Saturday, April 30, 2011

Kisah Kehidupan Perbankan-ku

Kali ini saya bahas tentang bank-bank yang pernah saya coba untuk punya rekening di sana, serta kelebihannya. Kekurangannya saya nggak bahas, nanti jadi keluhan pelanggan :-)

Bank pertama saya adalah Bank Duta, di tahun 1994. Kenapa saya pilih Bank Duta? Karena dekat dengan kampus, dan uang yang saya tabung berasal dari kerja saya sebagai asisten di kampus :-) Saya tidak terlalu banyak mengeksplorasi layanan Bank Duta, karena dulu ke bank hanya menabung, dan tarik. Tapi yang saya ingat, suasana banknya bersahabat, ada minum, ada permen. Setelah lulus, karena saya tidak lagi dekat Bank Duta, rekening saya tutup.

Bank kedua adalah BCA di tahun 1996. Hehe, mungkin hampir semua orang punya rekening BCA ya? BCA kerennya adalah ketika ada internet banking-nya. Bisa transfer via internet, walaupun loading di rumah bisa lamaaa :-D Rekening BCA masih saya pertahankan sampai sekarang, untuk transfer dengan sesama BCA, walaupun sudah berganti-ganti nomer rekening karena pindah cabang :-)

Bank ketiga adalah BNI di tahun 1997. BNI kerennya adalah Phoneplus. Kita bisa transfer melalui telepon. Tapi saya tutup rekening BNI karena lokasi bank yang jauh dengan kantor saya.

Bank keempat adalah Bank BDN di tahun 1998, dibukakan oleh kantor, untuk rekening gaji. Sekarang berubah nama menjadi Bank Mandiri. Cukup keren dengan internet banking-nya plus bank-nya ada di kantor. Sebenarnya gaji saya saat ini sudah tidak ke rekening Mandiri lagi, tapi rekening ini tetap saya pertahankan karena mudah untuk transfer dengan sesama nasabah Mandiri.

Bank kelima adalah Bank Niaga, di tahun 1999. Bank ini juga dibukakan oleh kantor untuk rekening gaji ketika saya pindah lokasi tugas ke Surabaya. Ini salah satu bank favorit saya. Nanti saya cerita khusus tentang bank ini ya. Di tahun 2004, muncul Bank Niaga Syariah, maka saya pindahkan rekening Bank Niaga saya ke Bank Niaga Syariah.

Bank keenam adalah Bank Danamon di tahun 2000, yang saya buka karena ipar bekerja di sana. Namun akhirnya saya tutup karena lokasi kantor cabang yang jauh dari kantor.

Bank ketujuh adalah Bank Syariah Mandiri di tahun 2001. Saya buka karena saya memang menunggu-nunggu adanya Bank Syariah. Saya khusus buka ke Bandung ketika saya cuti melahirkan di Bandung. Setelah itu saya buka lagi rekening di Jakarta. Ini juga salah satu bank favorit saya, yang nanti akan saya ceritakan khusus.

Hehe, begitulah kisah kehidupan perbankan saya.. Apa ada yang punya kisah mirip? Ditunggu sharing-nya yaa :-)

Hobi ke Bank

Kali ini saya bahas tentang bank.

Saya hobi pergi ke bank. Bukan karena uang saya banyak (amiiin kalau uangnya banyak, yang mudah-mudahan bermanfaat yaa :-) ).

Kenapa saya suka ke bank?

Pertama, karena saya suka dengan uang, halah. Bukan maksudnya mata duitan lho, saya suka berhitung, mengecek jumlah, mendata. Jadi ke bank dan mengeprint buku itu sangat menyenangkan buat saya :-)

Kedua, saya senang mengeksplorasi berbagai fitur-fitur perbankan. Walaupun saya senang kegiatan perbankan, saya tidak hobi repot. Saya suka kepraktisan. Saya lebih senang kalau tidak harus ke teller atau ke ATM, apa lagi kalau ada antrian panjang di tanggal gajian, wah saya paling anti ke bank atau ke ATM di saat itu. Maka saya sangat suka ketika ada internet banking, SMS banking, aneka autodebet, GPRS banking, phone banking. Berbagai kemudahan yang sangat bermanfaat dan praktis.

Ketiga, saya senang dititipi transfer. Kebanyakan orang hanya punya satu rekening bank, sehingga kesulitan ketika akan transfer ke bank lain segera. Begini contohnya. Misalnya teman saya yang hanya punya rekening Bank A perlu segera mentransfer ke rekening Bank C. Saya punya kedua rekening bank tsb. Maka teman saya transfer dari rekening Bank A-nya ke rekening Bank A saya, lalu saya transfer rekening Bank C saya ke rekening Bank C tujuan. Dengan catatan, saldo di rekening Bank C saya cukup :-)

Keempat, saya senang jadi bendahara. Uang kas, dana bantuan, patungan kegiatan, dan macam-macam lainnya :-) Dan jika jumlah uangnya cukup besar, saya simpan di bank.

Kelima, saya senang membuat berbagai alokasi dana. Jadi rekening-rekening saya saya sudah alokasikan untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu, lalu saya akan transfer antar rekening-rekening tersebut.

Ada yang punya hobi sama? Sharing yaa :-)

Saturday, April 23, 2011

Halaman Belakang

Suatu pagi sekitar setahun yang lalu saya dapat sharing sekilas tentang cara positif memandang hidup. Dari bos di kantor, yang baru baca buku :-) Saya coba tulis di sini yaa, mudah-mudahan tidak terlalu jauh melesetnya :-)

Yaitu tentang Halaman Belakang.

Di halaman belakang, seringkali ada pohon, dengan daun-daun yang berguguran. Kita bersihkan, setelah itu dia gugur lagi. Maka harus kita bersihkan lagi.
Ada kalanya kita merasa terbeban. Merasa keberatan, dan mulai protes dan mempertanyakan kenapa daun-daun harus berguguran dan membuat kita jadi lelah?

Padahal ada cara memandang yang lebih positif, yaitu bahwa daun-daun tersebut memang diciptakan untuk berguguran, dan kita yang menjadi pemilik halaman berperan membersihkannya.

Jika kita melihat hal tersebut sebagai sesuatu yang memang sudah ditakdirkan, maka kita akan lebih ringan dalam melakukannya.

