Friday, June 29, 2012

Agar Anak Jadi Pemimpin


Copy paste dari Republika, semoga bermanfaat.

REPUBLIKA.CO.ID, 

Mendidik anak jadi pemimpin? Mengapa tidak. Anak-anak kita kelak memang tak harus jadi presiden, pemimpin perusahaan multinasional. Tapi, mereka akan menjadi pemimpin di berbagai aspek kehidupan. Minimal pemimpin dalam rumah tangganya. Berikut adalah lima keterampilan calon pemimpin dari para pakar:

1. Mengomunikasikan gagasan
Biasakan anak latihan berbicara di depan umum.

2. Organisasi
Membangun struktur dan keteraturan ke dalam pekerjaan. Biasakan anak menggunakan checklist sederhana menulis tugas-tugas yang harus dilakukan, menandai yang sudah diselesaikannya.

3. Memecahkan masalah
Ajukan situasi-situasi sulit dan dorong ia memunculkan solusi sebanyak mungkin. Diskusikan baik dan buruknya tiap solusi.

4. Mengembangkan rasa percaya diri yang sehat
Sediakan waktu khusus untuk memusatkan perhatian pada hal-hal yang disukai anak.

5. Menetapkan sasaran yang realistis
Ajak anak mendaftar `apa saja yang harus dilakukan', bantulah anak menetapkan beberapa sasaran yang masuk akal dalam satu pekan, satu bulan.

Thursday, June 28, 2012

Menjaga Lisan


Ceramah kali ini disampaikan oleh Ustadz Muhsinin Fauzi, tentang salah satu cabang keimanan, yaitu menjaga lisan. Mohon maaf saya tidak ikut sejak awal, semoga tetap bermanfaat :-)

Beberapa penjelasan dalam Al Qur’an dan Hadits seringkali dirasakan bertentangan dengan fakta atau kebenaran yang disepakati masyarakat. Misalnya dalam hal pernikahan Rasulullah dan Aisyah, yang menurut penelitian dikatakan bahwa Aisyah terlalu muda untuk menikah. Menyikapi hal seperti ini, maka yang harus dilakukan adalah penelitian ulang. 

Karena bagaimanapun, dengan perkembangan pengetahuan, hasil penelitian dari tahun ke tahun menunjukkan kesimpulan yang berbeda-beda. Pernah ada masa dianggap minyak kelapa sawit lebih baik daripada minyak kelapa, namun perkembangan selanjutnya, dikatakan bahwa minyak kelapa justru lebih baik daripada minyak kelapa sawit.

Pada dasarnya, Al Qur’an dan Hadits Shahih tidak mungkin salah, tidak mungkin bertentangan dengan fakta. Jika hal itu terjadi, yaitu Al Qur’an dan Hadits Shahih bertentangan dengan fakta, maka kemungkinannya adalah faktanya yang salah, atau pemahaman kita terhadap Al Qur’an dan Hadits Shahih tersebut yang harus diperbaiki.

Bagian dari menjaga lisan adalah menghindarkan diri dari mengucapkan hal yang tidak berguna, walaupun tidak berdosa.

Hal ini mendorong muslim untuk menuju kapasitas yang baik. Karena seorang pemimpin adalah orang yang ditunggu perkataannya. Jika ia berkata, maka semua orang mendengar, dan jika ia diam, maka semua orang menunggu. Ini bisa terjadi karena ia hanya berkata hal yang berbobot, hal yang berguna.

Berbeda dengan mereka yang sering mengucapkan hal yang tidak berguna, maka orang tidak selalu merasa perlu untuk mendengarkan.

Kapasitas seorang pribadi ditentukan dari kapasitas pembicaraan. Orang besar akan berbicara hal yang besar. Orang kecil akan berbicara hal yang kecil.

Pelayan Rasulullah, Anas bin Malik mengatakan, “Aku menjadi pelayan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selama sepuluh tahun. Demi Allah selama itu beliau tidak pernah berkata “Uff (Husy) kepadaku, dan tidak pernah membentakku dengan perkataan, “Hai, kenapa engkau perbuat begitu!” (HR Muslim : 4269).

