Tuesday, July 31, 2012

3 Jenis Hafalan Al Qur'an


Seiring dengan perjalanan menghafal Al Qur’an, kita akan tiba pada kondisi ketika kita memiliki 3 jenis hafalan. Kita langsung bahas satu per satu yaa..

Pertama, hafalan lama.
Yaitu hafalan yang kita sudah ulang beberapa kali dengan hafalan yang cukup lancar.
Walaupun kita sudah lancar dengan hafalan ini, hafalan ini tetap perlu diulang. Karena sebagaimana dikatakan dalam hadits, “Sesungguhnya Al Qur’an lebih cepat lepasnya dari unta pada ikatannya” (dikutip dari HR Bukhari dan Muslim).
Apa lagi, dengan adanya hafalan baru yang bisa jadi memiliki kemiripan dengan hafalan lama, ada kalanya hafalan lama menjadi “sedikit goyah” dan tersendat-sendat, bahkan terlupa. Pengulangan untuk hafalan lama berada dalam prioritas terakhir, tetapi jangan sampai ditinggalkan.

Kedua, hafalan tengah.
Yaitu hafalan yang kita baru saja hafal, sempat lancar, namun sebenarnya belum cukup banyak terulang.
Walaupun sudah sempat lancar, karena belum cukup banyak terulang, hafalan tengah ini sangat memungkinkan untuk terlupa, bahkan bisa “hilang” cukup banyak. Maka pengulangan untuk hafalan tengah ini berada dalam prioritas kedua, yang cukup intensif, agar terulang cukup banyak, dan akhirnya menjadi hafalan lama.

Ketiga, hafalan baru.
Yaitu hafalan yang sedang kita hafal, sedang kita usahakan agar bisa hafal.
Hafalan ini sedang “dalam perjuangan” untuk bisa kita ingat, sehingga memerlukan upaya yang paling sulit dan waktu yang paling panjang. Apa lagi dengan meningkatnya usia, biasanya waktu yang dibutuhkan akan makin panjang J Untuk membantu mempercepat “penanaman” hafalan ini ke dalam pikiran kita, maka hafalan baru ini menjadi prioritas utama untuk terus diulang.

Sekarang kita masuk ke penjadwalan antara ketiga jenis hafalan itu yaaa..

Prinsip utama dalam mengulang hafalan, adalah bahwa seluruh hafalan harus diulang terus, dari awal sampai akhir, lalu kembali ke awal dan terus ke akhir, dan demikian seterusnya.

Dengan ketiga kondisi tersebut, maka perlu diatur jadwal, agar masing-masing hafalan tetap terjaga sesuai dengan kondisi dan karakteristiknya. Karena, jika untuk semua jenis hafalan kita lakukan dengan frekuensi yang sama, biasanya waktu kita akan tersita ketika fokus di hafalan tengah dan baru, sehingga hafalan lama menjadi tertinggal untuk diulang dalam waktu yang panjang.

Prinsip kedua, salah satu cara yang efektif untuk menghafal, adalah “menyetorkan hafalan kepada Allah”, yaitu membacanya di dalam shalat.

Maka, dalam jadwal shalat kita dalam sehari, perlu dilakukan alokasi, kapan kita mengulang hafalan lama, tengah, dan baru.

Misalnya, kita bagi sebagai berikut :

Hafalan lama di shalat malam dan shalat fardhu yang sendiri / berjamaah tidak bersuara.

Hafalan tengah juga di waktu yang sama, hanya di tingkat pengulangan yang lebih sering.
Misalnya, kita sudah punya surat hafalan lama surat 1 sampai 10 dan hafalan tengah surat 11 dan 12. Pengulangan bukan 1 sampai 10 lalu dilanjutkan dengan 11 dan 12.
Tetapi surat 1 sampai 5, lalu 11-12, kemudian 6 sampai 10, lalu 11-12, lalu kembali ke 1 sampai 5, dan seterusnya. Sehingga surat hafalan tengah diulang lebih sering. Pengaturannya bisa saja diubah sesuai kebutuhan, misalnya surat hafalan tengah dirasa perlu dipersering, maka urutannya menjadi 1-3, 11-12, 4-6, 11-12, 7-10, 11-12.

Hafalan baru diulang di shalat dhuha dan shalat rawatib. 

Dengan alokasi ini, semua jenis hafalan akan diulang dengan frekuensi yang sesuai kebutuhan masing-masing jenis, sehingga mudah-mudahan akan lebih efektif.

Demikian semoga bermanfaat :-)

11 Ramadhan - Kejujuran dan Profesionalisme dalam Islam

Ceramah hari ini disampaikan oleh Ust. Amir Faishol Fath, semoga bermanfaat. 

Dalam bahasa Arab, jujur disebut dengan “shidq”. Sifat para nabi. Kalau seorang nabi pernah sekali saja berbohong, maka risalahnya ditolak oleh Allah dan manusia. Kejujuran adalah fitrah manusia, karena tidak ada orang yang suka dibohongi. Kebahagiaan bukan di balik kemewahan, tetapi di balik kejujuran. Kalau seseorang jujur, maka ia pasti bahagia.

Orang yang jujur, dalam bahasa Arab disebut “ash shoodiq” (isim fa’il)

Dalam Al Qur’an surat Al Ahzab dikatakan bahwa manusia yang jujur termasuk ke dalam manusia yang baik yang dijamin Allah masuk surga. Laki-laki yang jujur akan berkumpul dengan perempuan yang jujur.

Orang yang jujur, setiap hari Allah akan berikan ampunan. Ketika didzalimi ataupun diambil haknya, orang yang jujur akan memaafkan, tidak akan membalas.

Kejujuran terbagi dua, yaitu “ash shidqu fil qauli” dan “ash shidqu fil amal”. Yaitu kejujuran dalam perkataan dan dalam perbuatan. Keduanya harus selaras.

Doa agar diberikan kejujuran : Allahumma inni as'aluka shidqa fil qouli wal amali.
Doa agar diberikan ketaatan : Allahumma a inni ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatik

Kaitan antara kejujuran dan profesi, dicontohkan Ustadz dengan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat tentang criteria seorang CEO yang sukses. Maka faktor yang pertama adalah kejujuran, honesty. Kejujuran adalah sunatullah. Siapapun yang jujur, baik dia beriman maupun kafir, akan sukses.

Di Boeing Seattle pernah seorang CEO dipecat karena berbohong kepada istrinya, berselingkuh dengan teman di kantornya. Apa kaitannya? Ternyata perusahaan sangat takut kepada kebohongan. Sebelum membohongi perusahaan, maka lebih baik segera dipecat. Karena kebohongan adalah penyakit. Jika bisa membohongi istri, maka bisa membohongi siapa saja, termasuk perusahaan.

Seseorang bertanya kepada Rasulullah :
Apa ada mu’min mencuri? Ada.
Apakah ada mu’min berzina? Ada.
Hal yakdzibul mu'min? Apakah ada mu’min berbohong? Tidak.
Tidak mungkin seorang yang memiliki iman, akan berbohong. Tidak akan bertemu iman dan kebohongan. Jika bohong maka ia harus membuang keimanannya, dan sebaliknya.

Jujur dalam perkataan : menyampaikan fakta apa adanya.
Jujur dalam perbuatan : apa yang diperbuat benar-benar keluar dari hati nuraninya (untuk orang yang tidak beriman) atau karena mentaati Allah SWT (untuk orang yang beriman).

Kejujuran berkaitan dengan jati diri seseorang.

Suatu ketika Rasulullah dan para sahabat sedang dalam perjalanan, ada yang berjalan kaki, naik kuda, naik unta, turun naik ke bukit dan gunung, beratus-ratus km jauhnya. Ketika sedang beristirahat, Rasulullah bercerita, “Sesungguhnya di Madinah ada seklompok orang yang ikut bersama kalian, tetapi mareka mendapatkan pahala yang sama dengan kalian, karena mereka sebenarnya ingin ikut, tetapi tidak bisa karena sakit (dengan keinginan yang jujur)”.

Dalam ramadhan kita terkondisi untuk jujur. Jika seseorang berpuasa lalu ia suka berbicara bohong, maka Allah tidak memerlukan puasanya.