Kiat Memilih Kata : Mengganti ‘Bangga’ Dengan ‘Syukur’

Copy paste sebuah artikel yang bagus yang ditulis oleh Pak Muhaimin Iqbal di www.geraidinar.com. Semoga bermanfaat.
http://www.geraidinar.com/index.php?option=com_content&view=article&id=615:kiat-memilih-kata--mengganti-bangga-dengan-syukur&catid=37:umum&Itemid=90

Kiat Memilih Kata : Mengganti ‘Bangga’ Dengan ‘Syukur’...
Oleh Muhaimin Iqbal

Kamis, 21 April 2011 08:22

Dalam suatu perjalanan ke negeri Jiran belum lama ini, tidak sengaja saya mendengarkan ceramah yang indah dari seorang ustadzah yang menganjurkan jama’ahnya untuk meninggalkan semua kata ‘bangga’ dan menggantinya dengan kata ‘syukur’. Sepintas kedengarannya agak lucu dan saat itu saya berpikir apalah artinya kata. Namun alhamdulillah setelah saya renungkan cukup lama, saya menjadi faham betapa besar pengaruh dari pemilihan kata ini dalam membentuk sikap kita terhadap segala sesuatu. Nasihat ustadzah – yang bahkan saya tidak sempat mengenal namanya ini – rupanya bermakna sangat dalam, semoga Allah merakhmatinya.

Di dalam Al-Qur’an kata bangga hampir selalu berarti atau berdampak buruk. Allah tidak menyukai orang-orang yang membanggakan diri ( antara lain 4 :36 ; 28 :76 ; 57 : 23), kebanggaan menimbulkan perpecahan ( antara lain 23:53 ; 30: 32 : 31 :40) dan kebanggaan juga menyebabkan datangnya azab dan hancurnya harta ( QS 57 : 20).

Sebaliknya kata syukur selalu berkonotasi positif, mendatangkan rakhmat (54 : 34-35), mendatangkan ridhaNya (39 : 7), dijauhkan dari bencana ( 54 : 34-35), terbebas dari siksa (4 :147), bertambahnya nikmat ( 14 : 7) dan diperintahkan langsung maupun tidak langsung dalam sejumlah ayat!

Mari sekarang kita lihat aplikasi dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari hari. Ketika negeri ini lagi bangga-bangganya dengan team sepak bola nasional kita yang berhasil menembus partai final piala AFF penghujung tahun lalu – kita ‘diingat’kan Allah dengan kekalahan telak yang meluluh lantakkan perasaan para penggemar bola di tanah air. Kegagalan di final ini nampaknya belum juga cukup, perpecahan demi perpecahan di dunia persepak bolaan tanah air-pun terjadi hingga kini. Perhatikan ini dengan kesesuaian ayat-ayat tersebut diatas.

Lantas bagaimana seharusnya kita mengungkapkan perasaan kegembiraan bangsa ini ketika para pemain olah raganya mencapai prestasi yang gemilang? Mengungkapkannya dengan rasa syukur dan juga dengan kata syukur. Kata-kata ‘team kebanggaan nasional’ misalnya – agar tidak berimplikasi pada kesombongan yang dihancurkan Allah – kita ganti dengan ‘team kesyukuran nasional’.

Dalam kehidupan berkeluarga juga demikian, selama ini kita anggap lumrah bila seorang ibu atau bapak membangga-kan prestasi anaknya. Maka muncullah istilah ‘anak kebanggaan orang tua’, padahal tidak ada prestasi apapun bila Allah tidak menghendakinya – maka kata-kata inipun kita ganti dengan ‘anak kesyukuran orang tua’.

Dalam kehidupan berusaha-pun perubahan terhadap penggunaan kata ini bisa kita lakukan. Sebelum saya mendengar ceramah ustadzah tersebut diatas, ketika menyebut lima proyek yang sedang di realisir oleh para santri wirausaha di Pesantren Wira Usaha Daarul Muttaqqiin (PWDM) – saya sering menyebutnya sebagai ‘proyek-proyek kebanggaan’ kita. Kini saya takut menggunakan kata ‘proyek-proyek kebanggaan’ karena bisa berimplikasi pada kesombongan sikap – yang bisa mendatangkan azab dan kehancuran ( 57 :20) – na’udhubillahi min dzalika.

Lantas apa kata gantinya ?, kini kita gunakan penyebutan ‘proyek-proyek kesyukuran kita’. Maka ketika ada kritik konstruktif dari salah satu peserta PWDM – kok banyak proyek kita yang gagal atau tidak berhasil di realisir, sayapun tetap bisa menggunakan kata syukur tersebut – bahwa kita sangat bersyukur ada sejumlah proyek yang bisa diimplementasikan sampai sejauh ini. Perhatikan disini kata syukur bisa selalu pas dalam kondisi apapun, sedangkan kata bangga memang tidak pas untuk menggambarkan pencapaian PWDM tersebut.

Diawal-awal Anda menggantikan kata ‘bangga’ dengan ‘syukur’, Andapun mungkin akan terasa lucu karena ini terasa seperti bahasanya Upin dan Ipin. Namun tidak mengapalah lucu, kalau kita bisa menolak azab dan kehancuran dengan ridha dan bertambahnya nikmat dariNya. Amin.

Thursday, April 21, 2011

Silaturrahim

Ceramah Dzuhur siang ini disampaikan oleh Ust. Abdul Muhit Murtadho, Lc. Seperti biasa saya datang agak terlambat, mudah2an tidak terlalu banyak yang hilang. Semoga bermanfaat :-)

Yang dianggap sebagai rahim atau kerabat ada beberapa pendapat :
1. Mahram
2. Yang saling mewarisi
3. Seluruh kerabat yang memiliki garis keturunan

Beberapa bentuk menyambung silaturrahim :

1. Ketika ada yang mendapatkan kegembiraan, kita ikut gembira dengan mengucapkan selamat. Misalnya ada kerabat yang melahirkan atau menikah.
2. Ketika ada yang mendapatkan kesusahan, kita ikut berduka cita. Ketika ada yang sakit kita mengunjungi, ketika ada meninggal kita datang dan mengantarkan jenazahnya.
3. Ketika ada undangan, kita menghadiri, jika tidak ada udzur syar'I.
4. Tidak ada rasa dengki dan hasud.
5. Ketika ada saudara satu yang bermusuhan dengan yang lain, kita hadir untuk mendamaikan.
6. Mendoakan kerabat yang jauh, yang kita tidak memiliki lagi cara menghubunginya.
7. Berdakwah mengajak ke petunjuk, amar maruf nahi munkar, kepada saudara yang tersesat atau tidak memahami suatu perkara.

