Ceramah
Dzuhur disampaikan oleh Ustadz Hilman Rosyad.
Kita
semua sebenarnya sebentar lagi akan mati, maka mari kita maksimalkan waktu yang
tersisa dengan memperbanyak ibadah dan amal baik.
Memasuki
bulan Rajab, yang perlu diingat adalah bahwa dalam bulan Rajab terjadi
peristiwa Isra’ Mi’raj.
Tidak
perlu memperdebatkan apakah dalam Isra’ Mi’raj yang diperjalankan adalah ruh
atau jasad Rasulullah, namun sebagian besar ulama menyatakan bahwa yang
diperjalankan adalah ruh dan jasad Rasulullah.
Ada
tiga hal yang dapat menjadi pelajaran dari Isra’ Mi’raj di bulan Rajab.
Pertama,
dari perspektif Kesejarahan.
Tahun
tersebut adalah Tahun Kesedihan bagi Rasulullah, karena wafatnya dua orang
tercinta beliau yaitu istri beliau, Khadijah dan paman beliau, Abu Thalib.
Abu Thalib memelihara Rasulullah sejak beliau berusia 8 tahun. Abu Thalib sebenarnya memiliki kehidupan yang sulit. Beliau dapat dikatakan termasuk miskin, dengan anak yang banyak. Namun kecintaan beliau pada Rasulullah begitu mendalam. Dan sejak memelihara Rasulullah terasa banyak keberkahan bagi keluarga beliau.
Setelah wafatnya Abu Thalib, kaum Quraisy makin berani melakukan kekerasan, sehingga dapat dikatakan dakwah Rasulullah saat itu tidak berkembang lagi. Bahkan ketika beliau ke Thaif, beliau dihinakan bahkan sampai dilempari dengan batu.
Abu Thalib memelihara Rasulullah sejak beliau berusia 8 tahun. Abu Thalib sebenarnya memiliki kehidupan yang sulit. Beliau dapat dikatakan termasuk miskin, dengan anak yang banyak. Namun kecintaan beliau pada Rasulullah begitu mendalam. Dan sejak memelihara Rasulullah terasa banyak keberkahan bagi keluarga beliau.
Setelah wafatnya Abu Thalib, kaum Quraisy makin berani melakukan kekerasan, sehingga dapat dikatakan dakwah Rasulullah saat itu tidak berkembang lagi. Bahkan ketika beliau ke Thaif, beliau dihinakan bahkan sampai dilempari dengan batu.
Sebagai
manusia biasa, Rasulullah dalam kondisi yang remuk redam, dan dalam doanya,
beliau merasa gagal mengemban amanah sebagai utusan Allah.
Namun Allah menganggap beliau berprestasi, karena tetap istiqamah berdakwah, tidak tergiur dengan bujukan kaum Quraisy, dan tetap tabah dalam menghadapi kekerasan.
Namun Allah menganggap beliau berprestasi, karena tetap istiqamah berdakwah, tidak tergiur dengan bujukan kaum Quraisy, dan tetap tabah dalam menghadapi kekerasan.
Maka
sebagai reward, Allah berikan Isra’ Mi’raj kepada Rasulullah. Point yang
penting adalah walaupun Rasulullah merasa lelah, capek, dan gagal, Allah tidak
melihat hasil, Allah melihat proses dengan kesabaran menghadapi berbagai
kesulitan.
Setelah
pulang dari Isra’ Mi’raj, Rasulullah merasa lebih nyaman, lebih optimis, lebih
bahagia. Isra’ Mi’raj memompa semangat baru bagi Rasulullah untuk melanjutkan
perjuangan dan merencanakan perjalanan hijrah.
Pelajaran
Kedua, adalah berkaitan dengan respon Allah terhadap peristiwa Isra’ Mi’raj.
Menjelang Isra Mi'raj, Allah menurunkan surat Adh Dhuha, di mana Allah menenangkan Rasulullah atas situasi yang sedang dihadapi.
Al
Qur’an Allah turunkan melalui malaikat Jibril sebagai respon atas urusan yang
dihadapi Rasulullah.
Respon Allah terhadap Isra Mi'raj, sebagaimana pada surat Al Isra’ ayat 1, hanya terhadap Isra’ saja.
Respon Allah terhadap Isra Mi'raj, sebagaimana pada surat Al Isra’ ayat 1, hanya terhadap Isra’ saja.
Padahal
secara logika, yang lebih mengagumkan adalah perjalanan Mi’raj, yang menembus
tujuh langit, adanya dialog dengan malaikat Jibril tentang surga, neraka, dan
penghuninya, dan akhirnya Rasulullah bertemu dengan Allah.
Sedangkan Isra’, sebenarnya “hanya” perjalanan di bumi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, dengan tidak begitu banyak kisah sepanjang perjalanan, dan di Masjidil Aqsha Rasulullah shalat 2 rakaat.
Sebagaimana dalam surat Al Isra’ ayat 1 tersebut, dinyatakan tentang wilayah Palestina yang diberkahi.
Bila
dipertimbangkan secara logika, apa perlunya Allah melakukan “transit” bagi
Rasulullah ke Masjidil Aqsha di Palestina, padahal mudah saja bagi Allah untuk
langsung menaikkan Rasulullah dari Masjidil Haram.