Atau seseorang yang terbiasa berpuasa Senin Kamis, ketika tiba hari Senin ingin puasa, ternyata haid, maka Allah berikan pahala puasa. Kejujuran memberikan pahala.

Atau seseorang yang berniat untuk tahajjud, dan sudah mengusahakan maksimal untuk itu, namun tidak berhasil untuk terbangun, dan terbangun ketika subuh, maka Allah berikan pahala tahajjud.

Di masa lalu, di pagi hari biasanya orang sudah menyiapkan uang untuk diberikan kepada yang membutuhkan. Pemberilah yang mencari penerima. Karena yang ada adalah perintah untuk member, bukan untuk meminta. Maka ketika seseorang berniat bersedekah, lalu mencari orang yang memerlukan, tetapi tidak berjumpa, dan akhirnya uang tersebut terpakai untuk makan dia sendiri, ia akan tetap mendapatkan pahala sedekah.

Keuntungan orang yang jujur, ada pada surat At Taubah 119, “bertakwalah kepada Allah dan bersahabatlah dengan orang jujur.” Jika kita berteman dengan orang yang jujur, akan mudah mencapai takwa. Itulah sebabnya para sahabat Rasulullah, yang bersahabat dengan Rasulullah, adalah generasi yang terbaik.

Setiap penipuan, walaupun sedikit, dijamin masuk neraka. Sebagaimana dalam surat Al Muthaffifin, “wailul lil muthaffifin”, neraka wail bagi mereka yang mengambil sedikit (thafafa – yuthafifu, artinya mengambil sedikit). Karena Allah tidak suka, itu adalah kebohongan.

Berikut beberapa hadits tentang kejujuran :
Jujur mengantar kepada kebaikan, kebaikan mengantar ke surga. Kebohongan mengantar kepada dosa, dosa mengantar ke neraka.
Inna shidqa tuma'ninah, wal kadzib ribah, orang yang jujur akan tenang, pembohong akan berada dalam kekhawatiran.
Seseorang yang berdoa kepada Allah meminta mati syahid, lalu mati biasa, Allah berikan syahid, karena ia jujur dalam meminta pada Allah.

Org jujur disukai siapa saja, termasuk orang kafir. Abu Sufyan, seorang yang kafir, ketika ditanya oleh Heraklius, Raja Romawi, menggambarkan Rasululah sebagai seseroang yang mengajarkan kejujuran. Kita harus jujur kepada siapa saja, baik muslim maupun non muslim.

Ketika dua orang bertransaksi lalu keduanya jujur, maka Allah akan berikan keberkahan.

Menghafal Al Qur'an : Anak vs Ibunya

Anak saya sejak kelas 1 SD sudah mulai menghafal Al Qur’an. Target dari sekolahnya cukup “fantastis” yaitu hafal 18 juz :-)

Sayangnya, proses mengulangnya kurang diperhatikan. Setelah naik kelas, fokus adalah di hafalan kelas itu, dan hafalan kelas sebelumnya tidak diulang. Selain itu, ada target-target yang tidak tercapai, sehingga ada surat-surat tertentu yang terlewat. Jadi anak saya statusnya “sudah pernah menghafal Al Qur’an sampai 18 juz", tapi sayang sedikit sekali yang masih dia hafal.

Sekarang dia masuk SMP, dan kabarnya sekolahnya lebih disiplin untuk program hafalan Al Qur’an ini. Targetnya 1 tahun 4 juz J Artinya 1 semester 2 juz. Bila 1 semester efektif 4 bulan, artinya per bulan ½ juz atau 10 halaman. Bila dalam 1 bulan efektif 20 hari, artinya ½ halaman per hari :-)

Dalam rangka mendukung program tersebut, kemarin anak saya menemani anak saya menghafal Al Qur’an. Dia menghafal Surat Huud ayat 1. Saya bacakan ke dia 1 kali, dia manggut-manggut. Saya bacakan kedua kali, dia mulai mengikuti. Setelah itu dia bilang, “OK, Mama, ayat berikutnya.” Weleh, hanya 2 kali baca dia sudah ingat? Dia bilang, “Itu ayatnya gampang Mama.” Subhanallah.

Betapa anak-anak cepat sekali menghafal. Mungkin memang dia terbantu juga karena sudah banyak ayat yang mirip. Tapi tetap saja buat saya itu “fenomenal” :-)

Dibandingkan dengan saya yang sekarang sedang “berjuang” menghafal juz 28. Wah, satu baris itu bisa 10 kali lebih saya baca, dan kadang masih belum “nempel” juga J. Kalau saya sedang menghafal di satu ruangan dengan anak saya yang sedang bermain. Sambil saya menghafal (yang nggak hafal-hafal itu), anak saya yang ikut mendengar bisa hafal duluan :-)

Tapiii, yang sulit pada anak-anak adalah semangat dan konsistensi. Ini yang perlu kita terus dorong kepada mereka. Kalau kita semangat ada, kemampuan yang sudah kedodoran. Apa lagi kalau lalu semangat hilang, kacau balau semuanya.

Dan satu lagi point-nya, yakinlah, kalau kita sudah mulai menghafal, nanti akan makin banyak kemudahan. Karena ada ayat berulang, banyak kata berulang, yang kita tinggal “mix-n-match”, tantangannya adalah jangan salah “mix-n-match” :-)

Kesimpulannya, siapa pun, kapan pun, segeralah menghafal Al Qur’an. Sebenarnya lebih cepat lebih baik, karena otak masih “segar”. Tapi tidak ada kata terlambat. Dengan modal semangat dan keyakinan, serta senantiasa memohon bantuan Allah, insya Allah tidak ada yang tidak mungkin :-)

Monday, July 30, 2012

10 Ramadhan - Kepemimpinan dan Manajemen Rasulullah

Kajian tanggal 10 Ramadhan disampaikan oleh Ust. Syafi'i Antonio, semoga bermafaat.

Teladan Rasulullah bagaikan samudra yang luas, dengan mutiara tidak bertepi. Bagaiman taman dengan banyak bunga berwarna-warni.Sayang kita sering melihat Rasulullah dengan mata yang rabun dekat dan rabun jauh.

Siapa yang jumlah khatam Al Qur'an-nya lebih banyak dari usianya sekarang?
Siapa yang sudah khatam membaca terjemah?
Siapa yang sudah khatam membaca buku biografi Rasulullah?

Jika kita belum pernah selesai membaca biografi Rasulullah, maka sungguh kita hanya sangat sedikit mengenal Rasulullah.

Seringkali kita hanya mengenal Rasulullah di awang-awang, di antara dua ekstrim. Pertama sebagai nabi, yang berbeda dengan kita sebagai manusia biasa. Kedua Rasulullah hidup di masa lalu, dengan prinsip yang bisa jadi sudah tidak sesuai dengan masa kini.

Padahal ada 3 sifat dari kebijaksanaan Rasulullah :
- bersifat holistik dan komprehensif dalam berbagai aspek kehidupan
- teortinya terbukti sudah diimplementasikan secara operasional
- diterima secara luas

8 Aspek kepemimpinan Rasulullah adalah :

Sebagai sentranya adalah religious spirituality, sebagai seorang nabi Allah.

Pertama, self development, sebagai seorang yang lahir yatim, dan ditinggalkan ibu di usia 6 tahun, lalu ditinggalkan kakek di usia 8 tahun, dan harus bisa mandiri di usia 9 tahun. Rasulullah merupakan keteladanan bagaimana bisa bangkit dari kondisi yang sulit.

Kedua, business & entrepreneurship, yaitu Rasulullah sebagai pengusaha yang sukses.

Ketiga, family, sebagai menantu, mertua, suami idaman, ayah teladan, anak yang hormat kepada Ibu susunya Halimatus Sa’diyah, kepada bibinya, serta kerabat kakeknya.

Keempat, dakwah, bagaimana beliau dapat menyampaikan dakwah kepada orang yang cerdas seperti Abu Bakar, Ustman bin Affan, Saad bin Abi Waqash, Khalid bin Walid, dan juga kepada seorang budak seperti Bilal bin Rabah, dalam satu majelis, dan semua bisa memahami.

