Monday, July 29, 2013

Ceramah Ramadhan 1434 Hari Ke-6 - Persaudaraan Islam

Ceramah hari ini disampaikan oleh Ustadz Bachtiar Nasir, tentang persaudaraan Islam. Kajian kali ini cukup sulit dicatat, mudah-mudahan catatan saya cukup jelas dan cukup tepat.

Dalam setiap konflik, setiap orang pasti ikut serta, tinggal memilih akan masuk ke kubu yang mana.
Kondisi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kebijakan luar negeri karena posisi negara maju akan mendominasi.
Pendapat seseorang sangat dipengaruhi kondisi internal dia, bangsa mana, dan masuk kelompok mana.

Perang di Suriah adalah peperangan global.

Ketika Uni Soviet runtuh, maka yang akan menjadi sasaran berikutnya adalah Islam, siap atau tidak siap.
Kita akan diperangi hanya karena kita muslim. Seperti yang terjadi dengan Mursi di Mesir. Ini adalah perang melawan Islam. Karena itu kita harus menyatukan barisan.

Syam, orang menegakkan Islam dengan power. Syam adalah kedermawanan. Syam terdiri atas Jordania, Libanon, Suriah, dan Palestina.

Ini adalah persoalan akhir zaman, ada kepentingan luar biasa. Akan ada peperangan, kembali dengan pedang dan kuda.

Mursi dan Ikhwanul Muslimin, telah 80 tahun terbangun dengan system yang kuat. Ketika kudeta akan terjadi, 1 jam sebelumnya, TV padam.

Syiah di Indonesia berbeda dengan Syiah di Suriah. Banyak orang Indonesia terindikasi syiah, karena kekaguman pada Khomeini.

Ketika hancur Iraq, yang diuntungkan adalah Iran. Amerika yang sibuk berperang, tetapi Cina yang memenangkan banyak blok minyak, karena link-nya dengan Iran.

Dr. Yusuf Qardhawi memfatwakan jihad di Suriah, karena diserang oleh 8 ribu kaum syiah dari Iran, Iraq, Libanon. Tentara Basyar habis, tetapi ada Hizbullah dari Iran, Syiah dengan 3 bendera. Walaupun Barat dalam kondisi lumpuh dalam hal ekonomi, tetap ada pengaruh.

Setelah habis Yahudi, maka Islam vs. Nasrani.
Ketika pohon berkata, “Hai Abdullah, ini di belakangku ada orang Yahudi”, hanya ditujukan kepada mereka yang benar-benar berpegang teguh pada Allah. Apa yang harus kita lakukan? Ke mana kita harus berpihak? Berpihaklah pada Syam, ‘alaikum bisyam.

Nabi Adam diciptakan sangat tampan, separo ketampanan Nabi Adam diberikan kepada Nabi Yusuf. Maka teori Darwin sangat tidak berdasar.

5 fase dalam Islam :
Pertama fase kenabian.
Kedua, khulafaur rasyidin
Ketiga, kerajaan yg “menggigit”, abasyiah, utsmaniyah, sampai sekarang
Keempat, mulkan jabbariyan, lalu turun dajjal
Terjadi fitnah.
Orang-orang terbaik ada di Syam, orang-orang terburuk ada di Irak.
Akan terjadi penguasaan kedua di Konstantinopel, setelah 1453, bukan dengan senjata dan tentara, namun dengan tasbih dan tahlil.

Apa yang kita harus lakukan? Jika kita tidak peduli persoalan, kita Cuma simpatisan, kita tidak berdakwah, Islam tidak bisa maju. Untuk apa kekuatan, tetapi bukan untuk menegakkan Islam.

Palestina akan menjadi puncak pertarungan dunia. Bentuknya seperti bulan sabit, diawali dengan Iran, Iraq, dan Libanon. Suriah di puncak lengkungan, lalu berakhir di Palestina.

Umat Islam tidak dibatasi territorial. Ada forum Indonesia untuk Syam.
Musuh adalah zionis, misionaris, syiah. Segitiga ats taluts.

Umat Islam harus cepat masuk barisan. Berikan infak terbesar untuk Islam. Jangan berikan hanya yang tersisa untuk Islam, baik waktu, tenaga, ilmu, network, maupun asset.


Forum Indonesia untuk Syam, bisa dilihat di www.Bumisyam.com.

