Hari terakhir ceramah Ramadhan di kantor, disampaikan oleh Ustadz Syahroni Mardani, Lc. Semoga bermanfaat.
Rasulullah aktif bergaul di masyarakat. Ketika terjadi banjir di
Mekkah yang sampai merusak ka’bah, sebelum Rasulullah menjadi Nabi, beliau ikut
membersihkan ka’bah dan menjadi pemberi solusi dalam kesepakatan pemilihan
siapa yang mengembalikan hajar aswad.
Maka “menjadi anak gaul adalah sunnah nabi”. Muslim yang bergaul
dan sabar lebih baik daripada muslim yang tidak bergaul dan tidak sabar. Karena
memang dalam pergaulan pasti terdapat tantangan.
Rasulullah adalah pribadi yang rendah hati dan tawadhu, sehingga beliau
disenangi orang. Dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah berkata
bahwa orang yang memiliki barang berhak untuk membawa barangnya sendiri,
kecuali jika ia tidak kuta, ia dapat meminta tolong kepada yang lain. Tentunya
dengan niat baik karena Allah.
Dalam hadits disebutkan bahwa harta yang disedekahkan tidak akan berkurang.
Mereka yang suka memaafkan akan dimuliakan. Dan yang rendah hati karena Allah akan
diangkat derajatnya oleh Allah.
Dikisahkan Rasulullah sedang berjalan dengan sahabat yang bernama
Qays. Saat itu Rasulullah naik kuda, sedangkan Qays berjalan kaki di
sampingnya. Rasulullah pun meminta Qays agar naik ke kuda beliau, namun Qays
menolak. Lalu Rasulullah berkata bahwa jika akan berjalan bersama, agar naik ke
kuda beliau. Jika tidak mau naik ke kuda beliau, lebih baik berjalan terlebih
dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah merasa tidak nyaman ketika
berjalan berkuda sedangkan ada teman seperjalanan yang berjalan kaki.
Ketika Rasulullah hijrah dari Mekkah ke Madinah, kaum Anshar tidak
mengetahui yang mana Rasulullah, dan yang mana Abu Bakar. Hal ini karena Rasulullah
tidak memiliki pakaian khusus sebagai nabi, tetap mengenakan pakaian biasa
saja.
Rasulullah memiliki unta yang bernama Al Adba, yang tidak pernah
terkalahkan (barangkali karena memang kencang, atau karena sahabat tidak ingin
mendahului unta Rasulullah). Suatu hari ada seorang Arab dari perkampungan yang
untanya mendahului unta Rasulullah. Sahabat pun merasa tidak nyaman. Rasulullah
lalu bersabda, “Siapa yang menyombongkan diri dunia akan direndahkan oleh Allah
SWT.”
Rasulullah peduli pada orang lain. Setelah shalat, beliau
menghadap ke jamaah, untuk mengetahui siapa saja yang hadir dan tidak hadir,
karena sakit misalnya.
Dalam hadits disebutkan bahwa barang siapa yang beriman pada Allah
dan hari akhir, hendaknya memuliakan tamu, memuliakan tetangga, dan berkata yang
baik atau diam.
Dalam hadits lain disebutkan bahwa Islam yang paling baik adalah memberi
makan untuk orang lain dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal maupun
yang belum kamu kenal.
Memberi makan termasuk untuk orang miskin maupun kepada teman dan
kerabat. Yang juga baik adalah mengundang orang untuk makan bersama. Dengan
makan bersama akan terjalin silaturahim. Orang yang sering mengundang maka,
akan disukai orang. Janganlah kita termasuk orang yang “syuhha”, yaitu bakhil berlebihan, bukan hanya bagi orang lain
tetapi juga bagi diri sendiri.
Mengundang makan adalah tradisi dalam Islam, misalnya pada walimah
akikah ataupun walimah ursy (pernikahan). Minimal memotong 1 kambing, dan tidak ada
batas maksimal. Mereka yang diundang tetapi tidak datang, maka termasuk maksiat
kepada Allah. Dapat dikatakan wajib untuk datang, dan sunnah untuk makan.
Rasulullah selalu tersenyum, dan mengucapkan salam, dan menegur
yang kenal maupun yang belum kenal. Dan beliau mengucapkan salam terlebih dahulu.
Abdullah bin Umar berjalan di Mekkah bersama Abdullah bin Fulan
(maaf tidak terdengar namanya), kemudian mereka berjumpa dengan orang tua,
Abdullah bin Umar pun menyapa, memberikan sorban, dan memintanya naik ke
kudanya. Ketika ditanya, ternyata orang tua tersebut adalah kawan almarhum
ayahnya, Umar bin Khattab. Maka salah satu cara berbakti pada orang tua yang
telah wafat adalah dengan menghormati kawan-kawan beliau.
No comments:
Post a Comment