Bentuk perilaku yang menjadikan seseorang dianggap tidak menyambungkan silaturrahim :

1. Ketika ada yang meminta bantuan, kita mampu untuk membantu, tetapi kita tidak memberikan bantuan.
2. Tidak saling memberikan hadiah, padahal dari saling memberi hadiah akan tumbuh rasa kasih sayang.
3. Tidak saling mengunjungi.
4. Keluarga mendapatkan kebaikan dan berkah, kita tidak ikut bergembira dan tidak mengucapkan selamat.
5. Ada kerabat yang mendapatkan kesusahan, kita tidak ikut bersedih.
6. Ada pertemuan keluarga, kita tidak pernah datang, dan tidak bersedia menjadi tuan rumah.
7. Jika tidak disambung silaturrahim, maka tidak mau berinisiatif untuk menyambung silaturrahim. Jika seseorang menyambung silaturrahim karena inisiatif orang lain, maka orang tersebut tidak dianggap menyambung silaturrahim.Tetapi dianggap melakukan sesuatu yang wajar saja. Justru yang dianggap menyambung silaturrahim adalah ketika orang lain memutuskan silaturrahim, ia menyambungkan.
8. Tidak memberikan dakwah kepada orang yang sesat, tidak melakukan amar maruf nahi munkar.
9. Berbuat buruk kepada kerabat baik dengan ucapan maupun perbuatan.

Manfaat silaturrahim :

1. Penyebab pelakunya tersambung hubungannya dengan Allah SWT, Allah akan memuliakan kita.
2. Merupakan amal yang memasukkan ke surga dan menjauhkan dari neraka. Yang pertama adalah beribadah pd Allah, tidak melakukan perbuatan syirik, shalat, zakat, serta menyambung silaturrahim
3. Termasuk sedang menjalankan perintah Allah. Dalam surat Ar Ra’d ayat 19-21, tentang ulul albab, disebutkan sifat ulul albab, yaitu yang menyambung yang Allah perintahkan untuk disambung, salah satunya adalah silaturrahim.
4. Merupakan amal yang paling disukai oleh Allah. Pertama iman kepada Allah, silaturrahim, amar maruf nahi munkar. Sedangkan yang Allah benci adalah syirik, memutus silaturrahim, amar munkar nahi maruf.
5. Di hari akhir nanti kerabat akan datang dan memberikan kesaksian, yang bisa menjadi kebaikan ataupun keburukan bagi kita.
6. Memanjangkan umur.
7. Melapangkan rezeki.
8. Menghindarkan dari kematian buruk.

Silaturrahim juga merupakan bukti keimanan. Salah satu riwayat menyebutkan bahwa mereka yang mememutus silaturrahim, maka amalnya tidak diterima, tidak bisa masuk surga, dan bagi kaum yang di dalamnya ada seseorang yang memutuskan silaturrahim, maka rahmat tidak akan diturunkan.

Bahkan dengan keluarga non muslim pun, kita tetap harus menjalin silaturrahim.

Sedikit di luar pembahasan, yaitu tentang hukum memberikan ucapan natal.
Fatwa MUI menyatakan bahwa muslim dilarang untuk memberikan ucapan selamat natal.
Namun, beberapa ulama kontemporer yaitu seorang ahli tafsir (maaf tidak sempat tercatat namanya) menyebutkan bahwa jika sekedar basa-basi atau ucapan saja, misalnya dari seorang pejabat atau pimpinan dan jika diucapkan tidak ada kemudharatan, maka dibolehkan.
Yusuf Qardhawi pun membolehkan, asal hati tidak mempercayai apa yang mereka lakukan sebagai kebenaran.
Namun, ini adalah jika kondisi memaksa. Jika tidak ada keharusan, maka yang paling aman adalah tidak memberikan ucapan selamat.

Wednesday, April 20, 2011

Mensyukuri Hidup

Pagi ini baru dapet forward dari temen yang rasanya bagus banget.
Saya share di sini ya, dengan sedikit edit kata-kata supaya sesuai, semoga menginspirasi.. :-)

== start copy paste ==

MENSYUKURI HIDUP

Seorang pria mendatangi Master,
"Guru, saya bosan hidup.
Rumah tangga berantakan. Usaha kacau.
Saya ingin mati."

Sang Master tersenyum,
"Oh, kamu sakit. Dan penyakitmu pasti bisa sembuh."

"Tidak Guru, tidak. Saya tidak ingin hidup," tolak pria itu.

"Baiklah. Ambil racun ini.
Minum setengah botol malam ini, sisanya besok sore jam 6.
Jam 8 malam kau akan mati dengan tenang."

Pria itu bingung. Setiap Master yang ia datangi selalu memberikannya semangat hidup.
Tapi yang ini malah menawarkan racun.

Sampai rumah, ia minum setengah botol racun.

Ia memutuskan makan malam dengan keluarga di restoran Jepang yang sudah lama tak pernah ia lakukan.
Untuk meninggalkan kenangan manis, ia pun bersenda gurau dengan riang.
Sebelum tidur, ia mencium istrinya dan berbisik, "Sayang, aku mencintaimu."

Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar & melihat ke luar.
Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk jalan pagi.

Pulang ke rumah, istrinya masih tidur.
Ia pun membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu untuk istrinya.
Istrinya merasa aneh, "Sayang, apa yg terjadi? Selama ini, mungkin aku salah.
Maafkan aku ya?"

Di kantor, ia menyapa setiap orang.
Stafnya pun bingung, "Hari ini, Boss kita kok aneh ya?" Ia menjadi lebih toleran, apresiatif thd pendapat berbeda.
Ia mulai menikmatinya.

Pulang jam 5 sore, ternyata istrinya menungguinya.
Sang istri menciumnya, "Sayang, sekali lagi mohon maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkanmu."
Anak-anak pun berani bermanjaan kembali padanya.

Tiba-tiba, ia merasa hidup begitu indah.
Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri.
Tetapi bagaimana dengan racun yang sudah ia minum?