Friday, July 26, 2013

Ceramah Ramadhan 1434 Hari Ke-2 – Hikmah Sabar

Ceramah hari ini disampaikan oleh Mas Pepeng “Jari-Jari” dan istrinya,  Mbak Tami, tentang hikmah sabar.

Mas Pepeng menjelaskan, bahwa orang sukses bukan mereka yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, tetapi justru orang sukses adalah mereka yang tidak terpengaruh lingkungan.

Setiap pagi kita perlu bertanya, apa peran kita pagi ini?

Bagaimana pun sabarnya seseorang, pasti ada keterbatasan. Pasti ada saat ingin marah.

Dalam keluarga, suami adalah imam. Imam harus memberikan contoh yang baik dan benar.

Dalam menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan, yang pertama adalah “Accept”, menerima. Terima dulu apa yang terjadi, apa yang Allah berikan. Kita bisa kuat, bisa juga tidak. Mintalah pertolongan kepada Allah. Insya Allah akan ada jalan.

Maka sabar adalah proses. Terima dulu, apa pun hadiah dari Allah, jadilah orang yang sabar.

Mas Pepeng dan Mbak Tami dikaruniai 4 anak laki-laki yang saat ini berusia 20-27 dengan badan yang besar. Hikmahnya terasa ketika Mas Pepeng sakit, mereka berperan membantu ayahnya bergerak.

Hal yang bisa dicontoh dari Mas Pepeng adalah selalu mau belajar, tetap bersemangat, tidak pernah keliatan loyo, galau, ataupun marah. Kalaupun marah, itu adalah marah untuk prinsip.

Menghadapi sakit yang tidak bisa sembuh, seringkali kita menganggap masa depan adalah beberapa tahun di depan kita. Padahal masa depan yang sebenarnya adalah akhirat. Dan kita harus yakin bahwa kesembuhan adalah janji dari Allah. Pasti akan terjadi happy ending. Dua pilihannya, sembuh dan bisa kembali berjalan, atau menghadap kepada Allah dalam keadaan penuh barokah.

Musibah itu adalah ketika kita tidak dekat dengan Allah. Sakit sesungguhnya bukan musibah. Karena justru ketika sakit, kita akan mendekat kepada Allah. Tidak perlu kita bertanya “Why me?” Karena Allah bisa dengan mudah menjawab “Why not?”

Dalam kesakitan, jika kita ingat kepada Allah, kita akan tenang. Rasa sakit menjadi tidak terasa. Karena Allah ada, lebih dekat dari urat leher kita. Selalu dekatlah kepada Allah.

Tentang banyaknya perceraian, Mas Pepeng menyampaikan bahwa banyak orang menjadi quitter, menyelesaikan masalah dengan lari dari masalah. Perselisihan tentu ada, harus dihadapi, biarkan Allah yang menyelesaikan. Sakinah mawaddah wa rahmah seperti 3 lingkaran yang beririsan di tengah, yaitu cinta.

Menikahi orang yang kita cintai, sangat mudah, di awal mudah “kesetrum”. Dengan berjalannya waktu, jika kita tidak pandai mengelola, “setrum” akan hilang. Kita perlu memperkecil perbedaan. Mawaddah adalah mencintai orang yang kita nikahi. Rahmah datang dari Allah.

Kita perlu mendukung dengan jelas atas perilaku apa pun dari pasangan. Begitu banyak mukjizat. Setiap detik. Kita harus menyepakati sikap pasangan, berikan value. Tetap tampil cerah seperti tidak ada masalah. Benturan selalu ada, serahkan kepada Allah.

Setiap orang pasti punya ilmu yang subhanallah.

Kita harus memberi nilai pada apapun yang kita hadapi. Setiap ada celah, buatlah menjadi spesial. Mbak Tami mempunyai prinsip, selalu ada celah, lihat sudut pandang lain, supaya tetap eksis dan tetap bersyukur.

Jangan pernah berpikir untuk berpisah. Pandang sebagai tugas baru dari Allah. Manusia sering menilai dengan tanggung. Jangan menggantungkan nilai pada manusia, bahkan kepada suami dan anak sekalipun. Biarlah Allah yang menilai. Setiap orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Hanya Allah yang selalu memperhatikan hamba-Nya.

Jadilah pendengar yang baik.