Rasulullah tidak “cerewet”, hal ini menunjukkan kapasitas leadership, yang dapat melakukan pendelegasian tugas, dan pandai memilih anggota tim.

Dalam persiapan perang Uhud, Rasulullah hanya melakukan 1x rapat, begitu juga dengan perang Badar. Bagaimana dengan kita? Berapa kali rapat kita lakukan untuk mempersiapkan sebuah acara?

Berbicara hanya hal yang baik, bukan berarti tidak berbicara sama sekali. Tetapi memastikan bahwa kita hanya berbicara hal yang berguna. Ukuran berguna adalah : ada pahalanya. Apa lagi jika jelas-jelas mengakibatkan dosa, maka harus ditinggalkan. 

Contoh soal dari Ustadz, bagaimana dengan pembahasan gol sepak bola? Apakah berpahala? :-)

Friday, June 22, 2012

8 Langkah Persiapan Ramadhan

Sudah masuk bulan Sya'ban, sebentar lagi Ramadhan tiba. Bulan pengampunan, bulan yang mulia, bulan Al Qur'an. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang bergembira menyambut Ramadhan.

Bagaimana persiapan kita?

Agar Ramadhan dapat lebih fokus, intensif, dan optimal untuk beribadah, berikut beberapa persiapan yang bisa dilakukan :

1. Mulai memperbanyak puasa.
Agar di Ramadhan nanti sudah terbiasa, di bulan Sya'ban kita bisa mulai memperbanyak puasa dengan puasa Senin Kamis, puasa pertengahan bulan, boleh juga puasa Daud.

2. Mulai memperbanyak membaca Al Qur'an.
Mulailah "bersahabat" dengan Al Qur'an, bawalah Al Qur'an ke manapun pergi. Targetkan membaca atau menghafal Al Qur'an yang lebih baik lagi dari tahun lalu, dan mulailah pemanasan dari sekarang. Misalnya Ramadhan target kita 1 kali khatam, kalau bisa di bulan Sya'ban ini bisa selesai 1/2 Al Qur'an.

3. Mulai biasakan memperbanyak shalat.
Agar terbiasa dengan tarawih, mulai biasakan memperbanyak shalat, dengan shalat-shalat sunnah, shalat dhuha, shalat rawatib, serta shalat tahajjud. Dengan shalat tahajjud, juga kita akan terbiasa bangun pagi untuk sahur tanpa terlalu mengantuk, sehingga tidak perlu tidur lagi setelah subuh.

4. Mengulang kembali pelajaran tentang Ramadhan.
Baca kembali buku-buku ataupun website tentang Ramadhan, ibadah-ibadah apa saja yang utama, waktu-waktu mana yang utama. 

5. Belanja keperluan Ramadhan dan Idul Fitri sejak sekarang.
Ramadhan dan Idul Fitri identik dengan saling berbagi dengan handai taulan. Agar di Ramadhan nanti kita tidak disibukkan dengan belanja, sehingga mengorbankan waktu ibadah kita, apa lagi sampai kelelahan dan harus berbuka sebelum waktunya, ayo belanja dari sekarang. Belanja online yang praktis, sehingga tidak menghabiskan waktu perjalanan, walaupun bisa jadi agak lebih mahal :-) Ayolah ibu-ibu, tidak apa-apa kita "berkorban" sedikit untuk "rela" sedikit, demi mengoptimalkan ibadah.

6. Mudik, kalau bisa di lain waktu saja.
Mudik sangat menghabiskan waktu, apa lagi mudik di lakukan di sepuluh hari terakhir Ramadhan yang justru sarat dengan waktu-waktu mulia untuk ber-i'tikaf. Berikan pengertian kepada keluarga besar, agar pertemuan keluarga tidak dilakukan di Idul Fitri, tetapi di hari lain, misalnya liburan anak sekolah. Lebih baik persiapan untuk i'tikaf, mulai mencari informasi tentang masjid-masjid yang menyelenggarakan i'tikaf.