Bergegas ia mendatangi sang Master,
"Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh.
Bila kau hidup dgn kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan.
Leburkan egomu. Bersyukurlah!!
Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan, jalan menuju ketenangan."

Tuesday, April 19, 2011

Selamat Jalan Kawan

Beberapa teman di kantor saya menjalani program pensiun dini, berikut tulisan yang saya buat sebagai salam selamat jalan untuk mereka. Selamat membaca.

Perpisahan selalu menyisakan rasa pilu dan sesal. Tak terkecuali perpisahan kali ini.

Kita yang acapkali berjumpa dan bertukar sapa, esok entah kapan lagi akan bersua.
Kawan yang kemarin bahu membahu bersama mengukir karya di tempat kerja, kini pergi untuk menempuh jalan yang berbeda.

Sekian banyak ukiran karya kawan sudah tercipta, sebenarnya mungkin masih selaksa karya yang bisa dipersembahkan.

Namun takdir telah berbicara.
Takdir yang sudah ditetapkan "top down".
Juga takdir yang diusulkan "bottom up", takdir yang merupakan hasil dari keputusan dan pilihan kita sendiri.
Yang akhirnya terjadi, itulah takdir kita.

Tiada daya yang bisa kita upaya, selain ikhlas, bersabar, bersyukur, disertai doa kepada-Nya agar inilah takdir yang terbaik.
Dan terus disertai doa semoga Allah membimbing kita semua agar senantiasa berada dalam jalan lurus-Nya.
Terus disertai doa agar kita senantiasa hanya melakukan apa yang diinginkan-Nya dengan cara yang disukai-Nya.

Khusus untuk kawanku para Ibu, Ibu adalah sekolah utama bagi ananda. Pastikan bahwa sekolah utama itu adalah sekolah yang terbaik dan dapat mencetak ananda yang terbaik.

Masa depan sama sekali tidak bisa kita bayangkan. Ananda harus kuat dan tegar sekaligus santun dan beretika. Harus pintar dan menjadi pemimpin sekaligus rendah hati dan toleran. Harus kreatif dan mandiri sekaligus berkomitmen dan patuh. Dan yang terpenting, ananda haruslah menjadi orang yang senantiasa memastikan dirinya berada dalam jalan-Nya, mencintai Allah, Rasul, Al Qur'an, masjid, dan orang-orang yang mencintai-Nya.

Untuk semua kriteria itu, Ibu harus memastikan dirinya bisa menjadi teladan. Tiada guru yang paling efektif selain teladan.

Tetaplah berkarya, belajar, dan menghadiri majelis ilmu-Nya. Jangan sia-siakan waktu untuk hal yang tidak ada nilainya di sisi-Nya.

Akhir kata, selamat menempuh jalan yang baru. Semoga Allah senantiasa meridhai setiap langkah kita. Semoga semakin indah karya yang terukir. Semoga menjadi catatan paripurna di akhir hayat nanti.

Muslimah Menghadapi Perubahan

Pengajian Jumat ini disampaikan oleh Mbak Astri Ivo, berikut sedikit catatan saya, mohon maaf saya tidak datang sejak awal.

Ada amalan yang Allah janjikan balasan dihapuskannya dosa sebelum dan sesudah dzuhur, yaitu shalat sunnah 4 rakaat sebelum dan sesudah dzuhur.

Ada pula amalan yang Allah janjikan dibangunkan rumah di surga, subhanallah, yaitu shalat rawatib yang muakkad :
- 2 rakaat sebelum subuh
- 4 rakaat sebelum dan sesudah dzhuhur
- 2 rakaat sesudah magrib
- 2 rakaat sesudah isya

Kita harus berani mengatakan yang haq. Dan dalam setiap tindakan, kita harus melihat dampaknya ke depan. Apakah ada dampak buruk dari yang kita lakukan? Sanggupkah kita mempertanggungjawabkannya?

Yang penting dalam hidup bukan uang, tapi duit, yang merupakan kepanjangan dari "doa-usaha-ikhlas-tawakal".

Pastikan bahwa kita hanya berkata yang Allah ridha. Tidak perlu terlalu sedih ataupun terlalu senang.

Inner beauty yang harus dibangun pada muslimah :
- Iman, yang dilandasi oleh cinta pada Allah
- Percaya diri, dilandasi profesionalisme (itqon), Allah yang akan membantu
- Ramah, jika ingin dicintai Allah, cintai hamba2 Allah
- Empati, ikut merasakan dan tulus
- Tulus
- Cerdas

Harus diyakini bahwa jika kita bertakwa, Allah akan berikan jalan keluar, rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.

Ada acara yang cukup bagus di televisi, yaitu pengajian kitab kuning minggu subuh

Kita harus membagi peran kita. Sebagai hamba Allah, sami'na wa atho'na, menjalankan apa yang diperintahkan.

Peran sebagai istri, menunaikan kewajiban. Bekerjalah pada waktu luang. Berkolaborasilah dengan suami.

Lihat potensi kita masing-masing.

Kita harus mengetahui peran asasi kita sebagai ibu, yaitu kewajiban menghantar anak-anak kita ke gerbang surga. Jangan sampai kita mencari nafkah dengan hal yang melanggar perintah Allah.

Kita perlu juga menyediakan waktu untuk masyarakat. Anak2 Indonesia itu anak2 kita
Kita juga punya kewajiban untuk mendidik mereka.

Waktu untuk diri sendiri juga harus dialokasikan. Kita perlu berolah raga tiap hari, berlatih pernapasan, tidur hipnosis jam dzuhur 7 menit.

Definisi sunnah selama ini adalah, dikerjakan mendapat pahala, ditinggalkan tidak berdosa. Lebih jauh lagi, sebenarnya jika kita meninggalkan, justru kita yang rugi. Bangunlah 1/3 malam, juga bermanfaat untuk rejuvenation.

Yang bisa membawa kita ke surga, 1% amal kita 99% rahmat dan maghfirah Allah, bangunlah di sepertiga malam untuk mendapatkannya.

Dan shalat witir pun jangan ketinggalan setiap harinya.

Monday, April 18, 2011

Bersyukur Menjadi Karyawan

Pagi tadi baru baca tweets dari seorang pengusaha sekaligus motivator, yang "menyentil" kehidupan karyawan.