Kelima, politik, bagaimana membangun Negara Madinah dengan masyarakat yang beraneka ragam.

Keenam, education, Rasulullah memiliki 20 holistic learning method, salah satunya adalah Rasulullah mengutamakan active interaction. Rasulullah selalu melakukan eye contact, jabatan tangannya erat, berbalik dengan seluruh badan, tersenyum karena tersenyum dapat mendekatkan jarak. Rasulullah berjalan seperti orang yang turun dari bukit.

Salah satu metode yang sering digunakan Rasulullah adalah story telling, yang merupakan metode belajar yang paling efektif. Di dalamnya ada motivasi, bahwa ada yang mengalami kesulitan, dan berhasil bangkit.

Contoh kisah sukses adalah dari Chairul Tanjung, yang ketika tidak memiliki uang untuk membayar SPP, dan satu-satunya barang berharga yang dimiliki ibunya adalah kain halus, namun ibunya melarang untuk dijual, hanya boleh digadikan. Maka kain halus pun digadaikan, sebagian uangnya digunakan untuk membayar SPP, dan sebagian lagi untuk modal awal berjualan diktat. Setelah terkumpul uang dari berjualan, kain halus pun dikembalikan ke ibu, dan Chairul Tanjung minta didoakan agar tidak akan lagi menyusahkan ibunya dan dapat membantu membayarkan SPP adik-adiknya.

Jika ingin sukses, bacalah kisah orang sukses, berjuanglah seperti orang sukses, berhematlah seperti orang sukses, rendah hatilah seperti orang sukses, maka insya Allah akan sukses.

Ketujuh, legal system, yaitu berupa hukum Islam yang berasal dari Al Qur’an. Ustadz Syafi’i pernah datang ke Supreme Court di Amerika Serikat, terdapat relief kayu 8 penegak hukum dunia, yang salah satunya adalah Muhammad dari Arab.

Kedelapan, military strategy. Dalam 10 tahun, Rasulullah mengalami 9 perang besar dan 53 ekspedisi. Artinya hampir setiap 2 bulan, Rasulullah harus menyusun strategi, untuk sekitar 120 ribu pasukan, dengan berbagai keterbatasan teknologi saat itu.

Tidak ada satu pun pemimpin dunia yang memiliki keberhasilan di seluruh aspek seperti Rasulullah.

Lalu bagaimana menerapkan teladannya dalam kehidupan kita?

Rasulullah adalah seorang “credible business leader with superb managerial competence”. Para sahabat tidak dibayar, tetapi mati-matian mendukung perjuangan Rasulullah, bahkan mengorbankan hartanya sendiri.

Contoh kepemimpinan yang dilakukan Rasulullah adalah “sharing the vision” & “hands on”. Seringlah turun langsung ke lapangan, dan banyak persoalan akan terselesaikan.

Rasulullah juga mencontohkan global competitiveness, be global players with world class product.
Hadits Rasullah menyatakan, “Sesungguhnya Allah sangat suka siapapun hamba, yang jika diberikan tugas, ia melakukannya dengan serius dan dengan kualitas terbaik yang mungkin (bukan asal-asalan).

Jika kita commit pada kualitas, sukses akan commit kepada kita. Success only belongs to those who commit to quality.

Rasulullah terbaik dalam berbagai aspek, maka kita dalam bidang apa pun tugas kita, jadilah terbaik di bidang kita  tersebut. Maksimalkan apa yang dapat kita lakukan dalam bidang kita. Capailah KPI yang telah ditetapkan bagi kita sebagai pimpinan. Akan ada reward sesuai performance kita.

Dan di bulan Ramadhan ini, yakinlah Allah tidak tidur, tidak lengah. Ikhlas dan yakin Allah adil akan apresiasi, baik sekarang, mid term, ataupun long term. Dalam bentuk uang, ataupun dalam bentuk terhindar dari mara bahaya.

Seperti filosofi sa'i, ketika kita lelah berlari dari Shafa ke Marwa, 7 kali bolak-balik, reward akan kita peroleh, yaitu air zamzam di dekat ka’bah. Kita bekerja keras, yang penting maksimalkan usaha dulu, akan ada reward dalam bentuk apa pun, dekat ataupun jauh.

Rasulullah berdagang sampai lebih dari 1000km, dalam waktu 25 tahun hidupnya (masa kenabian 23 tahun), dengan omset yang besar. Rasulullah merupakan teladan di masjid, di keluarga, juga di bisnis.

Jika kita termasuk pedagang (taajirun) yang jujur, karyawan pun termasuk pedagang sebagai bagian dari sistem yang menjual produk perusahaan, jujur pada pelanggan dengan produk dan layanan yang reliable, dijanjikan akan dibangkitkan bersama para nabi, siddiqin, syuhada, dan shalihin. Karena berdagang memang banyak kesulitan dan tantangannya.

Meneladani Rasulullah merupakn “a lifetime process”. Pada Rasulullah ada contoh aplikasi, walk the talk, dari Islam. Mari kita pelajari kehidupan rasulullah, dan ambil dalam khidupan kita.

Follow twitter @syafiiantonio.

Friday, July 27, 2012

Top 3 Secrets To Quranic Arabic

Copy paste e-mail dari newsletter understandquran.com. Semoga bermanfaat :-)

==

As-Salamu Alaikum ,

If you want to cut to the chase and get started in our life-changing "Understand Quran - 50% of Quranic Words",  click here:

http://understandquran.com/join-us.html

Otherwise, find out top 3 secrets to Quranic Arabic and enjoy this story by one of our students - Mamoon Yusaf:

It was a real blow when I realized I had wasted literally thousands of pounds and hundreds of hours on Arabic courses and, years of study later, I still hadn't achieved my outcome of understanding the Quran.

That's because I didn't know the 3 secrets you're about to discover in this article.

But first, let me tell you where my urge to learn Quranic Arabic came from...

My parents, like most parents of my generation, made me go to a Maulvi Saab every weekend morning when I was a kid, even though I didn't understand a word of what I was reciting in the Quran. Even as a
child, it was off-putting and frustrating to be forced to read a book, without understanding it. In fact, it
made me want to rebel.

After all, we were taught French in school so we could read French books, so why was I reading this book without understanding it?

It turns out that my instinct as a child was correct, and the way we were being taught was counter - intuitive. So, when I finished school, the first thing I did right after my A-Levels was to find the 'best' Arabic courses that were out there.

I wanted to find out what Allah was really saying to me in the Quran. And, I wanted to know for myself that the extreme activities I saw on TV were disgusting to Allah.

I enrolled in two courses that Summer, a grammar course and an 'intensive Arabic and Islamic Studies' course. They were both great, and in many ways whet my appetite for more Quran, but certainly didn't
satisfy my hunger to understand the Quran in Arabic.

A couple of years later, having forgotten almost everything I learned on those courses and having mistakenly accepted that I couldn't understand Quranic Arabic as a spare-time hobby, I took it a step further - I changed my degree course from medicine to Arabic (yes, you read that right and no, I don't want to go back).

I figured, if I do a degree in Arabic, and if I do well in it, then surely I'll be able to read the Quran and understand it...

You can imagine my surprise 3 years into a four year degree, and after spending a year in an Arab country, when not only did I NOT understand all the Quran, but it also became clear to me that even if I got a
first class degree at one of the top universities in the UK for Arabic, I still wouldn't reach my goal!

This freaked me out!

So I did some more in-depth research to find out exactly what resources were needed to understand the Quran.

I got all the self-study guides I could find, did a load of online research, spoke with people who had already 'incidentally' achieved the goal I wanted, and within the next few weeks, I achieved the
dream. And here is how...

HOW TO UNDERSTAND QURANIC ARABIC QUICKLY & EASILY

Here are the top ways to study Arabic for the specific Outcome of understanding the Quran:

1. Only study basic grammar.


Most people will tell you that you need to spend your whole life studying Arabic grammar to appreciate the Beauty of the Quran.

What they don't tell you is that you can know enough grammar to string the Arabic sentences together, without ever needing an English Translation again, in only a few hours of focused study.