7. Buat kesepakatan dengan asisten rumah tangga (ART).
Idul Fitri identik dengan pulangnya ART. Buat kesepakatan dengan ART agar kepulangan mereka (jika ada lebih dari 1 ART) tidak bersamaan. Kalau bisa mereka juga tidak usah pulang, kita berikan tambahan upah jika mereka bersedia tidak pulang kampung selama Idul Fitri, kalau perlu 1 kali gaji, sama dengan THR-nya. Jika memang ART pulang, persiapkan pemesanan ART pengganti (jika diperlukan) sejak sekarang, karena biasanya jika waktu sudah terlalu mepet, ART pengganti juga semakin langka.

8. Persiapan dana.
Berbagai keperluan Ramadhan dan Idul Fitri, serta dilipatgandakannya ganjaran selama Ramadhan untuk bersedekah dan berinfaq serta berbagi hidangan buka puasa, memerlukan dana. Mudah-mudahan sudah ada tabungan yang dapat digunakan untuk bulan mulia ini.

O yaaa, satu lagi, mulai "sosialisasi" ke anak-anak juga. Kondisikan agar mereka juga gembira menyambut Ramadhan. Buat dekorasi penyambutan Ramadhan, pasang poster, buat hiasan di rumah. Ceritakan tentang berbagai keutamaan Ramadhan, tentang ganjaran yang berlipat ganda, tentang lailatul qadr, dan tentang adanya pintu surga khusus untuk mereka yang berpuasa. Ajak mereka juga untuk makin bersahabat dengan Al Qur'an, berlatih berpuasa, serta memperbanyak shalat.

Dan satu lagi, seluruh kegiatan di atas tentunya harus disepakati dengan seluruh anggota keluarga, terutama pasangan, jangan sampai terjadi perselisihan karena hal-hal yang sebenarnya bersifat anjuran dan bukan suatu keharusan. 

Sementara demikian persiapan Ramadhan yang bisa dilakukan sejak sekarang, semoga bermanfaat.

Friday, June 15, 2012

Perjalanan ke Negeri Mi’raj

Ceramah kali ini disampaikan oleh Ustadzah Maryam Rachmayani, tentang kunjungan beliau ke Palestina.

Di Palestina, lembaga tahfizh, lembaga tajwid, dikelola oleh Negara. Jika kita berkunjung ke masjid-masjid, maka di dalamnya banyak terdapat halaqah-halaqah (perkumpulan-perkumpulan) tahfizh.  Di setiap rumah di Gaza ada satu hafizh, penghafal Al Qur’an. Kalaupun tidak ada hafizh, maka hafalannya di atas 20 juz.

Terdapat juga kegiatan sanad tahsin, yaitu memperbaiki bacaan, dari guru yang terus tersambung sampai ke Rasulullah, yang menerima langsung dari malaikat Jibril. Di masa sekarang, sudah sampai ke sanad 50 atau 60.

Sebuah TK di Palestina berisi sekitar 50 anak dalam 1 kelas, dengan 1 guru.

Kebanyakan pemimpin Palestina adalah seorang hafizh, dengan Al Qur’an di kepala mereka, seperti Ismail Haniyah, Perdana Menteri Palestina.

Di setiap kantor dituliskan Yerusalem sekian km, untuk selalu mengingatkan seluruh masyarakat tentang rencana pembebasan Yerusalem.

Ayam di Palestina lebih sehat, tidak ada lemak sama sekali.
Ada lembaga Salama, untuk penyandang cacat akibat perang.
Ada lembaga khusus untuk mengembalikan mental anak dan perempuan akibat perang.
Polisi wanita di Palestina menggunakan gamis lengkap, namun tidak mengurangi aktivitas fisik mereka.
Universitas Gaza peringkat belasan terbaik di Timur Tengah.
Di Muhararat, daerah perbatasan antara Gaza dan Israel, terdapat rumah kaca untuk pertanian, dengan hasil yang sangat baik karena tanahnya yang sangat subur.