Pria wanita harus saling belajar. Menjadi sahabat di masa tua, bisa bicara segala hal.

Kecerdasan linguistik sebenarnya diajarkan Islam. Ditandai dengan indahnya kisah Al Quran. Rasulullah adalah seorang yang ahli komunikasi.

Tingkatan komunikasi dari berbagai ilmu, tahap pertama adalah komunikasi sampai dari pihak pertama ke pihak kedua, tanpa noise. Dari ilmu antropologi, ditambahkan bahwa kedua pihak harus saling mengerti. Dari ilmu komunikasi, ditambahkan bahwa harus ada interaksi transaksi. Dari ilmu psikologi, harus menggetarkan hati .

Saat ini banyak pasangan yang genting. Lihatlah kelebihan, kekurangan pasti banyak.


Prinsip Mas Pepeng, pantang mati sebelum ajal. Betapa banyak saat ini manusia yang sepertinya hidup, padahal mereka adalah zombie, yang selalu berkeluh kesah. You get what you think. Tidak mungkin galah kalau dekat dengan Allah. Kalau tidak senang, apa harus marah? Mereka yang marah, itulah mereka yang mati sebelum ajal. 

Wednesday, July 24, 2013

Ceramah Ramadhan 1434 Hari ke-14 - Merawat Pernikahan, Bahagia di Dunia sebelum di Surga


Ceramah hari ini disampaikan oleh Ust. M. Fauzil Adhim, tentang Merawat Pernikahan, Bahagia di Dunia sebelum di Surga.  

Dalam surat Ar Ruum 21 disebutkan :
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.

Dari ayat tersebut beberapa point yang dapat disimpulkan :

Sakinah bukan hal yang muluk, “azwaja litaskunu”, (pasangan agar kalian). Maka sakinah adalah konsekuensi logis dari pernikahan. Sakinah tidak perlu menjadi cita-cita. Sakinah adalah konsekuensi, bukan tujuan. Seperti jika kita minum, maka haus akan hilang. Maka jika kita menikah, kita akan menjadi sakinah. Muslim atau bukan muslim bisa bahagia, perbedaannya pada keberkahannya.

Mawaddah adalah ketertarikan yang berawal pada kekaguman atau takjub kepada kelebihan yang dimiliki. Bisa berupa kecantikan, kekayaan, ataupun aspek non fisik.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa urutannya adalah sakinah, mawaddah, baru rahmah. Hal ini sebenarnya tidak ada dasarnya.

Rahmah bisa dirasakan sejah awal menikah, tidak perlu menunggu hingga usia 40 tahun.

Ketika ada seseorang yang berhati baik di usia senja, belum juga menikah, dan jika tidak menikah dikhawatirkan ada fitnah, lalu dinikahi dengan niat untuk menyelamatkan, maka itu didasari dengan sifat rahmah.

Menikah dengan kedua alasan tersebut dapat mencapai bahagia, baik sesaat maupun selamanya.

Kebahagiaan suami istri ketika meninggal, hari kiamat, hari hisab, yaitu ketika disambut malaikat, “Masuklah ke surga, kamu dan istri suami kamu untuk diberikan kegembiraaan.”

Saat ini ada anggapan bahwa sakinah merupakan suatu hal yang muluk, dan banyak hal-hal syubhat yang sebenarnya tidak diatur dalam agama, yang dibuat-buat, dan semakin mempersulit.

Dengan kondisi populasi wanita lebih banyak, lalu kedua-duanya rewel. Semakin banyak kategori dan persyaratan, maka semakin banyak yang tidak memenuhi.

Pertama adalah anggapan bahwa harus ada cinta. Kata siapa?
Banyak pernikahan yang diawali dengan tidak saling kenal, bahkan belum pernah melihat wajah. Seperti Idris ayah Imam Syafi’i, yang menikah dengan pemilik kebun yang belum pernah dikenalnya. Atau seperti Ibu Yoyoh Yusroh dengan Ustadz Budi. Ketika pernikahan diawali dengan niat baik, tujuan mulia, dan itikad yang lurus, maka Allah akan berikan barokah, mudah-mudahan hingga hari kiamat.

