Pernah merasakan bedanya? Ketika sesuatu kita lakukan karena
merupakan keharusan, maka akan terasa berat, terasa sebagai beban, walaupun itu
adalah sebuah hal yang remeh dan mudah. Misalnya, ketika kita baru saja
merebahkan diri, anak kita minta diambilkan minum. Wah, rasanya beraaaat :-)
Tetapi, ketka kita lakukan sesuatu karena kita memang
menginginkannya, maka beban seberat apapun tidak akan terasa. Misalnya, kondisi
yang mirip dengan tadi, kita baru saja merebahkan diri, tiba-tiba terdengar
adzan maghrib tanda buka puasa, di puasa kita hari pertama Ramadhan, pasti kita
langsung bangkit kembali dan malah bisa berlari ke arah meja makan :-)
Sesuatu akan menjadi terasa sebagai suatu keharusan ketika “perintahnya”
datang dari orang lain. Bisa dari anak kita, pasangan kita, bos kita, orang tua
kita, dan siapa saja di luar kita.
Sedangkan keinginan datang dari kita sendiri, karena
kebutuhan kita sendiri, karena sesuatu yang kita sukai.
Masalahnya, tidak semua yang kita lakukan memang merupakan
keinginan kita. Semakin banyak kita berinteraksi dengan orang lain, semakin
banyak “stakeholder” kita, maka semakin banyak “permintaan” yang datang kepada
kita.
Bila kita memandang semua permintaan itu sebagai keharusan,
waaaah, bisa-bisa hidup jadi seperti robot, yang terbeban, lama-lama mati
kelelahan :-)
Karena itu, kita mesti coba ubah pandangan kita, supaya permintaan
yang sebenarnya datang dari orang lain itu, menjadi kebutuhan kita, keinginan
kita, kesukaan kita, bahkan hal yang kita tunggu-tunggu seperti adzan maghrib
di bulan puasa :-)
(lebay dikit.. )
Gimana caranya? Nah ini yang perlu dirumuskan.. :-)
Ambil kembali contoh yang tadi yaa.. Ketika anak kita minta
tolong diambilkan minum. Pandang itu sebagai sebuah kesempatan emas
berinteraksi dengan anak kita. Bahwa sebentar lagi, waktu mereka sudah besar,
mereka tidak akan lagi meminta tolong pada kita. Bisa jadi nanti kita akan
kehilangan saat-saat seperti itu. Bahwa dengan kita mengambilkan minum untuk
mereka ketika mereka memang belum bisa mengambil sendiri, nanti ketika kita tua
dan kesulitan, mereka akan dengan ikhlas membantu kita. Bahwa “perintah” yang
datang dari anak kita itu, sebenarnya adalah “perintah” dari Allah, yang kita
perlu “point”-nya untuk di akhirat nanti..
Hehehe panjang juga ya proses perumusannya.. Mudah-mudahan
sempat dilakukan ketika aneka “permintaan” dan “perintah” datang, dan kita bisa
lakukan dengan penuh semangat :-)
Kalau khawatir tidak sempat berpikir panjang, sepertinya
point terakhir bisa digunakan di seluruh kasus, bahwa segala “perintah”, “tugas”,
“permintaan”, walaupun datang dari siapa pun, pada hakikatnya adalah “perintah”
dari Allah, yang kita perlukan “point”-nya untuk di akhirat nanti. Lakukan
segala sesuatu hanya untuk Allah, dan mohonlah kekuatan kepada Allah.
Semoga bermanfaat :-)
No comments:
Post a Comment