Monday, July 21, 2014

Ceramah 23 Ramadhan 1435 : Sehari Bersama Orang Tua

Ceramah disampaikan oleh Ustadz Yasir A. Liputo 

Ustadz sering berdialog dengan para orang tua yang sudah berusia lanjut, bahwa anak-anak mereka sekalipun pulang kampung dan datang ke rumah, mereka tidak merasa dirindukan, karena anak-anak hanya bertemu 1 jam, lalu pergi karena bertemu teman-teman sekolah yang juga pulang kampung atau menghadiri acara-acara lainnya.

Cobalah untuk sehari penuh bersama orang tua, mirip seperti i'tikaf berdiam di masjid.

Menyayangi orang tua (birrul walidain) termasuk juga mertua.

Dalam memperlakukan orang tua, kita diminta untuk berbuat ihsan.

Ada dua pengertian ihsan.

Yang pertama ihsan dalam konteks akidah.
Yaitu beribadah seolah-olah kita melihat Allah, dan jika kita tidak dapat melihat Allah, sesungguhnya Allah melihat kita.

Yang kedua adalah ihsan dalam konteks berbuat baik.
Merujuk kepada hadits, bahwa Allah mewajibkan berbuat ihsan antara lain ketika menyembelih hewan.

Dalam Al Qur'an, kata ihsan disebutkan sebanyak 6 kali, 5 di antaranya pada ayat yang berkaitan dengan orang tua yaitu Al Baqarah 83, An Nisa 36, Al Isra 23-24, Luqman 14, Al Ahqaf.

1 yang lain adalah An Nahl 19, yang sering dibacakan khatib dalam shalat Jum’at.
Kepada orang kita tidak diminta untuk berbuat adil, karena adil tidak cukup untuk orang tua.

Dalam surat Al Baqarah 83, hanya dua hal pokok yang dibahas yaitu Allah dan orang tua. Ini adalah ayat yang sangat serius. Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa Allah “telah menetapkan”, bukan sekedar ajakan atau anjuran.

Ada perbedaan antara adil dan ihsan. Adil adalah mengambil hak sebagaimana porsinya, serta memberikan hak sebagaimana porsinya. Sedangkan ihsan adalah mengambil hak kurang dari porsi, serta memberikan hak lebih dari porsi.

Dalam Islam, istilah yang dikenal adalah yatim, yaitu anak yang ayahnya meninggal ketika anak tersebut masih kecil. Tidak dikenal istilah piatu dalam Islam.

Jika hidup bermasalah, kita perlu evaluasi, apakah kita bermasalah dengan orang tua?

Dalam bulan Ramadhan ada dua doa yang dianjurkan untuk diucapkan sesuai dengan hadits dari Aisyah, yang salah satunya adalah “Allahumma inna nas’aluka ridhaka wal jannah, wa na’udzubika min sakhatika wan naar”.
Urutan yang diminta adalah ridha Allah, surga, dijauhkan dari neraka. Ridha Allah ditempatkan pada urutan pertama. Dan dalam hadits lain disebutkan bahwa ridha Allah berada pada ridha orang tua.

Dari yang kita alami selama ini, justru orang tua yang lebih ihsan kepada kita. Kita sering lebih sibuk dengan urusan keluarga kita sendiri, dan berkata, “kan ada anak yang lain, mengapa harus saya?” Sungguh sangat disayangkan.

Tanda-tanda jika orang tua ridha kepada anaknya :
1.       Jika orang tua selalu memaafkan anaknya
2.       Jika orang tua selalu berlapang dada kepada anaknya
3.       Jika orang tua selalu mendoakan atas kesalahan anaknya.
Ketiga hal ini sangat sulit kita dapatkan dari orang lain selain orang tua.

Bagi seorang anak, yang terpenting ketika berurusan dengan orang tua adalah “quick respond”. Segera memberikan respon dalam situasi apa pun. Jangan menunda.

Di antara ibu dan ayah, pada masa kecil, ibu yang lebih ridha, ibu yang mengandung, melahirkan, mengurus ketika sakit, mengurus berbagai keperluan anak. Ayah ridha pada anak ketika menikahkan putrinya.

Salah satu faktor penentu kebahagiaan di masa tua adalah perilaku menantu. Ayah harus melakukan seleksi dahulu kepada calon menantu.

Untuk seorang ayah yang telah berusia lanjut, yang penting baginya bukan berapa uang yang anaknya kirimkan. Beliau akan menjawab, sudah cukup dengan uang pension, sudah cukup dengan pendapatan dari kontrakan. Yang diperlukan ayah adalah dibanggakan dan dihormati.

Maka anak-anak harus kita latih sejak kecil, jika mereka datang dan mencari ibu, ingkatkan agar mereka menemui dahulu ayahnya.