Menteri Tarbiyah (Pendidikan) juga adalah seorang hafizh Al Qur’an, beliau hafal An Nisaa dalam waktu 9 jam. Tahun 2012 di Palestina ditetapkan sebagai tahun pendidikan. Setiap tahun selalu ada bidang yang dikonsentrasikan, misalnya tahun Pemuda, dll.

Awalnya, kota-kota di Palestina sama seperti kota lainnya, dengan segala kegemerlapan dan aktivitasnya. Setelah Islam menguasai, segala hal yang dianggap kurang sesuai dengan Islam, perlahan-lahan dihilangkan. Saat ini di Palestina tidak ada bioskop, dan tidak ada perempuan yang tidak memakai jilbab.

Palestina adalah prototype bagaimanan sebuah negara dikelola, dengan rakyat yang dekat dengan Al Qur’an. Di Palestina ada ribuan lembaga tahfizh.

Setiap kantor memiliki gambar Al Quds, untuk selalu mengingatkan akan cita-cita Palestina. 
Listrik mati 8 jam sehari, sehingga situasi menjadi makin sulit.

Progam kementrian pertanian adalah swasembada pangan. Saat ini di Palestina 99% bahan pangan adalah hasil dari dalam negeri Palestina sendiri.

Walaupun mereka dalam kondisi perang, pengelolaan negeri Palestina sangat bisa ditiru.

Dalam kondisi perang, sama sekali tidak ada anak-anak yang meminta-minta. Mereka memiliki izzah, harga diri. Dalam kunjungan ke lembaga-lembaga, ketika mereka melakukan presentasi, maka sama sekali bukan meminta dana. Mereka memaparkan program, impian, dan semangat membangun negeri mereka.

Mereka “tidak meminta” infak kita, apa lagi bantuan sukarelawan perang, karena bisa jadi tentara dari Indonesia malah akan “merepotkan” di sana dengan berbagai penyesuaian cuaca. Sebenarnya, kitalah yang membutuhkan masyarakat Palestina, karena mereka yang akan mempertahankan Masjidil Aqsha.

Ketika disampaikan dana bantuan, mereka akan langsung berterima kasih, dan menyampaikan program-program yang akan dilakukan dengan dana bantuan tersebut.

Al Qur’an di Palestina dengan cover bergambar Masjidil Aqsha, sebagai perlawanan dari cita-cita Yahudi yang mencanangkan Haikal Sulaiman.

Palestina yang sampai saat ini belum merdeka, merupakan kesempatan yang Allah berikan untuk berjihad fi sabilillah. 1/8 bagian dari zakat kita sebenarnya merupakan hak dari mereka yang berjihad fi sabilillah, salah satu yang terutama adalah para pejuang Palestina, para pejuang aqidah.

Sampaikan doa untuk mereka di setiap doa kita, juga untuk pejuang Islam lainnya. Sosialisasikan tentang Palestina kepada anak-anak, termasuk tentang akan turunnya Dajjal, fitnah terbesar.

Masyarakat Palestina sangat memiliki kedekatan, keterikatan interaksi dengan Al Qur'an.

Menjelang Ramadhan, bulan Al Qur'an, hendaknya kita mulai melakukan pemanasan, mempersiapkan diri, meningkatkan tilawah Al Qur’an, 3-4 juz sehari (wowww :-D)

Masyarakat Palestina dan Al Qur'an

Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, masyarakat Palestina sangat intensif interaksinya dengan Al Qur'an. Ribuan hafizh ada di negeri itu, di tengah situasi perang, bahkan banyak yang berhasil menghafal Al Qur'an di penjara, hanya dalam beberapa bulan.Hampir di setiap rumah ada seorang hafizh, atau kalaupun bukan hafizh, hafalan mereka lebih dari 10-20 juz. Subhanallah. Mudah-mudahan Indonesia akan mencapai hal itu suatu hari nanti..

