Ceramah kali ini disampaikan oleh ustadz sekaligus motivator dan inspirator, Jamil Azzaini.
Seringkali banyak orang muda yang minta saran ingin kaya.
orang kaya ingin tambah kaya, orang kaya khawatir jatuh miskin.
Jika ada orang yang kaya raya lalu menjadi bangkrut,
biasanya adalah mereka yang berfokus pada “aku”, pada diri sendiri, dan egois.
Menerima tetapi tidak member.
Seharusnya, jika kita ingin sukses, maka kita harus
mensukseskan orang lain. Fokus pada “kita”. Maka disebut “terima kasih”,
setelah terima, lalu kasih (berikan) ke orang lain.
Jika berfokus kepada “kita”, kita akan bahagia. Manusiakan
setiap orang, perlakukan dengan baik, banyak memberi dan jangan pelit. Jika
kita berfokus kepada “kita”, kita akan dipermudah oleh alam.
Energi yang kita keluarkan akan kembali kita. Sesuai
dengan hukum kekekalan energi. Jika kita memberikan kebaikan, kita akan mendapat
kebaikan. Jika kita menebar keburukan kita akan mendapat keburukan. Jika belum
dirasakan saat ini, suatu saat akan kita rasakan.
Untuk sukses dalam bisnis, perlu cara professional dan
cara spiritual. Lakukan shalat dhuha 4 atau 6 rakaat. Berikan sedekah, kalau
perlu dengan seluruh tabungan yang dimiliki. Karena matematika Allah berbeda.
Jadilah makelar rezeki. Tidak perlu takut kalah kaya, kalah
populer, kalah pintar, kalah terkenal. Buat orang lain menjadi kaya, populer,
pintar dan terkenal.
Bisnis yang sukses adalah bisnis yang tetap “jalan” walaupun
ditinggal “jalan-jalan”.
Syarat pertama, jadilah pemain, jangan menjadi penonton
ataupun komentator. Tidak akan mendapat hasil.
Syarat kedua, hindari kata “tetapi”. “Saya ingin bisnis,
tetapi tidak punya modal, tetapi tidak punya waktu”.
Tiga tips untuk dapat menjadi makelar rezeki.
Pertama, tentukan jejak apa yang ingin ditinggalkan di
muka bumi, untuk jadi alasan masuk ke surga nanti? Harus berupa kebaikan yang member
manfaat ke orang lain bukan cuma bermanfaat bagi diri sendiri. Ibadah tidak
boleh egois. Amal yang terus berlanjut setelah mati, adalah amal yang
bermanfaat bagi orang lain : amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang
soleh.
Kebarhasilan kita mendidik anak baru dapat dilihat adalah
jika nanti anak kita sudah mendidik anaknya sendiri.
Apa yang kita ingin anak kita lihat, ketika di google
diketikkan nama kita?
Kedua, temukan apa yang menjadi kekuatan kita. Jika kita
selama ini tidak sukses dalam karir, mungkin karena kita justru menggunakan
kelemahan kita.
Ciri bahwa sesuatu adalah kekuatan kita adalah :
Pertama, kita enjoy melakukannya. Waktu tak terbatas pun,
di hari Senin setelah libur pun, kita lakukan dengan gembira.
Kedua, bertumbuh dengan kemampuan yang terus meningkat. Sebagaimana
dalam hadits, barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia
merugi, dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin, maka celaka.
Jangan sampai dari tahun ke tahun kita tetap sama.
Ketiga, dihargai orang, dibayar mahal.
Melakukan sesuatu dengan kekuatan adalah mengoptimalkan bentuk
syukur. Dalam Al Qur’an disebutkan jika kita bersyukur, Allah akan tambahkan.
Jika kita merasa belum ada pertambahan, mungkin kita belum cukup bersyukur,
karena belum mengoptimalkan kekuatan kita.
Carilah kekuatan kita, tanyakan kepada orang-orang
terdekat, istri / suami kita. Untuk anak kita pun, cari kekuatannya, dan berikan pendidikan sesuai kekuatan mereka.
Ketiga, perbaiki mental yaitu integritas (sesuai antara yang
dikatakan dengan yang dikerjakan) dan memberikan yang terbaik agar kita mendapatkan
yang terbaik. Tanyakan pada keluarga kita, apa yang membuat mereka paling
bahagia, dan lakukan itu untuk mereka.
Jangan lakukan yang baik-baik, lakukan yang terbaik,
lakukan yang kita cintai.
No comments:
Post a Comment