Saya agak terusik. Bukan karena saya seorang karyawan. Kalaupun saya bukan karyawan, menurut saya tidak perlu kita "merendahkan" (maaf kalau pilihan katanya terlalu keras, saya sedang coba cari kata yang lebih halus) orang yang berbeda dengan kita.

Mungkin penulis, yang merasa bahwa menjadi pengusaha adalah pilihan yang terbaik, bermaksud memotivasi mereka yang masih menjadi karyawan untuk segera berhijrah.

Dalam berbagai aspek, memang menjadi pengusaha lebih baik daripada menjadi karyawan. Bukan karena lebih kaya lho, karena tidak selalu demikian, dan seharusnya memang bukan hanya itu tujuannya.

Pengusaha tidak bergantung pada pihak lain secara langsung, dia menjadi bos bagi dirinya sendiri. Pengusaha mendayagunakan potensinya dan menjualnya. Pengusaha membuka lapangan kerja. Pengusaha lebih bebas mengatur waktunya sendiri.

Dan Rasulullah beserta para sahabatnya pun adalah pengusaha, pedagang, dan Rasulullah pun bersabda, 9 dari 10 pintu surga adalah bagi pedagang.

Ya, memang sangat positif. Namun tidak dapat dipungkiri, ada sebagian orang yang tidak memiliki atau belum memiliki kemampuan untuk menjadi pengusaha. Dan ada tempat-tempat yang memang membutuhkan karyawan.

Memberikan cercaan kepada mereka, bisa jadi malah membuat mereka minder, tidak mensyukuri situasi, sehingga malah makin kontra produktif.

Selalu ada cara yang baik untuk menyampaikan hal yang baik.

Ada sebuah prinsip yang sering kita dengar, yang merupakan prinsip barat yaitu "the end justifies the means", kalau maksudnya baik, cara apapun dianggap baik. Tetapi Islam tidak. Prinsip dalam Islam yang berorientasi proses sangat menekankan pada cara. Prinsip Islam adalah "tujuan tidak dapat menghalalkan cara".

Mari memotivasi dengan cara yang baik :-)

Dan sementara bagi yang saat ini masih menjadi karyawan, tetaplah bersyukur, sambil berusaha terus berproses untuk berhijrah menjadi pengusaha dan pedagang :-)

Thursday, April 14, 2011

Tawakkal – Ciri Seorang Mukmin

Hari ini ceramah dzuhur tentang sikap tawakkal, disampaikan oleh Ust. Muhsinin Fauzi. Berikut yang bisa saya catat, semoga bermanfaat :-)

Di awal pembahasan tentang sikap tawakkal, digambarkan bahwa bagi mereka yang melakukan dosa pun, ketika bertaubat, sebaiknya tidak hanya berfokus kepada kesalahan, melainkan berfokus pada ampunan Allah. Jika ia lebih berfokus pada kesalahannya, maka ia dapat dianggap sebagai seseorang yang kurang ketergantungannya pada Allah.

Hal ini juga sejalan dengan pemahaman bahwa kita hidup di masa kini, maka fokuslah ke masa kini, bukan ke masa lalu. Sehingga jika kita telah melakukan dosa, kita sebaiknya lebih berfokus kepada ampunan Allah daripada ke dosa yang telah kita perbuat.

Tawakkal kepada Allah adalah rasa bersandar dan ketergantungan pada Allah, yang merupakan simbol kehambaan. Setelah keislaman, keimanan, maka yang berikutnya adalah tawakkal pada Allah, sebagaimana dalam doa ruku’ dan sujud kita.

Jika beriman maka kita akan bertawakkal. Tawakkal adalah implementasi iman rububiyah. Ekstrimnya, jika kita bertawakkal seperti tawakkal seekor burung, maka jika di pagi hari ia lapar, di sore hari ia akan kenyang, karena Allah akan berikan kecukupan.

Definisi Tawakkal pada Allah : menyerahkan urusan pada Allah disertai usaha semaksimal mungkin.

Definisi Menyerahkan, sepenuhnya menyerahkan, tidak ditarik kembali. Benar-benar pasrah, tidak ada keraguan bahwa Allah yang memiliki kekuasaan. Tidak ada pernyataan “Lalu nanti bagaimana?”

Contoh sikap pasrah adalah ketika Rasulullah diancam dengan pedang di leher, Rasulullah tidak melakukan gerakan apa pun, usaha apa pun, kecuali pasrah bahwa Allah yang akan menolong.

Sikap pasrah berlaku untuk urusan dunia maupun urusan akhirat. Contohnya ketika kita harus tetap yakin untuk dapat berhaji dengan pertolongan Allah walaupun gaji tidak memadai, atau ketika kita bergantung pada Allah untuk kesalehan anak, walaupun kita telah mengusahakan berbagai upaya pendidikan.

Jika kita telah pasrah, dan hasil yang diperoleh tidak sesuai, kita akan siap. Rasulullah ketika ada benda yang terjatuh akan berkata, “Sudah takdirnya.” Menghadapi berbagai masalah di perang Uhud dan perang Hunain, beliau tetap tenang. Karena dengan pasrah, hati akan senantiasa damai.

Dalam menyerahkan, maka ada dua faktor yang berperan :

Pertama, pengakuan mendalam Allah Mahakuasa, ma'rifatullah. Secara formal, kita pasti menyatakan bahwa Allah berkuasa. Namun secara “informal” kita sering tidak mengakui kekuasaan Allah. Contohnya ketika kita berkata, “Mana bisa tidak kerja mau makan. Mana bisa tidak sekolah lalu kaya.” Karena pada dasarnya Allah Mahakuasa, Allah dapat “menembus” sebab akibat. Serahkan pada Allah, maka tidak ada yang mustahil.

Yang kedua adalah kerendahan hati bahwa kita tak memiliki kuasa, bahwa kita adalah seorang hamba.

Seringkali kita baru dapat tawakkal pada saat benar-benar terdesak. Padahal dari awal, dalam kondisi apa pun, kita sebenarnya selalu tidak berdaya.

Seseorang hebat, sebenarnya karena Allah topang, sehingga terlihat hebat. Seseorang dapat menjadi direktur, karena Allah buat loyalitas pada karyawan dan seluruh bawahannya. Seorang wanita terlihat hebat dan berkuasa atas suaminya, karena Allah berikan rasa cinta pada suaminya, sehingga suaminya tunduk padanya. Seseorang memiliki uang banyak di bank, karena Allah jaga agar dia ingat dengan semua kekayaannya itu. Jika Allah cabut semua topangan, maka semua hilang begitu saja, dalam sekejap. Selesai.