Berikut beberapa link yang menjelaskan tentang hal ini, semoga menginspirasi.


Keutamaan Shalat Dhuha


Dari pengajian dzuhur di kantor, semoga bermanfaat.

HR Bukhari Muslim :
Abu Hurairah berkata, "Telah berwasiat kasihku rasulullah, dengan yang pertama untuk melakukan shiyam 3 hari setiap bulan, dan mengerjakan 2 rakaat dhuha, dan witir sebelum tidur."

Puasa 3 hari setiap bulan yaitu setiap tanggal 13, 14, dan 15 bulan qamariyah.

Jumlah minimal dhuha 2 rakaat
Dhuha : waktu meningginya matahari sampai waktu condongnya (dzuhur). Dimulai seperempat jam setelah matahari terbit.

Keutamaan shalat Dhuha:

Abu Dzar :
Pagi wajib atas setiap persendian untuk diberikan sedekah. Tasbih, tahmid, tahlil, takbir adalah shadaqah. Mengajak kepada kebaikan (amrun bil ma'ruf), mengajak meninggalkan keburukan (nahyun anil munkar) adalah shadaqah. Mencukupi semua itu adalah 2 rakaat shalat dhuha.

Buraidah :
Pd manusia 360 persendian. Wajib atas manusia mensedekahi setiap persendian. Siapa yg mampu melakukannya? Menghilangkan gangguan jalan atau lakukan shalat dhuha, maka telah mencukupi.

Suatu ketika Rasulullah mengutus pasukan Sariah, yang dipimpin sahabat (disebut Ghozwah jika dipimpin Rasulullah).

Belum lama pasukan dikirim. Langsung memperoleh ghanimah, yaitu harta rampasan perang (disebut Fa' jika belum ada kontak fisik, langsung menyerah).

Sahabat lalu membicarakan dekatnya tempat tersebut, ghanimah yang banyak, serta cepatnya kepulangan pasukan tersebut.

Apakah mau ditunjukkan tempat yang akan memberikan lebih banyak, lebih dekat, dan lebih cepat?
Berwudhu kemudian pergi ke masjid untuk shalat dhuha.

Hukumnya shalat dhuha mayoritas ulama menyatakan sunnah, setiap hari, rutin.

Amal yang paling dicintai Allah, adalah yang dilakukan terus menerus walaupun sedikit.

Ada yang menyatakan boleh sekali-sekali, namun haditsnya dhaif.

Ibn Qayyim menyatakan :
Disyariatkan kalau ada sebab. Misalnya terbiasa qiyamul lail, lalu tidak melakukan, lakukan dhuha.

Jumlah maksimal 8 rakaat. Ada yang menyatakan 12 rakaat, namun hadits-nya dhaif.
Shalat isyraq / syuruq adalah shalat  dhuha di awal waktu.

Universitas Kehidupan


*Disadur dari Buku Sepatu Dahlan Iskan. "SEMOGA BERMANFAAT".


Jika semua yang kita kehendaki terus kita MILIKI, darimana kita belajar  IKHLAS

Jika semua yang kita impikan segera TERWUJUD, darimana kita belajar SABAR

Jika setiap do’a kita terus DIKABULKAN, bagaimana kita dapat belajar  IKHTIAR

Seorang yang dekat dengan TUHAN, bukan berarti tidak ada air mata

Seorang yang TAAT pada TUHAN, bukan berarti tidak ada KEKURANGAN

Seorang yang TEKUN berdo’a, bukan berarti tidak ada masa masa SULIT

Biarlah TUHAN yang berdaulat sepenuhnya atas hidup kita, karena TUHAN TAU yang tepat untuk memberikan yang TERBAIK

Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETULUSAN

Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kamu sedang belajar KEIKHLASAN

Ketika hatimu terluka sangat dalam……, maka saat itu kamu sedang belajar tentang MEMAAFKAN

Ketika kamu lelah dan kecewa, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KESUNGGUHAN

Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETANGGUHAN

Ketika kamu harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KEMURAH – HATIAN

Tetap semangat….