There are many books and courses out there that teach exactly this, and you can study them on your own.

2. Only learn Arabic to English.


Because your goal is to just understand what the Quran says, you can save yourself at least 50% of your study time by following this golden rule.

You don't need to know the Arabic for 'take me to the Sheesha Bar', because that is superfluous to your goal of understanding the Quran.

You only need to learn vocabulary, and do exercises, that get you to translate Arabic sentences into English, not the other way around.

3. Only learn the vocabulary that's actually in the Quran

This one takes the biscuit.

You will save yourself literally hundreds of hours of personal study if you avoid learning any words that arenot in the text of the Quran itself. How do you do this?

Simply by taking all of your vocabulary lists directly from the Quran, or by using ready-made resources that have Quran-only vocab lists in them.

In fact, ONLY 300 Arabic words account for 70% of the words in the whole Quran, because they are repeated so frequently.


BONUS TIP

4. Use what you already know as your text book.

If you're a western Muslim, you probably already know a lot more Arabic than you give yourself credit for.

You know the contents of prayer, you probably know some Quran already, and if you don't you're probably going to learn them by rote soonanyway.

Use that as the basic text book. Don't bother with Rosetta Stone or any other language course, with its own text books. They are a waste of your time.


Copyright © 2012 Understand Quran Academy, All rights reserved.

Kemudahan Menghafal Al Qur'an (7 - Selesai)


Pertanyaan kedua:
Apakah larangan mendengarkan murottal sambil melakukan aktifitas yang lain bersifat mutlak? Misalnya sambil memasak atau bersih-bersih kita dengarkan murottal agar telinga kita terbiasa dengan Al Qur’an, bukannya tidak menghargai, dan daripada kita mendengarkan yang lain-lain. Apakah keharaman ini, berarti tidak boleh sama sekali?

Jawaban:

Mungkin jika tujuannya supaya terbiasa, saya katakan, jika engkau sedang mengerjakan sesuatu di rumah, memasak, bersih-bersih, atau kesibukan yang lain dan engkau diam, Maka dengan ini engkau bisa mengambil manfaat dan ada faedahnya. Tapi jika engkau duduk bersama teman-temanmu, dan kalian ngobrol. Engkau berbicara, dia berbicara, yang lain juga berbicara, bagaimana engkau akan terbiasa? Tidak.Ini tidak benar. Ini adalah berpaling dari peringatan Allah. Saya katakan jika engkau beraktifitas, ada kesibukan, seperti menjahit, menulis, atau apa saja yang engkau kerjakan, sambil mendengan murottal, maka ini tidak ada masalah. Yang penting jangan berbicara. Jika engkau menidurkan anakmu, dan menyimak murottal, tidak ada masalah. Tapi jika ada pembicaraan diantara sekelompok orang yang sedang duduk-duduk, sambil ngobrol, sambil memutar murottal, ini tidak boleh. Pilihannya, mendengarkan pembicaraan, atau mendengarkan Al Qur’an. ini satu perkataan. tidak ada perdebatan di dalamnya. Juga mungkin supaya engkau terbiasa dengan Al Qur’an, ketika di mobil, engkau memutar murottal Al Qur’an,tapi engkau harus wajibkan pada semuanya : ”Sekarang kita ingin mendengarkan Al Qur’an, kita diam dan jangan berbicara”. Ini boleh. Adapun selain itu, maka tidak boleh. Atau engkau memakai earphone pada telinga ketika di jalan, tetapi yang penting engkau tidak disibukkan dengan pembicaraan yang lainnya.

Pertanyaan ketiga:
Siapa yang dimaksud dengan Ahlul Qur’an?

Jawaban:

Makna Ahlul Qur’an adalah mereka yang senantiasa menghafalnya, membacanya, dan mempelajarinya.

Jadi maksud Ahlul Qur’an adalah mereka yang senantiasa menjaga Al Qur’an, memberikan Al Qur’an waktu untuk Al Qur’an. Ahlul Qur’an bukanlah orang yang memberikan Al Qur’an waktu sisanya. Tidak mungkin engkau menjadi Ahlul Qur’an, jika engkau memberikan waktu untuk Al Qur’an hanya setengah jam dalam sehari. Ahlul Qur’an adalah mereka yang memberikan kepada Al Qur’an mayoritas waktunya. Waktu yang banyak. Engkau menyibukkan diri dengan Al Qur’an.

Imam Syatibi rahimahulllah mengatakan, “Dan Kitabullah adalah sebaik-baik teman, dan mengulangnya menambah keindahan didalamnya. Maka wahai para Qori’ yang berpegang teguh kepadanya, yang memuliakannya di segala kondisi, selamat dan bahagia buat kedua orang tuamu dengan pakaian cahaya berupa mahkota dan perhiasan. Maka bagaimana balasan bagi orangnya sendiri?! Mereka itulah keluarga Allah dan barisan malaikat” 

Keluarga Allah dan barisan para malaikat, meraka adalah orang-orang yang sibuk dengan Al Qur’an. Merekabelajar Al Qur’an, mereka mengajarkan Al Qur’an.

(Acara diakhiri dengan pembacaan Al Qur’an oleh putra pertama dari Syekh Syadi yang bernama Mu’min yang berusia lima tahun, dan penyerahan bantuan untuk Palestina yang terkumpul dari hadirin).

(Selesai)

Kemudahan Menghafal Al Qur'an (6)

Sesi tanya jawab :

Pertanyaan pertama:
Bagaimana metodeuntuk menghafalkan Al Qur’an di Palestina sehingga anak-anak bisa hafal dalam dua bulan?

Jawaban  :

Tentang metode menghafal dalam dua bulan, sesungguhnya ini butuh dauroh tersendiri (sambil tertawa).Tapi ini pengalaman yang kami lakukan tidak hanya di Palestina, tapi juga di Yordania dan Saudi, dansemuanya sukses. Tapi kita di Palestina memiliki kelebihan dalam masalah jumlah. Seperti dulu sayamengajar di Saudi, di Makkah Al Mukarromah dalam program tahfidh di Masjidil Haram, dalam satu tahun hanya meluluskan 40 saja murid yang hafal Al Qur’an dalam program dua bulanan. di Yordania meluluskan 60 sampai 70 hafidh dalam setahun dalam program dua bulanan. Namun di Palestina kita meluluskan setiap tahun 10.000 (sepuluh ribu) hafidh dan hafidhah Al Qur’an, yaitu lima ribu hafidh dan lima ribu hafidhah.

Kita melaksanakan program dengan bentuk umum. Tapi metode tetap memungkinkan. Kita juga terapkan di Turki dan Pakistan, yang mana mereka bukanlah orang Arab. Karena masalahnya bukan masalah bahasa. Tidak ada hubungannya. Masalahnya adalah masalah agenda yang teratur. Dalam liburan musim panas, diadakan mukhoyyam Al Qur’an bagi siswa di masjid selama dua bulan penuh. Tidur, makan, minum, dan menghafal di tempat tersebut dan tidak meninggalkannya. Mereka hanya punya satu kegiatan, yaitu menghafal Al Qur’an.

Kelebihan di Palestina, kita tidak punya banyak kesibukan. Kita tidak punya tempat-tempat permainan, tempat hiburan, juga tidak ada tempat bermain anak-anak. Kita hanya punya masjid-masjid.

Apa sebab kita mempunyai banyak hafidh? Yaitu keseriusan. Kita menjadi masyarakat yang memiliki keseriusan, semua masyarakat. Masing-masing menginginkan anak-anaknya hafal Al Qur’an. Ada dorongan hakiki pada masyarakat di Gaza secara tersendiri. Kita terapkan program ini di Gaza, orang-orang menjadi memiliki respon yang terhadap menghafal Al Qur’an, karena mereka hidup dalam suasana jihad dan perjuangan. Dan kita menjadi punya pemahaman terhadap makna syahid di jalan Allah dan menyambut Allah.

Anak-anak kalian (di Indonesia), ketika liburan, barangkali mereka bermain, atau bertamasya ke tempat yang indah. Tapi kita (di Palestina) tidak punya itu semua. Maka kita bawa mereka ke masjid-masjid. Itulah tempat rekreasi mereka, tempat bergembira mereka, masjid.