Menjadi pedagang banyak kebaikan, karena dengan berdagang, seseorang berada dalam kondisi riskan, bisa untung bisa rugi, sehingga senantiasa memohon bantuan Allah. Karyawan yang rutin mendapatkan gaji, sering meremehkan peran Allah sebagai pemberi rezeki. Padahal perusahaan tempatnya bekerja pun bergantung dari kegiatan perdagangan. :-)

Ketika Allah berikan kondisi sehingga kita sempat tawakkal, bersyukur, sebenarnya itu adalah kabar baik. Segala naik turun dalam kehidupan, sebenarnya adalah kabar baik.

Dan yang penting diperhatikan adalah bahwa perlu ada keseimbangan antara pasrah dan usaha maksimal. Ada pemahaman bahwa pasrah dilakukan setelah usaha. Padahal pasrah dilakukan sejak awal, sejak pada proses azam. Maka pasrah dilakukan bersamaan dengan usaha.

Pasrah itu benar-benar menyerahkan diri, bahwa penyangga satu-satunya adalah Allah, sehingga ketika penyangga lepas, maka jatuhlah kita. Dalam doanya, Rasulullah senantiasa bersabda, “Jika Engkau tidak menangkan pasukan ini,.. Jika Engkau tidak berikan..” dst. Bahwa segala sesuatu benar-benar karena pemberian Allah.

Untuk usaha maksimal, maka kita mencontoh pada Rasulullah dalam menyebarkan hidayah. Rasulullah benar-benar tidak menyerah, tidak berhenti, dan tetap bertahan walaupun menghadapi berbagai rintangan yang begitu hebatnya.

Maka Definisi Usaha Maksimal :

Pertama, memberikan semua waktu sampai akhir hayat. Selama masih ada waktu, maka masih ada yang bisa dilakukan. Bahkan dalam hadits disampaikan, “Jika engkau mengetahui bahwa besok kiamat, dan di tanganmu masih ada sebuah biji, maka tanamlah.” Tak ada kata berhenti berbuat. Tak ada waktu untuk duduk manis.

Kedua, menggunakan semua potensi, yang biasanya dilandasi oleh panggilan jiwa dan keikhlasan. Dengan demikian, keberhasilan akan diterima dengan kedamaian dalam hati, kegagalan akan diterima dengan lapang dada. Sebagaimana pasukan muslim yang tidak nelangsa dalam perang Uhud dan Hunain, karena meyakini itu adalah keputusan Allah. Kita tidak perlu merasa besar karena keberhasilan, dan juga tidak merasa kecil karena kegagalan.

Ketiga, menggunakan semua kemungkinan, karena selalu masih ada kemungkinan. Tidak ada kata menyerah, terutama dalam dakwah. Keberhasilan bukan ketika menggapai sesuatu, tetapi ketika mampu melewati kegagalan dan masalah. Insya Allah nanti Allah akan berikan keberhasilan.

Kesempurnaan pasrah dan usaha adalah ketika kita pasrah seakan-akan tidak melihat usaha, dan kita berusaha seakan-akan tidak melihat pasrah. Jika ada ketidakseimbangan, maka belum sempurna.

Jika telah tawakkal, maka kita akan ridha kepada Allah. Hasil apa pun kita puas. Kita akan menikmati kemenangan-kemenangan kecil, dan tetap dapat mempertahankan motivasi. Kegagalan tidak dianggap sebagai kegagalan, karena kegagalan sebenarnya adalah bagian dari proses.

Kita menyerahkan urusan bukan hanya pada hasil, tapi juga pada sebab dan proses. Jika hasilnya baik, biasanya karena prosesnya baik. Jika hasilnya tidak baik, tetap jalani prosesnya, mudah-mudahan akan menjadi baik.

Proses disikapi dengan ridha. Seperti ketika Rasulullah yang selama 13 tahun berdakwah seperti tidak ada hasilnya. Tahapannya adalah syukur, sabar, tawakkal, baru kemudian ridha. Ridha dapat didefinisikan sebagai rasa sangat puas, menerima dgn suka cita. Termasuk juga dalam kaitan dakwah.

Sikap tawakkal adalah termasuk salah satu amalan hati yang wajib.

Manfaat dari sikap tawakkal :
1. Menambah poin kesempurnaan iman (di antara 10 faktor kesempurnaan iman).
2. Memberikan suasana bahagia dan nyaman, karena kita senantiasa ridha pada proses dan hasil.
3. Memberikan kualitas ibadah. Jika kepasrahan baik, penerimaan baik, maka ibadah baik.
4. Allah akan mencukupi

Tawakkal adalah cara luar biasa yang Alalh berikan pada mukmin untuk mencapai tujuan. Ketika kita menyerah dan pasrah, Allah justru akan berikan. Berbeda dengan ketika kita bergantung pada manusia, biasanya manusia justru kesal. Tapi Allah justru senang ketika kita hanya bergantung pada-Nya.

Beriman kepada Allah itu lezat, ada rasanya. Salah satu kue keimanan adalah pada sikap tawakkal.

Dzikir untuk meningkatkan tawakkal : Hasbiyallah wa ni'mal wakil.

Monday, April 11, 2011

Mimpi

Katanya jika kita punya mimpi, sebaiknya kita deskripsikan dengan detil, lebih baik lagi kalau dituliskan. Bagaimana pun mimpi adalah harapan, dan harapan adalah doa, dan doa dapat memudahkan terwujudnya kenyataan.

Maka, hari ini saya akan tuliskan mimpi saya, untuk di hari tua nanti :-) Ceritanya saya sudah berusia 50 tahun :-) Anak-anak saya sudah berusia 22 tahun, 21 tahun, dan 14 tahun. Satu anak kuliah di Saudi Arabia, satu di Bandung, satu sekolah boarding di Tangerang.

Saya sendiri sudah sekitar 10 tahun punya perusahaan yang cukup besar, bergerak di bidang kesehatan alami, dengan karyawan sekitar 2000 orang. Suami saya sudah memiliki usaha sendiri juga, setelah berhenti terhormat sebagai Direktur Utama di perusahaan tempat dia bekerja. Dia juga aktif di berbagai organisasi sosial. Anak-anak saya juga sudah memiliki bisnisnya masing-masing, yang dijalankan sembari sekolah, melalui internet.