Tetap sabar….

Tetap tersenyum…..

Karena kamu sedang menimba ilmu di UNIVERSITAS KEHIDUPAN

TUHAN menaruhmu di “tempatmu”  yang sekarang, bukan karena “KEBETULAN”……

Orang yang HEBAT tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan.

MEREKA di bentuk melalui KESUKARAN, TANTANGAN & AIR MATA……

Wednesday, June 13, 2012

Rutin walaupun Sedikit

Sering merasa bahwa waktu begitu terbatas, padahal banyak hal yang ingin dilakukan? Akhirnya malah semua jadi tidak dilakukan sama sekali?

Tipsnya, tetap lakukan, walaupun sedikit-sedikit, insya Allah akan ada perkembangan, ada kemajuan.Dicicil, lakukan setiap hari 1 halaman, sebulan akan jadi 30 halaman. Cukup banyak kan?

Beberapa hal yang bisa dilakukan dengan "sedikit setiap hari", baik untuk kehidupan sehari-hari, pekerjaan, dan yang terutama adalah kehidupan spiritual :

1. Membaca buku pengembangan diri, baca sehari 3 halaman.

2. Menghafal nomor dan nama surat Al Qur'an, hafalkan sehari 1 nomor dan nama surat.
3. Baca hadits dari www.lidwa.com, sehari 10 hadits.
4. Menghafal sehari 2 baris ayat Al Qur'an.
5. Membersihkan kusen jendela rumah, 1 kusen setiap hari.
6. Menginput data yang sangat banyak, 10 data setiap hari.
7. Menghafal Asmaul Husna, 3 nama Allah setiap hari.
8. Membaca buku sejarah, kisah Rasulullah dan para sahabat, 3 halaman setiap hari.
9. Membaca Al Qur'an 1 halaman setiap hari.

Silakan tentukan sendiri apa yang ingin dicapai, segera dimulai, dengan sedikit, yang penting rutin dan konsisten. Lakukan di waktu yang tetap di setiap harinya, agar tidak terlupa. Sedikit demi sedikit bisa ditambah porsinya, sehingga waktu lebih optimal untuk kebaikan dan hal yang bermanfaat.


Rukun Puasa

Ceramah Dzuhur hari ini disampaikan oleh Ust. Ahmad Sarwat.

Rukun puasa merupakan hal yang menjadi kerangka ibadah puasa, yang jika tidak dilakukan, maka puasanya menjadi tidak sah.

Rukun puasa ada dua, yaitu niat dan imsak.

Niat ada di dalam hati. Sebagian ulama menyatakan bahwa karena tidak dicontohkan oleh rasulullah, niat tidak boleh (bahkan haram) untuk diucapkan. Sebagian ulama tetap membolehkan untuk mengucapkan, namun yang terpenting bukan ucapan, yang terpenting adalah niat yang ada di dalam hati.

Niat untuk puasa wajib, harus dilakukan sebelum puasa dilaksanakan. Sedangkan niat untuk puasa sunnah, dapat dilakukan setelah puasa dilakukan, asalkan selama hari itu memang belum makan apa pun, dan belum sampai waktu maghrib.

Sebagaimana kisah Rasulullah yang suatu hari tidak berniat puasa, tetapi beliau belum makan sejak subuh. Ketika tiba waktu dzuhur, beliau bertanya kepada Aisyah, “Apakah ada makanan?”. Dan Aisyah menjawab “Tidak ada”. Maka Rasulullah berkata, “Kalau begitu aku berpuasa.”

Tentang niat untuk puasa Ramadhan ada ulama yang berpendapat bahwa niatnya dapat digabung untuk puasa 1 bulan, tetapi ada yang berpendapat bahwa setiap hari adalah terpisah, maka perlu niat di setiap harinya.