Maka dari itu, orang-orang Yahudi dalam perang Gaza yang terakhir, ketika mereka menyerang Gaza, apa yang mereka serang? Mereka menyerang masjid-masjid. Karena masjid-masjid tersebut yang mengeluarkan para hufadh. Karena para hufadh itulah yang membela Gaza dan berjihad di Jalan Allah. Kami di Brigade Al Qossam memiliki 70.000 (tujuh puluh ribu) pasukan, ini adalah jumlah yang dipublish, semuanya adalah hufadh. Dalam peperangan Furqon yang terakhir, kurang lebih 3 tahun yang lalu, ketika Gaza diserang, Orang-orang Israel datang dengan 40.000(empatpuluh ribu) pasukan, yang menghadapi mereka hanya 15.000 (limabelas ribu) hafidh saja. Kitahanya menggunakan 5% (lima persen) dari kekuatan kita saja. Semua yang berperang adalah hufadhkitabullah. Ya, ini barokahnya jihad.

Tapi metode tidak berbeda dengan di tempat lain. Ini juga karena keistimewaan tarbiyah. Kita punya manhaj tarbawi. Kita mencapai suatu pergerakan Islam, ini bagian dari jasa Syekh Ahmad Yasin rahimahullah, kita mentarbiyah masyarakat, kita tidak sekedar mentarbiyah individu-individu harokah dan kader-kader hamas, kita menempuh jalan Nabi Muhammadshallalahu ‘alaihi wasallam. Seperti ‘Amr bin Al ‘Ash ketika beliau menginvestigasi kemah-kemah pasukannya dalam peperangan Nahawan yang menakhukkan negeri Persia, katika beliau melewati kemah yang terdengan suara tilawah AlQur’an, beliau mengatakan, “dari sini kemenangan!” Tapi ketika melewati kemah-kemah, sementara pasukan sedang tiduran, beliau mengatakan, ”dari sini muncul kekalahan!” Maka kemudian mereka dikelompokkan dan ditempatkan di belakang. Adapun yang membaca Al Qur’an, mereka ditempatkan di depan.

Hal ini sejak periode Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam. sehingga Al Qur’an dipahami oleh orang-orang Palestina karena tarbiyah Islamiyah. Ini adalah manhaj Syekh Ahmad Yasin, manhaj Imam Syahid Hasan Al Banna, dan Manhaj Imam Sayyid Qutub yang mengatakan bahwa umat Islam tidak akan menang kecuali dengan generasi Al Qur’anul Karim saja. Ini perkataan Sayyid Qutub. Semua yang kita lakukan di Palestina, menerapkan prinsip ini. Kita terapkan amaliyah ini. Kita mentarbiyah masyarakat.

Kematian bagi kita datang dengan cepat. Kita sudah terbiasa dengan kematian. Kematian bagi kami menjadi permulaan kenikmatan,dan bukan akhir kenikmatan. Karena kita hidup dalam peperangan dan penyerangan. Boleh jadi engkau sedang tidur tiba-tiba meninggal, engkau berjalan di jalan tiba-tiba terkena ranjau dan meninggal. Sehingga kedekatan dengan kematian dan perasaan dekat dengan Allah, menjadikan penduduk Gaza mengetuk pintuAllah. Ini gambaran pemikiran secara umum. Semua manusia menjadi mempunyai keyakinan bahwa keselamatan, kebahagiaan, dan kebaikan di dunia dan akhirat adalah dengan Al Qur’an. Dan ini adalah dari barokah jihad di Jalan Allah.

(bersambung)

Kemudahan Menghafal Al Qur'an (5)

Ketika kita pemahami bahwa Al Qur’an memberi petunjuk kepada jalan yang lurus, Allah yang mengatakan hal ini. Ketika kita mengetahui bahwa dalam Al Qur’an ada keselamatan, maka sebaliknya, bagaimana jika engkau paham bahwa juga ada hukuman bagi yang mengabaikan Al Qur’an? Apakah engkau tahu, jika engkau mengabaikan Al Qur’an, engkau akan masuk dalam permusuhan dengan Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam? Apakah di antara kita ada yang ingin menjadi musuh bagi Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam di hari kiamat?  Kita semua menginginkan syafa’at Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam . Bukankah Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, yang jika kalian berpegang teguh kepadanya kalian tidak akan tersesat selamanya, kitabullah dan sunnah rasul” ? Allah juga berfirman, “dan Rasul berkata : Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al Qur’anini diabaikan” (QS. Al Furqon : 30)

Para ulama berkata, “Orang yang tiga hari berturut-turut tidak membaca Al Qur’an, maka ia adalah orang yang mengabaikan Al Qur’an.” maka dia masuk dalam permusuhan dengan Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam. Apakah engkau ingin berdiri di hari kiamat menjadi musuh bagi Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam?”

Dan Rasul berkata : Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al Qur’an ini diabaikan”. Mereka tidak membacanya, mereka tidak mengamalkannya, mereka tidak menghafalkannya. Lihatlah di manakah engkau? Apakah engkau membaca Al Qur’an setiap hari? Apakah engkau mengagungkan Al Qur’an? Apakah engkau memuliakan AlQur’an? Tanyakan pada dirimu!

Saya bertanya kepadamu tentang tafsir firman Allah subhanahu wa ta’ala,  “Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka simaklah baik-baik, dan perhatikanlah agar kalian mendapat  rahmat” 

Ayat ini sangat berbahaya. Apabila dibacakan Al Qur’an, maka simaklah. Perintah dari Allah subhanahu wa ta’ala yang konsekwensinya adalah wajib. Apabila dibacakan Al Qur’an,  fastami’uu lahu (maka simaklah). Allah tidak mengatakan fasma’uu (maka dengarkanlah). Dan ini beda, antara istima’ (menyimak) dan sama’ (mendengar).
Saya mungkin bisa mendengar suara, saya sekarang mendengar sebagian kalian ngobrol sana-sini, dan saya mendengar suara-suara lain, mendengar biasa. Akan tetapi apakah engkau memberikan hati? Maka hati harus menyimak, dan bukan sekedar mendengar dari telinga yang masuk dari telinga kanan keluar dari telinga kiri.

Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan fastami’uu lahuu.  Kemudian Allah mengatakan apa? Waanshituu, maknanya adalah dengan tadabbur, interaksi, dan tafakkur dengan Al Qur’an. Kemudian Allah mengatakan apa? La’allakum turhamuun (agar kalian mendapat rahmat), Allah mengatakan la’allakum turhamuun dan tidak mengatakan idzan turhamuun, dan tidak mengatakan liturhamuu, tetapi Allah mengatakan la’allakum turhamuun.  Apa makna la’allakum? Dalam bahasa Arab, kata la’allaka ketika dipakai di dalam Al Qur’an, maka bermakna : bahwa yang melanggarnya akan mendapatkan yangsebaliknya. La’allakum turhamuun (agar kalian mendapat rahmat), yaitu bahwa rahmat terkait dengan apa? Terkait dengan istima’ (menyimak) dan inshoot  (memperhatikan).

Artinya jika dibacakan Al Qur’an,engkau tidak menyimak dan tidak memperhatikan, maknanya adalah tertolak dari rahmat Allah. Bahwa yang melanggarnya akan mendapatkan yang sebaliknya. Yang melanggar istima’ (menyimak),  maka konsekwensinya adalah kebalikan dari rahmat. Apa kebalikan dari rahmat ? Laknat. Allahu Akbar, ini masalah yang berbahaya. Ini adalah masalah yang penting,  pengagungan Al Qur’an dan pemuliaannya, ialah yang akan membawamu untuk menghafal.

Yang berikutnya yang harus kita pahami adalah adab terhadap Al Qur’anul Karim. Kita semua harus punya buku tentang adab terhadap Al Qur’nul Karim. Al Qur’an janganlah dijadikan seperti musik yang didengarkan begitu saja. Diputar di laptop, MP3, tapi pikiran kita ke mana-mana. Al Qur’an ini harus diperhatikan, tidak boleh diabaikan seperti itu. Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam. Bersabda, “Siapa yang ingin berbicara dengan Allah, hendaklah ia melaksanakan sholat. Dan sebaliknya, siapa yang ingin Allah berbicara dengannya, maka hendaklah ia membaca Al Qur’an.” 