Ustadz Fauzil pernah memiliki tetangga, yang sangat kurang pergaulan, namun sangat berbakti pada ibunya, merawat ibunya. Sampai suatu ketika ibunya ingin menimang cucu dari anaknya tersebut. Sang anak yang tidak pernah punya teman perempuan, hanya bisa memohon pertolongan pada Allah agar memberikan istri baginya. Maka ia pun memanjatkan doa di setiap shalatnya. Hingga ia bermimpi yang benar, yang menunjukkan rute jalan ke rumah seorang perempuan. Beberapa kali mimpi yang sama itu dialaminya. Akhirnya berangkatlah ia sesuai petunjuk, dan ternyata di sana sang akhwat pun telah menunggu.

Kedua, masalah kesetaraan pendidikan, suku, urutan anak.

Ketiga, masalah kesiapan finansial.

Padahal yang terpenting bukan banyaknya uang di tangan, tetapi bagaimana yakin dengan rezeki dari Allah dan siap dengan qadha dan qadar.
Ada cerita yang menyatakan bahwa Rasulullah menikahi Khadijah dengan mahar yang besar. Padahal tidak ada hadits yang menyatakan hal tersebut. Hadits yang ada malah menyatakan bahwa sebaik-baik pernikahan adalah yang mudah, baik proses maupun mahar. Wanita yang besar berkahnya adalah wanita yang murah maharnya. Sebaik-baik mahar adalah yang mudah, mudah mencarinya dan murah nilainya.

Keempat kesesuaian penampilan, yang tampan dengan yang cantik. Padahal cantik pun  akan hilang jika sedang marah atau judes. Dan betapa banyak pernikahan antara yang tampan dan cantik, tapi berakhir dalam waktu singkat.

Maka, apa yang seharusnya diharapkan dalam pernikahan? Keberkahan.
Keberkahan adalah kebaikan yang banyak, kebaikan yang bertambah.
Rezeki yang tidak berkah adalah rezeki yang ketika sedikit meresahkan, ketika banyak menambah masalah.
Rezeki yang berkah adalah rezeki yang ketika sedikit menentramkan, ketika banyak menambah kesolehan dan kebaikan.
Rezeki berupa materi, anak, istri, dan suami.

Maka dalam menjalani pernikahan, yang perlu dipersiapkan adalah :

Ilmu, karena ilmu harus  mendahului perkataan dan perbuatan
Niat
Proses
Yang dijalani dalam pernikahan
Qoulan ma'rufan antara suami istri, yaitu yang membuat pasangan merasa diperhatikan dan didengar.
Qoulan syadida antara orang tua dan anak
Qoulan maisura antara penceramah dan pendengar, yaitu mudah dicerna.
Kepada orang yang keras kepala dengan perkataan yang menyentuh

Muasaro bil ma'ruf, yaitu kewajiban bagi suami untuk istri. Jika dilakukan agar istri senang, maka hanya itulah yang akan didapatkan. Jika dilakukan karena mengikuti sunnah, maka bersama sunnah ada barokah.

2 hal yg penting : Menjaga kondisi ruhiyah dan berhati-hati dengan harta.

Rezeki  yang haram pasti tidak barokah, rezeki yang halal belum tentu barokah.
Rezeki yang berkah akan menambah kebaikan rumah tangga, rezeki yang tidak barokah akan menambah kehausan pada dunia.
Tanya jawab :

Pertanyaan pertama, bagaimana agar anak menjadi berkah?

Menikah adalah untuk memenuhi sunnah. Tidak semua pernikahan Allah karuniakan anak. Maka jangan jadikan anak sebagai tujuan dan niat dalam menikah. Namun kita perlu tetap berusaha bersungguh-sungguh, mencari sebab agar dikaruniakan anak.

Selanjutnya, kita mengharapkan, mengupayakan, dan memohon agar anak-anak soleh dan barokah.
Perhatikan al quran dan hadits, menata niat, dan siapkan diri untuk menerima anak sebanyak2nya.


Pertanyaan kedua, saat ini banyak terjadi banyak poligami, sebetulnya apa niatnya?

Hanya Allah yang mengetahui niatnya. Yang pasti, keberkahan sangat bergantung pada niat.
Jika menikah lagi karena kecantikannya, kecantikan tidak abadi, dia cantik karena belum mencapai usia 60 tahun.
Untuk melakukan poligami, pelajari ilmunya, siapkan keluarga, siapkan suami, siapkan istri, siapkan pendukung.

Yang terpenting dalam berkeluarga adalah bagaimana kita senantiasa memikirkan kewajiban.