Imsak artinya menahan dari yang membatalkan. Berasal dari kata amsaka – yamsiku.
Dalam puasa seseorang melakukan imsak. Namun belum tentu orang yang imsak, dia berpuasa. Misalnya seseorang yang sudah sengaja membatalkan puasanya, maka dia harus tetap imsak sampai waktu berbuka, namun dia sudah tidak lagi berpuasa.

Kata imsak yang sering digunakan di Indonesia mengalami pergeseran makna, menjadi waktu bersiap-siap, sekitar 10 menit menjelang subuh. Dan sering ada pemahaman bahwa puasa dimulai sejak waktu “imsak” tersebut. Padahal, puasa sebenarnya dimulai di waktu subuh, bukan di 10 menit sebelum subuh.

Berkaitan dengan makan sahur di waktu adzan, ada hadits sahih yang menyatakan bahwa “Jika terdengar adzan subuh dan seseorang masih makan sahur, maka lanjutkanlah.” Maka kebanyakan ulama berpendapat bahwa adzan subuh yang dimaksud adalah adzan subuh pertama, yang biasa dikumandangkan di Mekkah dan Madinah, yang dikumandangkan sebelum waktu subuh yang sebenarnya. Sehingga, jika adzan subuh yang terdengar adalah waktu subuh yang sebenarnya, maka puasanya terhitung batal. Satu ulama berpendapat berbeda, yaitu Nasirudin Al Bani, yang menyatakan bahwa yang dimaksud adalah adzan subuh yang sebenarnya.

Berkaitan dengan makan minum di waktu puasa di antara fajar dan maghrib, maka ada 4 kondisi :

Pertama, jika seseorang lupa, maka ia tidak berdosa, dan puasanya tidak batal.
Kasusnya misalnya, seseorang di hari pertama Ramadhan, setelah tidur siang, bangun melihat makanan, lupa bahwa berpuasa, lalu makan. Maka ia tidak berdosa dan puasanya tidak batal.

Ada perbedaan antara lupa dan keliru.
Kasus kedua, jika seseorang keliru, maka ia tidak berdosa, tetapi puasanya batal.
Kasusnya misalnya, seseorang mengira waktu subuh belum masuk, lalu masih makan, padahal sebenarnya sudah subuh. Atau seseorang mengira waktu maghrib sudah tiba, lalu berbuka, padahal belum waktu maghrib. Maka ia tidak berdosa, tetapi puasanya batal, dan ia harus menggantinya di hari lain.

Kasus ketiga, jika seseorang memiliki udzur yang syar’i, sehingga dibolehkan untuk membatalkan puasa, misalnya orang sakit, dalam perjalanan, dll. Maka ia tidak berdosa, puasanya batal, dan harus menggantinya di hari lain.

Kasus keempat, jika seseorang sengaja membatalkan puasa dengan makan dan minum padahal tidak termasuk golongan yang memiliki udzur syar’i, maka puasanya batal, termasuk berdosa besar, dan wajib mengganti di hari lain.
Beberapa ulama menyamakan kasus ini dengan kasus berhubungan suami istri di siang hari bulan puasa, sehingga harus menerima hukuman yaitu membebaskan budak, atau memberi makan 60 orang miskin, atau berpuasa 60 hari berturut-turut.

Tanya Jawab :

Tentang puasa di hari Senin dan Kamis, apakah memungkinkan untuk puasa wajib (mengganti puasa ramadhan) sekaligus puasa sunnah?
Hari Senin dan Kamis memiliki kemuliaan, yaitu merupakan hari ketika amal diangkat ke langit, dan Rasulullah menyukai untuk berpuasa di hari mulia itu.
Maka puasa apa pun di kedua hari tersebut, memiliki nilai yang berbeda. Sehingga bukan “dobel niat” antara puasa sunnah dan puasa wajib, tetapi nilainya berbeda karena kemuliaan hari tersebut, dan hal ini berlaku untuk puasa wajib maupun puasa sunnah.