Saya dan suami sudah tidak sesibuk ketika masih muda, dan suami sedang rajin-rajinnya mendekatkan diri kepada Allah. Dia sudah hafal 20 juz, berusaha menyusul saya yang sudah hafal lebih dari 20 juz. Saya mendampingi suami shalat 5 waktu di masjid dekat rumah, yang juga dekat dengan kantor kami masing-masing.

Sebulan sekali kami menengok anak saya Saudi Arabia, dan menikmati shalat di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Sebulan sekali juga kami menengok ke Bandung dan Tangerang, atau mereka yang pulang ke rumah kami.

Hehehe, sekian dulu mimpi sore ini, mohon doanya semoga menjadi kenyataan :-)

Yuk Kita Ganti "Cape Deh" dan "EGP"

Kalimat "Cape Deh" dan "Emang Gue Pikirin", sudah menjadi kalimat yang umum diucapkan. Malah untuk "Emang Gue Pikirin" sudah ada singkatannya, EGP, yang semua orang sudah langsung mafhum. Kedua kalimat itu begitu ringan diucapkan, namun sebenarnya jika ditelaah lebih jauh, merefleksikan sikap umum orang Indonesia, yang sayangnya negatif.

Mohon maaf sebelumnya untuk yang sering mengucapkan ya.. Saya juga kadang-kadang mengucapkan, tapi mudah-mudahan ke depan bisa dihilangkan :-)

"Cape Deh" mencerminkan sikap malas, menghindari pekerjaan, berkontribusi minimal (tapi mengharap hasil maksimal), mudah menyerah, dan tidak bersemangat. Dan memang demikian pada umumnya sikap orang Indonesia. Kalau ada pembagian tugas, cenderung memilih yang ringan, lalu bisa cepat istirahat. Kalau ada pekerjaan, dihadapi dengan setengah hati, dikerjakan sekenanya, lalu segera istirahat. Orang Indonesia cenderung tidak memandang bekerja sebagai hal yang terhormat. Bekerja dianggap melelahkan, berkonotasi kalangan bawah. Kalangan atas bersantai dan dilayani.

"Emang Gue Pikirin", menunjukkan sikap apatis, tidak peduli, juga ada unsur malas, mementingkan diri sendiri, egois, dan oportunis, juga tidak punya rasa malu dan rasa bersalah. Hal ini mudah sekali terlihat di sekitar kita. Orang saling berebutan jalur di jalan, orang menyerobot di antrian, si kaya jor joran padahal di sekitarnya banyak orang yang kurang mampu.

Memang, saya yakin tidak semua orang Indonesia seperti itu. Namun, menjamurnya kalimat ini akan semakin memperluas sikap-sikap buruk tadi. Coba kita lihat lagi kalimat-kalimat lain yang sempat ngetop juga. Gubrak, Sumpe Lo, Jayus, Lebay, misalnya. Mana ya, yang berkonotasi produktif, membangkitkan semangat?

Oya ada satu yang bagus, yang dimasyarakatkan oleh Pandji, "Bisa!". Tapi sayangnya kurang bergaung menjadi bahasa gaul ya?

Yuk kita mulai, saya coba usul beberapa kalimat yang mudah-mudahan cukup "menjual" untuk jadi trend :-)
Semangat Jaya! (disampaikan kepada orang yang sedang kurang bersemangat)
Kerja Dooong! (diucapkan dengan bangga oleh seseorang yang sedang sibuk)
Malu Kalee! (diucapkan kepada orang yang melakukan kesalahan/pelanggaran)
Boleh Aaah! (diucapkan oleh seseorang yang sukses melakukan sesuatu, yang sering dianggap "lebay" oleh yang lain)

Kalau ada ide kata-kata lain, silakan digaungkan di pergaulan, diusulkan di sini juga boleh, nanti kita gaungkan di sini :-) Atau kalau punya teman yang selebriti atau tokoh masyarakat, bisa tolong dititipkan untuk menggaungkan :-) Mudah-mudahan diawali dengan kalimat-kalimat ringan, pelan-pelan kita bisa memperbaiki sikap seluruh bangsa Indonesia.

Wehehe.. Boleh aahh, bercita-cita setinggi langit :-) Kita sebagai orang tua, paling tidak bisa memulainya untuk anak-anak kita. Kalaulah orang-orang dewasa Indonesia sudah tidak bisa diubah, paling tidak kita punya harapan bahwa generasi mendatang akan lebih baik. Oke sementara itu dulu. Mungkin ada yang tanya, "Kok udahan?". Saya akan jawab, "Udah dulu ya. Boleh aah. Mau kerja doong. Masak email-emailan terus. Malu kaleee." :-)

Thursday, April 7, 2011

Indahnya Menjadi Ahli Masjid

Kamis siang ini, Ceramah Dzuhur disampaikan oleh Ust. Sukeri Abdillah, MBA., dengan judul Keutamaan Ahli Masjid.

Salah satu keutamaan Ahli Masjid adalah sebagaimana pada hadits, “Jika engkau melihat seseorang yang ke masjid setiap shalat 5 waktu, maka catatlah bahwa ia adalah seorang mukmin.” Maka tanda orang beriman adalah kehadirannya ke masjid di setiap shalat 5 waktu.

Selain itu, rumah Allah di bumi adalah masjid. Dan Allah mewajibkan diri-Nya untuk memuliakan org yang mengunjungi rumah-Nya Hal ini berkaitan dengan hadits, “Ciri-ciri orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tamu.”
Maka Allah pun akan memuliakan mereka yang hadir di rumah-Nya.

Adapun kita sebagai tamu di rumah Allah, adab ketika memasuki masjid adalah segera melakukan shalat 2 rakaat tahiyatul masjid. Bahkan kita disarankan untuk tidak menyapa siapa pun sebelum melakukan shalat sunnah tersebut, walaupun orang itu adalah orang yang sangat kita hormati.