Janganlah kita berbantahan dengan orang tua.

Ada kisah tentang pentingnya ridha orang tua. Di masa nabi Musa, ada seorang soleh yang bernama Juraij. Ketika Juraiz sedang beribadah, ibunya memanggil. Namun Juraij tidak menjawab panggilannya karena ingin menyelesaikan ibadahnya. Hal ini terjadi sampai dua kali. Kemudian tersiar berita bahwa ada seorang bayi yang lahir dari perzinaan Juraij dengan seorang perempuan. Penduduk marah dan mengancam akan membakar Juraij hidup-hidup di rumah ibadahnya sebagai hukuman. Ibu Juraij berkata bahwa dia sudah memaafkan Juraij atas kesalahan yang dilakukannya, namun penduduk tetap pada pendiriannya. Kemudian Juraij memerintahkan bayi itu untuk mengatakan siapa ayahnya, dan bayi itu berkata bahwa ayahnya bukan Juraij, melainkan seorang penggembala. Terbebaslah Juraij dari hukuman penduduk.

Apa bila kita berkata-kata kepada orang tua, gunakanlah kata-kata yang mulia. Cobalah untuk mengerti orang tua kita, karena sudah sangat banyak pengertian yang orang tua berikan pada kita.
Dalam sehari bersama orang tua di hari lebaran nanti ajaklah mereka kita akan berjalan-jalan ke luar rumah, ajaklah juga ketika akan makan di luar rumah.

Semoga ridha Allah dapat kita peroleh dari ridha orang tua.

Untuk anak, ridha Allah pada ridha orang tua. Namun perlu diingat juga bahwa untuk istri, ridha Allah ada pada ridha suami.
Maka ingatkan kepada ibu kita, bahwa beliau boleh berkata bagaimanapun pada kita, namun kepada ayah hendaklah beliau berkata baik.
Karena salah satu sebab banyaknya perempuan masuk neraka adalah karena mereka sedikit sekali bersyukur dengan kebaikan yang diberikan suaminya.

Ada kalanya dalam perjalanan hidup, kita menjadi lebih memahami Islam dengan benar sementara orang tua masih dalam pemahaman yang kurang tepat. Kita tetap berkewajiban menyampaikan hukum yang benar, namun tetap harus memperhatikan akhlak kepada orang tua. Hukum dan akhlak dalam Islam tidak pernah bertentangan.

Bahkan dalam kisah nabi Musa, ketika Allah memerintahkan nabi Musa untuk mendatangi Fir’aun yang telah melampaui batas, nabi Musa diminta untuk menggunakan kata-kata yang lembut kepada ayah angkatnya itu.

Kita harus merendahkan diri ke hadapan orang tua, bersikap arif, jangan sampai orang tua tersinggung. Sungguh, tanpa beliau, kita bukan siapa-siapa. Tanpa perjuangan dan pengorbanan mereka, kita bukan siapa-siapa. Apa yang mereka lakukan lebih ikhlas dari pemberian kita.

Ada suatu kisah seseorang yang datang kepada Umar bin Khattab, usianya 54 tahun, dia berkata bahwa dia sudah berbuat baik kepada ibunya sejak usianya 13 tahun. Jika tiba waktu haji dan umroh, ia menggendong ibunya untuk haji dan umroh. Walaupun ia sudah menikah, ia tetap mengutamakan ibunya. Ia bertanya, sudahkah ia berbuat baik? Umar berkata belum.

Perbedaan kasih sayang anak kepada orang tua dengan orang tua kepada anak, adalah anak seringkali menghitung-hitung apa yang sudah diberikannya kepada orang tua.

Untuk orang tua yang sudah meninggal, kewajiban anak adalah :

1. Shalatkan dan doakan.
Jika orang tua meninggal dan ada anak yang minta ditunggu, tunda untuk dimandikan. Karena jika sudah dimandikan, harus segera dikafani, dishalatkan, dan dimakamkan. Jika ditunda dimandikan, bisa menunggu.
Jika kita selesai memandikan jenazah, kita harus mandi karena terkena najis. Setelah mandi baru bisa menshalatkan.

2. Penuhi janjinya.
Memenuhi janji adalah kewajiban anak, sehingga sebenarnya kurang tepat jika ketika ada orang tua meninggal kemudian keluarga menyampaikan bahwa “kepada yang masih memiliki urusan agar menghubungi keluarga”, karena justru itu adalah kewajiban anak untuk mencari janji yang perlu diselesaikan.

3. Sambung silaturahim
Yaitu dengan orang-orang yang kita kenal melalui orang tua kita.


4. Meneruskan kebaikan-kebaikan yang biasa dilakukan selama hidup.