Masalah sering terjadi ketika kita terlalu peka terhadap hak, sehingga ketika tidak dipenuhi, kita merasa dilecehkan. Betapa banyak pernikahan berlangsung langgeng karena masing-masing pasangan dapat saling ridha, saling melapangkan dada. 

Tuesday, July 23, 2013

Ceramah Ramadan 1434 Hari 1 - Ramadhan bersama Rasulullah

Ceramah Ramadhan hari pertama disampaikan oleh Ustadz Salim A. Fillah, dengan topik Ramadhan bersama Rasulullah.

Ceramah diawali dengan penjelasan tentang kesehatan badan, ruh, dan jiwa. Kesehatan badan ada pada sedikitnya makan, kesehatan ruh ada pada sedikitnya maksiat dan dosa, serta kesehatan jiwa ada pada sedikitnya bicara.

Puasa dan ramadhan, adalah amal untuk mensedikitkan, baik makan, bicara, maupun maksiat dan dosa, yang berdampak positif pada kesehatan badan, jiwa, dan ruh, sehingga akan menjadikan produktivitas yang tinggi.

Sedikit makan bermanfaat bagi kondisi ruhiyah. Pada saat puasa kemesraan dengan Allah akan lebih maksimal.

Dalam sejarah pensyariatan puasa, awalnya yang diwajibkan adalah puasa ayyamul bidh, sama dengan puasa yang dikerjakan umat terdahulu. Ayyamul bidh ini lah yang dimaksud dengan ayyamum ma’dudat di Al Baqarah ayat 184. Karena di awal, syiar adalah menyerupai umat terdahulu, dengan harapan mereka akan mau masuk Islam. Selain puasa, kiblat pun menghadap ke Masjidil Aqsha, baju disamakan modelnya, bahkan sisiran rambut.

Berkaitan dengan kiblat, sedemikian cintanya Rasulullah pada ka’bah di Mekkah, ketika kiblat masih mengarah ke Masjidil Aqsha dan Rasulullah berada di Mekkah, Rasulullah sering shalat dari sebelah selatan ka’bah, agar ketika menghadap ke Masjidil Aqsha, juga menghadap ke ka’bah. Namun hal ini tidak dapat lagi dilakukan ketika Rasulullah ketika sudah di Madinah, karena ka’bah ada di selatan, sedangkan Masjidil Aqsha di utara (mohon maaf kalau utara-selatannya kebalik2 J)

Namun kemudian Allah perintahkan untuk menegakkan syiar yang berbeda, Allah perintahkan untuk menyelisihi umat terdahulu. Kiblat pun dipindahkan ke Mekkah dan diwajibkan untuk berpuasa Ramadhan.

Syariat puasa sebelumnya, puasa dimulai sejak bangun dan diakhiri ketika waktu isya. Maka ada kalanya terjadi puasa yang tersambung sampai tiga hari. Yaitu ketika seseorang puasa di hari pertama, dan tertidur setelah maghrib, lalu terbangun setelah isya. Terbangunnya itu dianggap sebagai awal puasa hari kedua. Jika hal ini terjadi lagi di hari kedua, maka puasa tersambung lagi sampai hari ketiga.

Maka ketika di ayat 185 puasa diwajibkan pada bulan Ramadhan selama 30 hari, para sahabat “galau” membayangkan kemungkinan tersambung sampai 30 hari.

Mereka pun bertanya, “Di mana Allah? Apakah Allah jauh atau dekat? Ketika aku bicara dengan Allah, apakah aku harus berbisik atau berteriak? Mengapa membuat syariat yang sedemikian berat?”

Maka di ayat 186 dijelaskan bahwa Allah dekat. Bahkan secara bahasa, ayat diawali dengan “Dan apabila hamba-Ku bertanya..” maka seharusnya lanjutannya adalah “faqul, katakanlah (wahai Muhammad)..” namun dalam ayat ini langsung dikatakan “fa inni qarib, maka katakan bahwa aku dekat”, menandakan Allah benar-benar dekat, bahkan Rasulullah sebagai perantara pun ditiadakan dalam ayat ini.

Kemesraan dengan Allah ditentukan oleh makanan. Begitu pentingnya makanan dan dampaknya terhadap dikabulkannya doa kita, dapat dilihat pada dua kisah berikut.

