanya di dalam shalat.
Maka, dalam jadwal shalat kita dalam sehari, perlu dilakukan
alokasi, kapan kita mengulang hafalan lama, tengah, dan baru.
Misalnya, kita bagi sebagai berikut :
Hafalan lama di shalat malam dan shalat fardhu yang sendiri
/ berjamaah tidak bersuara.
Hafalan tengah juga di waktu yang sama, hanya di tingkat
pengulangan yang lebih sering.
Misalnya, kita sudah punya surat hafalan lama surat 1 sampai
10 dan hafalan tengah surat 11 dan 12. Pengulangan bukan 1 sampai 10 lalu
dilanjutkan dengan 11 dan 12.
Tetapi surat 1 sampai 5, lalu 11-12, kemudian 6 sampai 10,
lalu 11-12, lalu kembali ke 1 sampai 5, dan seterusnya. Sehingga surat hafalan
tengah diulang lebih sering. Pengaturannya bisa saja diubah sesuai kebutuhan,
misalnya surat hafalan tengah dirasa perlu dipersering, maka urutannya menjadi
1-3, 11-12, 4-6, 11-12, 7-10, 11-12.
Hafalan baru diulang di shalat dhuha dan shalat rawatib.
Dengan alokasi ini, semua jenis hafalan akan diulang dengan
frekuensi yang sesuai kebutuhan masing-masing jenis, sehingga mudah-mudahan
akan lebih efektif.
Demikian semoga bermanfaat :-)
No comments:
Post a Comment