Karena di dalam Al Qur’an ada perintah Allah, larangan, peringatan dan sebagainya. Seperti ketika kita mendengarkan pidato presiden SBY, orang mendengarkannya baik-baik. Tapi Al Qur’an ini, Allah yang berbicara dengan kita. Maka tidak boleh pikiran kita disibukkan pada yang lainnya. Termasuk memutar murottal, tapi pikiran kita kemana-mana. Seperti saya juga perhatikan ada orang yang memutar murottal di mobil, kemudian dia ngobrol dengan temannya. Pilihannya, murottalnya dimatikan, atau orangnya diam dan memperhatikan bacaan Al Qur’nul Karim. Termasuk ketika ibu-ibu di rumah memutar murottal, sambil masak, sambil bersih-bersih. Maka ini tidak boleh, memutar murottal, namun disibukkan dengan pikiran-pikiran yang lain. Demikian juga terhadap anak-anak. Janganlah kita memutar murottal sedangkan mereka ramai. Tapi murottalnya harus kita matikan terlebih dahulu. Tetapi ketika anak-anak tidur, tidak ada masalah ketika kita memutarkan murottal buat mereka, karena didalamnya ada keberkahan. Maka ketika kita mendengar Al Qur’an tidak boleh disibukkan dengan yang lainnya.

Al Qu’an juga tidak boleh di tempatkan pada tempat yang rendah. Misalnya, Haram engkau meletakkan Al Qur’an di dalam tas dan diatasnya ada barang lain. Al Qur’an harus diletakkan paling atas.

Bagian dari adab terhadap Al Qur’an: ketika datang seseorang kepadamu, dan engkau sedang membaca Al Qur’an sambil duduk, kemudian temanmu datang, engkau mau bersalaman dengannya, maka haram bagimu untuk berdiri. Dialah yang harus duduk dan bersalaman. Engkau tidak boleh berdiri sedang bersamamu ada Al Qur’an, Siapapun yang datang. Jangan berdiri. Ketika engkau membaca Al Qur’an, kenapa haram untuk berdiri? Ini adalah Al Qur’an, ini adalah agung. Apakah berdiri karena orang tersebut? Siapa orang tersebut? Siapa dia? Siapapun dia. Jika engkau ingin menghormati, misalnya dia adalah ayahmu, orang yang lanjut usia, apa yang harus engkau lakukan? Engkau berdiri dan letakkan Al Qur’an di tempat yang tinggi, kemudian engkau kembali dan bersalaman. Adapun engkau berdiri untuk seseorang,  seperti apapun kedudukan orang tersebut, dan Al Qur’an bersamamu, maka ini tidak boleh. Atau dia yang duduk dan bersalaman. Ini masalah penting. Juga dalam kelas ketika mengajarkan Al Qur’an kepada murid-murid, ketika guru masuk, kemudian dikatakan “berdiri” atau “stand up”. Ini tidak boleh. Murid tidak boleh berdiri, dia harus tetap duduk dalam kelas Al Qur’an, ini harus kita ajarkan. Mana yang lebih mulia engkau, sebagai pengajar, atau Al Qur’an?

Ini masalah penting, wajib mengagungkan Al Qur’an. misalnya jugaketika engkau duduk bersila dan engkau letakkan Al Qur’an di atas kaki, ini juga haram, tidak boleh. Al Qur’an harus ditinggikan, engkau harus memegangnya, atau diletakkan di atas meja kecil. Tapi jangan diletakkan lebih rendah darimu. Jadi, Al Qur’an harus diagungkan dan dimuliakan.

(bersambung)

Kemudahan Menghafal Al Qur'an (4)


Bacalah juga hadits Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh At Turmudzi : “Siapa yang diberikan Al Qur’an di dadanya, maka dia telah diberikan kenabian di dadanya, hanya saja dia tidak mendapatkan Wahyu.” 

Apa kenabian itu ? Al Qur’an.
Apa risalah yang dibawa oleh Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam? Al Qur’an.

Hadits Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam, “Sesunggguhnya orang yang di dalam dadanya tidak terdapat sebagian ayat dari  Al Qur’an bagaikan rumah yang tidak ada penghuninya”  (dikutip dari HR. At Turmudzi, Al Hakim, dan AlBaihaqi ). Yaitu rumah yang mau roboh, yang buruk, yaitu dada yang kosong dari Al Qur’an.

Hadits Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam, haditsnya sangat banyak , “Sesungguhnya Allah memiliki keluarga dari manusia. Allah mencintai mereka dan mereka mencintai Allah.” Sahabat bertanya, “Ya Rasulullah siapakah mereka?” Rasulullah menjawab, ”Ahlul qur’an, mereka adalah keluarga allah dan orang-orang spesialnya (dikutip dari HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Saya bertanya kepadamu,  jika setan mennggodamu, bertanyalah pada dirimu :
Apakah engkau ingin berada pada kedudukan Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam?
Apakah engkau ingin menjadi keluarga Allah dan orang special-Nya?
Apakah engkau ingin mendapat kebaikan di setiap hurufnya, dan setiap kebaikan dilipatgandakan sepuluh kali lipat, dan Allah melipat gandakan bagi siapa saja yang dikehendakinya?
Apa engkau ingin itu semua?

Jika engkau ingin itu semua, maka jagalah Al Qur’an. Dari itu, ada banyak hadits tentang menghafal Al Qur’anul Karirm, dan lebih banyak lagi hadits shohih dari Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam tentang orang yang memiliki kelebihan dalam Al Qur’an, baik orang itu mukmin atau munafiq.  Di mana Rasulullah pernah bersabda tentang mukmin yang membaca Al Qur’an dan mukmin yang tidak membaca Al Qur’an, munafiq yang membaca Al Qur’an dan munafiq yang tidak membaca Al Qur’an. Karena Al Qur’anul Karim semuanya baik.

Dalam Hadits Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam, “Permisalan orang mukmin yang membaca Al Qur’an, seperti buah limau, aromanya wangi dan rasanya manis. Sementara orang mukmin yang tidak membaca Al Qur’an, seperti buah kurma, tidak beraroma dan rasanya manis. Orang munafiq yang membaca Al Qur’an seperti raihanah, aromanya wangi tapi rasanya pahit. Adapun orang munafiq yang tidak membaca Al Qur’an, seperti buah handholah, tidak beraroma dan dan rasanya pahit” (dikutip dari HR. Al Bukhari dan Muslim).

Ini adalah dalil, bahwasannya Al Qur’an memiliki keutamaan, baik atas orang mukmin atau tidak. Baik engkau baca dengan ikhlas atau tidak. Maka Al Qur’an semuanya baik. Dan keutamaannya datang kepada semua manusia disebutkan dalam Al Qur’an.

Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala, “Sesungguhnya Al Qur’an ini memberi petunjuk kepada jalan yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang beramal sholeh, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar” (QS. Al Isra’ : 9)

Juga firman Allah, ayatnya sangat banyak , yang menyebutkan tentang keutamaan Al Qur’anul Karim, “Dan bacalah Al Qur’an dengan setartil-tartilnya” “ (QS. Al Muzammil : 4). Ini adalah kata perintah, yang bermakna wajib menurut semua ulama. Yaitu, wajib membaca Al Qur’an sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam. Untuk itu kita meyakini bahwa belajar membaca Al Qur’an dengan bacaan yang benar hukumnya adalah fardlu ‘ain bagi setiap muslim. Karena itu, untuk menghafal Al Qur’an, engkau harus memiliki pandangan yang positif, dan pemahaman tentang kebaikan Al Qur’anul ‘Adhim, dan kebaikan Al Qur’an atas manusia.

Dan Allah subhanahu wa ta’ala ketika berfirman dalam kitabNya yang mulia : “Sungguh Al Qur’an telah kami mudahkan untuk pelajaran, maka adakahorang yang mau mengambil pelajaran?” ( QS. Al Qomar : 15/22/32/40). Ini  jelas, bahwa Al Qur’an itu mudah, tetapi adakah orang yang mau mengambil  pelajaran?