Ada kisah tentang Saad bin Abi Waqash, ketika Rasulullah berkata, “Semoga ada yang menjaga.” Saad pun mengajukan diri sebagai penjaga. Dan selain menjaga malam, beliau memberikan tambahan untuk Rasulullah, yaitu menyediakan bejana untuk Rasulullah berwudhu untuk qiyamul lail.

Ketika malam tiba dan Rasulullah akan melakukan qiyamul lail, Saad pun memberikan bejana yang sudah disiapkannya. Rasulullah sangat gembira dan menepuk pundak Saad, dan berkata, “Mintalah sesuatu, akan aku doakan kepada Allah.”

Kita paling mentok akan minta surga. Saad punya permintaan yang luar biasa. Beliau menjawab, “Doakanlah agar semua doaku mustajab.” Rasulullah pun tersenyum dan menjawab, “Bantulah dengan memperbaiki makananmu.”

Ada seorang lelaki musafir yang sedang berpuasa, dan dalam kondisi terdzalimi, dan ia menengadahkan tangan dan berkata “ya rabb, ya rabb.” Keempat kondisi tersebut adalah kondisi mustajabah, yang membuat doa menjadi mustajab. Khusus untuk kondisi keempat, Allah malu jika tidak memberikan apa yang diminta seorang hamba yang menengadahkan tangan dan berkata “ya rabb, ya rabb.”

Namun doa orang tersebut tidak diterima. Bagaimana doanya bisa diterima, sedangkan makanan dan pakaiannya haram.

Makanan haram mencegah kita dari kemesraan dgn Allah. Makanan tersebut tumbuh dalam tubuh, mudah bergetar dengan frekuensi maksiat.

Maka selama bulan Ramadhan tugas kita adalah menyedikitkan makan. Karena ketika yang halal pun kita tidak suka, maka seharusnya, apa lagi yang haram dan yang syubhat.
Ketika puasa kita sedemikian takuuuut untuk batal. Apakah setakut itu kita dengan barang yang haram dan syubhat?

Kita pun harus berhati-hati soal rezeki. Rezeki sudah tertulis, sudah dijamin, bahkan tertulis 2 kali. Tidak akan tertukar, tidak akan salah. Rezeki bukan soal kita memiliki apa, tetapi soal bagaimana cara kita menerimanya, dan bagaimana cara kita menggunakannya.

Walaupun kita adalah pegawai kantor yang menerima gaji dengan jumlah yang tertentu, sering kali kita menjadi tidak lagi bertawakkal kepada Allah. Kita sering keliru dan mentawakkalkan rezeki kepada angka-angka gaji itu. Padahal rezeki akan datang dari arah yang tidak terduga-duga. Dan kita tidak perlu mengorbankan ibadah untuk mengejar rezeki.

Para sahabat sangat bersemangat menjalankan ibadah.

Seorang sahabat pernah berkata, “Yang aku khawatirkan adalah siang yang panas tanpa kesejukan puasa dan malam dingin tanpa kehangatan tahajjud.”

Sahabat tidak mengejar lailatul qadar karena iming-iming berlipatgandanya pahala. Namun lebih karena memang bersemangat menjalankan ibadah.

Imam Ghazali pernah menjelaskan tentang shalat khusyu. Menurut Imam Ghazali, tanda shalat khusyu adalah jika tercegah keji munkar sampai shalat berikutnya.

Seseorang akan mati dengan yang biasa dilakukan selama hidupnya. Amal yang dicintai Allah walaupun sedikit adalah yang sering dan terbiasa dilakukan. Dengan terbiasa, mudah untuk melatih ikhlas, dan kita akan immun terhadap komentar dan pujian. Dan di akhir hidup kita, kita akan mati ketika mengamalkan kebiasaan tersebut.

Berkaitan dengan profesi menulis, Ustadz menjelaskan motivasi menulis, yaitu kita harus bisa menjawab dahulu 3 pertanyaan berikut, yaitu
Mengapa menulis?
Mengapa harus ditulis?
Mengapa saya yang harus menulis?


Jika kita pernah makan yang haram maka ada 3 hal yang dapat dilakukan yaitu taubat nasuha, melakukan amal baik untuk menjadi kompensasi, dan melakukan puasa. Puasa dapat membakar hal yang haram, sehingga tubuh kita bersih dari yang haram.