Di sinilah Allah menyimpan rahasia dan tujuan, agar kita tidak pernah lupa dengan Palestina.
Palestina sempat dikuasai kaum Nasrani selama 6-7 abad, yang kemudian ditaklukkan oleh Shalahuddin Al Ayyubi. Dan Shalahuddin Al Ayyubi berpesan agar umat Islam mempelajari syariah yang benar, jangan sampai Syiah bangkit kembali.
Kemudian
Islam melemah dan akhirnya Yahudi berkuasa atas Palestina sejak 1917. Tahun
1948 mereka mulai memproklamirkan negara Israel.
Menurut
perkiraan, dalam 3 tahun lagi Islam akan kembali berkuasa di Palestina. Seperti
yang dinyatakan pada defile pasukan Izuddin Al Qassam. Dari berbagai serangan
Israel, banyak korban terutama kaum sipil. Namun pasukan Izuddin Al Qassam jauh
lebih sedikit yang syahid dibandingkan dengan tentara Israel yang tewas.
Surat Al Isra’ ayat 2, 3, 4, 5, 7 menjelaskan tentang Bani Israil.
Surat Al Isra’ ayat 2, 3, 4, 5, 7 menjelaskan tentang Bani Israil.
Wilayah
Palestina dan sekitarnya akan menjadi pusat pertarungan kafir dan Islam. Pada
krisis Irak sudah 2jt orang tewas, Suriah 1jt orang, Libya dan Mesir sekitar
200rb orang. Sungguh ini adalah konspirasi untuk mempertahankan Israel.
Namun bisa kita lihat bahwa kekuatan Israel semakin menurun. Banyak pasangan Israel yang memilih untuk tidak punya anak, sedangkan di Palestina, pasangan memiliki banyak anak. Setiap tahunnya Palestina menghasilkan 20rb huffazh (penghafal Al Qur’an).
Namun bisa kita lihat bahwa kekuatan Israel semakin menurun. Banyak pasangan Israel yang memilih untuk tidak punya anak, sedangkan di Palestina, pasangan memiliki banyak anak. Setiap tahunnya Palestina menghasilkan 20rb huffazh (penghafal Al Qur’an).
Palestina
tidak sejak dulu berada di jalan Islam
yang benar. Di tahun 60an, Palestina sama saja dengan negara lain dan bersifat
sekuler. Hamas saat itu tidak bersedia untuk memimpin, karena masyarakat belum
siap. Mereka memulai perjuangan dengan membangun sekolah, dan di tahun 1988
Hamas mulai memimpin dan memperbaiki masyarakat dengan Islam yang benar.
Pelajaran
Ketiga, tentang kewajiban Shalat yang diperintahkan pada Isra’ Mi’raj.
Atas perjalanan Isra’ Mi’raj, banyak umat Islam yang ragu atas kebenarannya. Namun Abu Bakar Ash Shiddiq langsung membenarkan.
Isra’ Mi’raj adalah perjalanan syariah shalat 5 waktu.
Seluruh
syariah yang lain yang disampaikan melalui Al Qur’an, disampaikan oleh Allah
melalui malaikat Jibril. Setiap huruf dalam Al Qur’an disampaikan melalui
malaikat Jibril.
Kecuali
shalat.
Shalat
langsung disampaikan oleh Allah.
Dan
tidak disampaikan lagi dalam Al Qur’an.
Ayat dalam Al Qur’an tentang shalat banyak, bahkan tentang wudhu, tetapi tidak ada pembahasan tentang shalat fardhu yang 5 waktu.
Ayat dalam Al Qur’an tentang shalat banyak, bahkan tentang wudhu, tetapi tidak ada pembahasan tentang shalat fardhu yang 5 waktu.
Maka memasuki bulan Rajab, di mana di dalamnya terdapat Isra’ Mi’raj, yang pada saat itu Rasulullah menerima perintah shalat, kita ingat kembali kewajiban shalat.
Shalat sehari-hari kita lakukan. Terus menerus, Tidak ada jeda. Tidak ada rukhsakh untuk meninggalkan, hanya ada rukhsakh untuk mempersingkat atau menggabungkan waktu.
Aturan
shalat sangat rigid dan kaku, dengan hadits Rasulullah yang mengatakan, “Shalatlah
sebagaimana aku shalat.”
Namun walaupun shalat dilakukan terus menerus, kita tidak merasa bosan dan tidak ada efek samping. Justru banyak manfaat dan benefit dari shalat, yaitu :
Namun walaupun shalat dilakukan terus menerus, kita tidak merasa bosan dan tidak ada efek samping. Justru banyak manfaat dan benefit dari shalat, yaitu :
1. Sarana
dzikir yang efektif
2. Penentram
jiwa
3. Menjaga
dari perbuatan keji dan munkar
4. Merupakan
indicator dari baik atau buruknya amal seseorang
Di
akhirat nanti, yang pertama dihisab adalah shalat.
Bila
shalatnya baik, maka amal yang lain akan baik. Perilaku kepada orang tua,
suami, istri, anak, tetangga, cara mencari nafkah, menggunakan harta,
bersedekah, berhaji dan berumrah.
Bila shalatnya berantakan, maka berantakan pula amal yang lainnya.
Bila shalatnya berantakan, maka berantakan pula amal yang lainnya.
No comments:
Post a Comment