Allah subhanahu wa ta’ala memberikan seruan kepada hamba-hambanya. 
Apakah engkau siap untuk menyambut seruan Allah ini? 
Apakah engkau ingin menjadi orang di barisan pertama yang menghafal Al Qur’an dan mendapatkan kemuliaan, dan keagungan Al Qur’an, yang menjadikanmu berada dalam barisan para malaikat dan barisan para nabi? 

Inilah, Allah subhanahu wa ta’ala, Rabb kalian menyeru kalian untuk menerima Al Qur’an. Maka engkau harus memiliki pandangan yangpositif di dalam dirimu dalam memahami kebaikan Al Qur’an. Ini penting sekali. Maka, pemahaman terhadap kemuliaan Al Qur’anul ‘Adhim, dan pengagungan Al Qur’anul ‘Adhim,  pada tingkatan pertama, inilah yang menjadikanmu menempuh jalan menghafal, dan menunjukkan kepadamu jalan menghafal Al Qur’anul Karim, yaitu pengagungan Al Qur’anu’ ‘Adhim dan pemuliaannya. 

(bersambung)

Thursday, July 26, 2012

Seminar : The Art of Happiness at Work

 Di kantor saya ada seminar dengan judul di atas, disampaikan oleh Bpk.Arvan Pradiansyah, berikut catatan saya, semoga bermanfaat.

Emotion comes from motion. Maka bergeraklah dengan bersemangat, suasana hati akan terpengaruh menjadi juga bersemangat.

Seringkali orang datang kelas motivasi seperti ke rumah sakit. Yang datang ke rumah sakit adalah orang yang sakit, sehingga yang datang ke kelas motivasi dianggap sebagai orang yang tidak termotivasi. Kita perlu mengubah pandangan ini, dengan melihat kelas motivasi seperti tempat fitness. Yang datang ke tempat fitness adalah orang sehat, yang ingin menjadi makin sehat. Artinya, yang datang ke kelas motivasi adalah orang yang sudah termotivasi, yang ingin terus meningkatkan motivasi.

Bidang dari lembaga yang dipimpin Pak Arvan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu life and leadership, dengan tujuan menuju happiness and success.

Dalam hadits disebutkan bahwa setiap kalian adalah pemimpin. Pemimpin bagi suatu kelompok, baik yang besar maupun kecil, dan paling tidak adalah pemimpin bagi diri kita sendiri.

Seminar diawali dengan kuis. Silakan mencoba :-)
Judul kuisnya adalah “Digantung Sampai Kering”. Di masa lalu, satu-satunya cara untuk mengeringkan pakaian adalah menggantungnya sampai kering. Belum ada mesin pengering pakaian. Anggaplah kita kembali ke masa tersebut, dan kita dihadapkan pada setumpuk cucian yang harus segera dicuci, kita sudah kehabisan baju bersih. Namun, ketika baru saja kita akan memulai mencuci, terlihat awan mendung di langit. Apa yang pertama muncul di pikiran kita? Silakan dipilih :-)

1.    Oh, tidak, kau pasti bercanda. Maksudmu aku tidak dapat mencuci hari ini? Lalu aku harus memakai baju apa esok hari?
2.    Tunggu saja sebentar, barangkali nanti cerah.
3.    Hore, aku tidak perlu mencuci! :-)
4.    Aku tidak peduli apakah hari hujan atau cerah. Aku akan mencuci bagaimana pun kondisinya.

Yang mana pilihan kita? Silakan dipilih dulu, lalu silakan baca artinya berikut ini.

Kuis ini dibuat oleh seorang professor bidang kokologi dari Jepang, yaitu salah satu cabang dari psikologi, yaitu ilmu tentang pikiran. Menurut professor tersebut, pilihan dari kuis ini menunjukkan tingkat stress seseorang.

Di seminar ini, hampir separuh peserta memilih no 4. Sekitar 10 memilih no. 2, 3 orang memilih nomor 3, dan tidak ada yang memilih no. 1.

Jika memilih no. 1, dalam skala stress 0-100, kita berada di tingkat stress 80. Cukup tinggi, sehingga hal-hal kecil pun bisa membuat kita menjadi kesal.
Jika memilih no. 2, kita berada di tingkat stress 50. Cukup moderat, karena bagaimanapun stress tidak mungkin tidak ada.
Jika memilih no. 3, kita berada di tingkat stress 0. Walaupun perlu diwaspadai, karena stress dalam kadar tertentu, sebenarnya tetap bermanfaat.
Jika memilih no. 4, kita berada di tingkat stress 100 :-) Karena di sini terlihat bahwa kita tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan, mengambil keputusan dengan terlalu cepat, yang bisa jadi malah membawa masalah yang lebih besar. Padahal tidak masalah jika kita memakai sekali lagi baju yang sudah dipakai :-)
Bagaimana tingkat stress Anda? Semoga kuis tadi tidak malah membuat stress :-)

Dalam melihat sebuah pekerjaan, akan lebih positif jika kita merasa pekerjaan tersebut bermakna, penting, dan melayani orang lain.

Tahapan dalam seseorang memandang pekerjaan :

1.    Sebagai “Job”, tugas yang diberikan oleh atasan, scenario dari orang lain. Dengan pandangan seperti ini, kita akan memandang tugas sebagai beban, dan kita menjadi tidak menikmatinya. Pada tahap ini, kita berada pada kondisi “Survival”, melawan gravitasi, tidak sesuai dengan yang kita inginkan.

2.    Sebagai “Career”, ada peluang pengembangan diri, scenario dari diri sendiri. Karir bisa direncanakan, dan rencana pengembangan bisa datang dari kita sendiri. Hal ini bukan berarti kita harus menjadi wirausahawan. Karyawan juga dapat menjalankan skenarionya sendiri, karena jika karyawan terus mengembangkan dirinya, perusahaan akan me-maintain karyawan tersebut. Pada tahap ini, kita berada pada kondisi “Success”, berhasil mencapai posisi-posisi dalam pekerjaan, sesuai dengan yang kita rencanakan.

3.    Sebagai “Calling”, panggilan Tuhan, scenario Tuhan. Pada dasarnya kita semua adalah utusan Tuhan dengan titipan potensi pada diri kita, yang jika kita optimalkan, kita dapat berkontribusi maksimal bagi umat manusia. Kita harus menemukan panggilan Tuhan tersebut. Dan ini dapat terjadi dengan cepat, ataupun lambat. Pada tahap ini, kita berada pada kondisi “Happiness”, kita akan merasa bahagia, karena kita melakukan apa yang memang seharusnya kita lakukan.

Pertanyaan :
Apa bedanya, calling, passion, dan hobi?
Hobi adalah sesuatu yang senang kita lakukan, dalam melakukan hobi, kita akan merasakan passion. Jika kita melakukan sesuatu yang merupakan “Calling” kita, kita juga akan merasakan passion. Bedanya adalah dengan “Calling”, kita akan  dapat memberikan kontribusi.

Kita bisa saja menguasai suatu bidang, dan kita dapat melakukan tugas dalam bidang tersebut dengan baik. Tapi jika bidang itu bukan “calling” kita, biasanya tidak ada passion, dan tidak maksimal.
Pak Arvan mencontohkan ketika dia mencari pekerjaan yang menjadi “calling”-nya, yang ternyata adalah men-develop orang, dan ternyata sudah sering dilaksanakan sejak beliau masih kecil, menjadi guru untuk adik-adiknya.

Memang kita perlu memperbaiki cara kita mengarahkan anak jika nanti mereka selesai sekolah. Bukan “find a good job”, tapi seharusnya “find your calling”. Mencari pekerjaan adalah perjalanan ke luar, sedangkan mencari “calling” adalah perjalanan ke dalam.

Pertanyaan :
Selama ini orang sering terpengaruh lingkungan, sehingga memiliki pekerjaan yang sama dengan yang banyak dilakukan orang di lingkungannya. Bagaimana melepaskan diri?