Puasa di hari Jumat saja, apakah dibolehkan?
Yang tidak dibolehkan adalah sengaja puasa di hari Jumat dengan meniatkan Jumat sebagai hari raya umat Islam, dan merutinkannya. Adapun jika puasa tertentu (misalnya puasa nadzar) yang jatuh 1 hari di hari Jumat, maka dibolehkan.

Wallahua’lam bissawab.

Tuesday, June 12, 2012

Tafsir Al Muddatstsir Ayat 1

Pengajian siang ini disampaikan oleh Ustadz Amir Faishol Fath. 

Al muddatstsir, adalah isim fail (kata yang menunjukkan pelaku), kata dasarnya adalah datsara (kata kerja lampau) dan yudatstsiru (kata kerja sedang). Artinya adalah orang yang sedang berselimut.
Sama dengan al muzzammil, zamala, yuzammilu.

Ilmu yang mempelajari pecahan-pecahan kata dalam Bahasa Arab disebut dengan ilmu sharf. Jika ingin memahami Bahasa  Arab, maka ilmu ini harus dihafalkan.

Tafsir  surat Al Muddatstsir terdapat dalam riwayat dari Imam Bukhari, sebagai berikut :

“Sesungguhnya aku berdiam diri di gua Hira. Maka ketika habis masa diamku, aku turun lalu aku telusuri lembah. Aku melihat ke kanan, tidak ada apa-apa, aku melihat ke kiri, tidak ada apa-apa, aku melihat ke depatn, tidak ada apa-apa, aku melihat ke belakang, tidak ada apa-apa. Lalu aku lihat ke langit, tiba-tiba aku melihat Jibril duduk di atas kursi.”

Kursi ini adalah penggambaran akan hal yang gaib. Dalam riwayat lain diceritakan tentang Jibril yang memiliki 600 sayap, yang jika sayapnya dibuka, maka langit timur dan barat tertutup.

Lanjutan dari hadits tadi, “Maka aku temui Khadijah, dan aku berkata ‘Selimuti aku’, maka Khadijah pun menyelimuti  Rasulullah."

Sebagaimana dalam surat Al Muzzammil ayat 4, yang menyatakan bahwa “akan Kuberikan kepadanya perkataan yang berat”. Makna berat dalam hal ini ada dua, yaitu berat ketika Rasulullah menerimanya, sehingga beliau gemetar dan berkeringat. Atau berat dari sisi hukum, berat untuk mempelajari dan mengamalkannya.

Rasulullah kemudia meminta agar dikompres ubun-ubunnya dengan air dingin.
Lalu turunlah surat Al Muddatstsir ayat 1-3.
Ketiga ayat tersebut diakhiri dengan huruf ra yang sebelumnya berbunyi kasrah, maka dibaca dengan tarqiq (seperti tersenyum).

Dalam surat Al Muddatstsir Allah memanggil bukan dengan nama, melainkan dengan perbuatan Rasulullah, yang saat itu sedang berselimut. Hal itu adalah bentuk penghormatan. Seperti juga ketika Rasulullah memanggil Aisyah dengan wahai Humairah, wahai yang berpipi merah. Seperti juga ketika kita memanggil seseorang yang kita hormati dengan jabatannya.

Ketika Allah memanggil dengan perbuatan tersebut, Rasulullah segera meninggalkan selimutnya. Hal ini dapat menjadi pelajaran bagi kita, jika kita ingin membuat seseorang menghentikan suatu kegiatan yang kurang baik, kita bisa panggil orang tersebut dengan apa yang sedang dilakukannya. Misalnya, wahai orang yang kecanduan game, wahai orang yang sufi (suka film), dsb :-)

Dari makna ini juga dapat difahami bahwa selimut sering membuat orang terlena, membuat orang tidak terbangun subuh, dan menjadi penghalang bagi kedekatan kepada Allah.