Ada sebuah kisah tentang seorang pedagang yang hijrah dari Sumatera ke Jakarta. Ia memulai usahanya dengan berdagang kecil-kecilan di pasar. Sebelum mulai berdagang, ia terlebih dahulu shalat subuh di masjid di dekat pasar itu. Jika tiba waktu dhuha, maka dagangan ia tinggalkan, dan ia pun melakukan shalat Dhuha. Jika menjelang waktu shalat, ia bersiap 30 menit sebelumnya, dan melakukan shalat. Dzuhur, Ashar, dan Maghrib di masjid. Selesai Maghrib, ia tinggal di masjid, mendengarkan berbagai kajian, yang semakin memperluas wawasan keislamannya.

Saat ini dia telah menjadi pengusaha sukses, dengan zakat mal sejumlah Rp 150 juta setiap tahunnya. Jika 150 juta adalah 2.5%, maka simpanannya adalah sebesar Rp 6 milyar. Belum lagi hasil usahanya setiap tahun. Namun ia tetap rendah hati, tidak silau dengan kemilau dunia. Menurutnya, jabatan, harta, tidak lebih hanya sebagai fasilitas. Jika telah dirasakan, tidak ada perbedaan yang nyata antara mobil murah dengan mobil termahal sekalipun.

Di usianya yang telah 80 tahun saat ini, beliau masih selalu shalat Subuh di masjid, dan tiba 30 menit sebelum adzan berkumandang. Beliau masih sangat energik, dan tidak menderita sedikit pun penyakit kronis. Penyakit-penyakit ringan biasanya sembuh diobati dengan madu. Tidak pernah dalam hidupnya beliau menggunakan obat-obat kimia.

Ini menjadi bukti, bahwa mereka yang menjadi Ahli Masjid, akan dihormati Allah, dijaga oleh Allah, baik di dalam masjid maupun di luar masjid. Mereka akan senantiasa berada dalam kelompok org yg selalu berada dalam hidayah Allah. Allah akan mudahkan dan bantu agar mereka senantiasa ringan untuk datang ke masjid.

Kembali ke pengusaha ahli masjid tadi, beliau juga tidak pernah putus shalat tahajjud dan dhuha sejak hijrah ke Jakarta itu. Pernah ditanyakan, apakah pernah merasa berat untuk shalat tahajjud? Jawabannya mengagumkan, “Justru saya merasa berat untuk melanjutkan tidur, ketika jam biologis sudah membangunkan saya untuk shalat tahajjud.” Subhanallah, bagi ahli masjid, Allah akan ringankan hati dan raganya agar terus dapat mendatangi masjid-Nya.

Seperti hadits yang sudah sering kita dengar, tentang perumpamaan sebuah sungai yang mengalir di depan rumah seseorang, dan ia mandi di sana 5 kali sehari, apakah ada kotoran yang tersisa? Sungguh tidak ada. Maka demikian pula dengan shalat 5 waktu, Allah hapuskan dosanya seiring dengan shalatnya, seiring dengan kehadirannya di masjid. Sesungguhnya setiap langkah ke masjid menghapus dosa langkah sebelumnya. Seperti daun kering yang ditiup angin.

Jika kita coba bayangkan, seseorang yang shalat 5 waktu ke masjid, lalu di luar waktu-waktu shalat itu ia bekerja, menunaikan kewajiban, mencari nafkah. Akankan ada kesempatan untuk melakukan maksiat? Sungguh tidak akan sempat! Ia akan menjadi sangat sibuk, menata waktunya sebaik mungkin, agar sempat untuk melakukan shalat 5 waktu di masjid.

Saat ini masih banyak muslim yang belum merasakan pentingnya, indahnya, utamanya menjadi ahli masjid. Bahkan ketika adzan shalat Jum’at telah berkumandang, masih ada mereka yang masih bertransaksi dengan pedagang di luar masjid, masih merokok, masih makan di kantin masjid. Jika kita perhatikan kehidupan mereka, maka Allah akan jadikan kehidupan biasa saja. Mereka sering kali belum meraih kehidupan yang maksimal, karena mereka juga belum memberikan yang maksimal pada Allah.

Lalu siapa yang berperan untuk menyebarluaskan keutamaan menjadi ahli masjid ini? Hal ini harus disebarluaskan secara getok tular. Kita semua harus berperan sebagai pendakwah bagi orang di sekitar kita, kita perlakukan semua orang di sekitar kita sebagai sasaran dakwah kita. Agar kita dapat melakukannya dengan ikhlas, lakukan dengan tanpa pamrih kecuali pada Allah, dan lakukan untuk makhluk hanya jika memberi dengan cinta.

Kita bisa belajar banyak dari orang Jepang, yang tetap tertib dan tenang ketika menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami beberapa waktu yang lalu. Pendidikan di Jepang dimulai di setiap rumah, dan di lingkungan. Bayi sejak berusia 3 bulan, dititipkan di penitipan anak dan diajarkan kemandirian. Anak di usia TK diajarkan rasa malu untuk berbuat salah. Ketika ia dibantu untuk memasang sepatu, misalnya, maka ia akan lepaskan kembali sepatu itu, ia ulangi memasangnya seperti yang telah dicontohkan. Di usia SD, anak diajarkan tentang kemandirian, tanggung jawab, dan rasa malu melakukan kesalahan. Setelah SMA, mereka bekerja mencari uang untuk kuliah.

Para guru mengajar dengan penuh tanggung jawab. Bagi mereka, mengajar bukan sekedar memastikan para murid lulus, tapi juga mereka bertanggung jawab sampai para murid itu bekerja bahkan sampai akhir hayat para guru. Maka mereka berusaha mewariskan seluruh ilmunya, agar para murid bisa menjadi lebih baik dari para gurunya.

Dari masyarakat Jepang, kita bisa belajar tentang keutamaan dalam kehidupan. Namun sebenarnya Islam punya kekuatan yang lebih. Islam punya konsep keimanan, koneksi Ilahiyah. Maka marilah kita berbagi, getok tolar, agar kita semakin mendapatkan kemakmuran dengan berbagi.

Di hari akhir nanti, ada 7 kelompok manusia yang mendapatkan naungan, salah satunya adalah orang yang hatinya terikat ke masjid. Subhanallah. Perlindungan Allah bagi ahli masjid sungguh luas, di dalam masjid, di dunia, bahkan sampai di padang mahsyar hari akhir. Marilah kita berdoa semoga keluarga kita termasuk ke dalam golongan ahlul masjid.. Aamiin....