Untuk itu memang orang perlu untuk keluar dari gaya gravitasi. Pasti terasa berat, bagaimana pun naik tangga tentu lebih berat daripada turun tangga. Tetapi jika kita sudah bisa melawan gaya gravitasi tersebut, kita akan bisa memiliki pilihan yang lebih terbuka. Keluarlah dari keterkungkungan.

Pertanyaan :
Dalam film Spiderman yang terbaru disebutkan “Anda berhutang bakat kepada dunia.” Hal ini sebenarnya bisa jadi benar juga untuk kita semua. Bagaimana kaitan antara passion, talent, dan contribution value?
Calling dan bakat sama-sama berupa potensi, dan kedua-duanya harus ditemukan.

Pak Arvan mencontohkan bahwa beliau berbakat bermain music. Namun, ketika bermain music, beliau tidak suka ditonton. Artinya kita tidak ingin berkontribusi ke dunia dengan bakat tersebut.

“Calling” biasanya ditandai dengan bagaimana kita ingin dikenang, setelah kita tiada nanti, “leaving a legacy.” “Calling” pasti berkaitan dengan bakat dan hobi.

Antara kesuksesan dan kebahagiaan, seringkali orang menganggap bahwa kita harus sukses dulu baru bisa bahagia. Padahal yang benar adalah sebaliknya, kita harus bahagia dulu baru kita bisa sukses. Sukses hanyalah hitungan waktu.

Kita harus menemukan “calling”. Selama belum ditemukan, kita akan merasa ada yang kurang. “Calling” adalah panggilan jiwa, yang selalu memanggil. Ketika kita menemukan “calling”, dan kita akan mengikutinya, memang ada resiko, yaitu meninggalkan kenyamanan yang sekarang kita sudah nikmati.

Pak Arvan mencontohkan, ketika beliau berpindah dari HR Director di perusahaan multinasional menjadi trainer, penghasilan beliau berkurang separuhnya. Namun, setelah beliau jalani selama 8 tahun, dan jika dibandingkan dengan jika beliau tetap dengan pekerjaan sebelumnya, hasilnya telah jauh lebih tinggi berlipat ganda.

Tanyakan pada diri kita sendiri, apa bakat kita? Apakah kita bahagia? Apakah kita bersemangat dengan tantangan? Apakah kita sudah berkontribusi bagi perusahaan? Jika kita meninggalkan perusahaan, apa yang akan dikenang karyawan lain? Adakah beda bagi perusahaan, dengan ada dan tiadanya kita?
Kita jangan sekedar bekerja, tetapi berikan value. Nilai sebagai professional adalah pada value.

Untuk karyawan, berkaitan dengan menemukan “calling”, ada dua pendekatan :

Pertama :
Perjalanan masuk ke dalam, cari “calling” kita, dan jika ternyata berbeda dengan pekerjaan yang sekarang, pindahlah ke tempat lain yang lebih cocok, bisa saja masih dalam perusahaan, atau di luar perusahaan. Ini disebut dengan “do what you love”.

Kedua :
Ubah pandangan kita terhadap pekerjaan kita. Karena pada dasarnya di setiap pekerjaan ada unsur  “calling”, niatkan pekerjaan kita sebagai pelayanan kepada orang lain. Ini disebut dengan “love what you do”.

4 hal yang dicari dalam pekerjaan :

1.    Uang (tahap “survival”), hanya bahagia sekali dalam sebulan, sering galau, bersaing dengan kenaikan tingkat inflasi.

2.    Relationship (tahap “comfort”), senang bertemu teman, makan siang dengan orang yang berbeda, banyak pintu rezeki yang terbuka.

3.    Growing (tahap “success”), mencari pengembangan diri, dengan memecahkan masalah yang semakin sulit. Jika kita dalam 10 tahun masa kerja kita masih mengerjakan pekerjaan yang sama (merem pun selesai), artinya kita overpaid. Kita yang sudah mengalami kenaikan gaji 10 kali, mengerjakan pekerjaan yang sama dengan orang yang baru masuk kerja. Value yang kita berikan jika dibandingkan dengan uang yang kita terima,  mengalami penurunan. Ini bukanlah “pengalaman” tetapi “penglamaan”. Orang seperti ini, jika menghadapi masalah yang berada di atas tingkat kompetensinya, akan menurunkan tingkat masalahnya.
Berbeda dengan orang yang ingin berkembang.  Ketika ia menghadapi masalah yang beradai di atas tingkat kompetensinya, dia tingkatkan kompetensinya. Dan dia terus mencari masalah lain, agar dapat terus meningkatkan kompetensinya.
Orang hidup selalu bertumbuh. Namun betapa banyak orang yang sebenarnya sudah tidak hidup lagi, karena tidak lagi “bertumbuh”.

4.    Service (tahap “happiness”), melayani orang lain. “Giving” before “getting”. Karena hidup dimulai dari “giving”. Uang adalah hasil. Layani orang dengan sepenuh hati, uang akan datang dengan sendirinya. Uang adalah akibat, tetapi kita sering menghabiskan waktu mencari akibat. Padahal yang kita harus lakukan adalah menguatkan sebab, jangan mencari akibat.

“Calling” biasanya dalam konteks melayani orang lain. Kadang kita perlu mundur 1 langkah, berkorban dulu.
Melayani orang lain, kita melihat pekerjaan lebih dari sekedar fisiknya.

Jika kita melihat OB, apakah mereka senang dengan pekerjaannya? Jika dia melihat pekerjaannya adalah membersihkan ruangan, maka dia akan bosan dan jenuh. Namun jika dia melihat pekerjaannya adalah melayani orang lain, agar dapat bekerja dengan nyaman, sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan, maka dia akan bahagia dengan pekerjaannya.

Resepsionis, akan merasa lebih bahagia dengan pekerjaannya, jika ia melihatnya tidak sekedar menerima telepon, tetapi sebagai peran penting untuk menghubungkan orang penting di dalam dengan orang penting di luar. Pekerjaannya menjadi bermakna.

Supir, akan merasa lebih bahagia jika dia melihat pekerjaannya bukan sekedar menyetir, tetapi melayani penumpang.

Melihat pekerjaan dengan cara berbeda, setiap pekerjaan ada customer, melayani orang lain, akan lebih sukses. Lakukan sepenuh hati, jiwa, dan diri. Lihat sebagai perintah Tuhan untuk melayani dunia.
Pertanyaan :

Apakah mungkin ketika kita sudah sampai ke fase 4, lalu kembali ke fase 1?
Pada dasarnya tidak. Ketika kita masih sering kembali ke fase awal, artinya kita masih belum menemukan “calling” kita.

Komentar peserta :
Kita dapat memandang pekerjaan kita sebagai persembahan kepada Tuhan, lebih dari sekedar pelayanan kepada manusia.

“Calling” adalah hadiah terindah yang Tuhan berikan untuk kita temukan, dan pasti ada. Dan hadiah terindah kita untuk Tuhan adalah menggunakan hadiah itu untuk melakukan pelayanan kepada dunia. Dan ketika maut menjelang, kita bisa berkata pada Tuhan, aku sudah pergunakan semua potensi yang Kau berikan, habis-habisan, mission accomplished, ambillah nyawaku. Dapat dikatakan, “calling” adalah jalan Tuhan untuk kita.
Sehingga bukan sekedar “customer satisfaction” yang kita tuju, tetapi “God satisfaction”. “Customer satisfaction”  adalah rumus kesuksesan, untuk karir, yang akan berakhir ketika kita pensiun dari pekerjaan. Dengan “calling”, kita pensiun ketika kita mati.  Karena pada dasarnya, selama masih ada umur, maka masih ada misi. Artinya tujuan hidup kita tidak hanya terbatas pada pekerjaan, tetapi sesuatu yang dilakukan sampai akhir hayat.

Ada orang yang memandang pekerjaan sebagai ibadah, namun ketika diperdalam, yang dimaksud adalah untuk memberikan nafkah bagi keluarga. Maka ini sebenarnya masih pada tahap mencari uang. Bekerja untuk ibadah yang sebenarnya adalah pengabdian, melayani orang lain. Hidup akan lebih bernilai.