Wednesday, August 31, 2016

Inspirasi Nabi Yusuf : Kiat Sukses Dunia Akhirat

Ceramah disampaikan oleh Ustadz Fahmi Salim, MA

Hikmah tentang Parenting, yaitu bagaimana Nabi Ya’qub mendidik anak-anaknya :

1.      Pola pengasuhan keluarga paling menentukan masa depan anak-anak.

2.      Peran Ayah lebih dominan dibandingkan dengan Ibu. Dalam Al Qur’an lebih banyak disampaikan peran Ayah sebagai pendidik dalam keluarga. Sehingga sebagai Ayah, jangan sampai seharian bekerja, ketika sampai di rumah juga masih disibukkan dengan gadget dan internet. Padahal samat banyak pelajaran yang harus disampaikan Ayah kepada anaknya.
Yusuf belajar kesabaran dari Ayahnya. Ayahnya menanamkan ketakwaan, akhlaq, menetapkan dalam hatinya rasa takut kepada Allah. Ketika digoda Zulaikha, Allah menampakkan wajah Ayahnya sehingga Yusuf tetap terjaga.

3.      Orang tua harus berlaku adil terhadap semua anaknya. Harus berhati-hati, jangan sampai melebihkan salah satu anak dibandingkan dengan yang lain.

Pelajaran tentang pakaian yang dipakai Nabi Yusuf :

1.      Pakaian yang disobek-sobek oleh saudaranya dan dilumuri darah palsu

2.      Pakaian yang sobek di belakang yang menunjukkan bahwa Zulaikha lah yang menggoda Yusuf

Kiat sukses dunia akhirat (QS 12:90)
1.      Takwa
2.      Sabar

Pelajaran dari Nabi Yusuf :

1.      Kesabaran
Dengan kesulitan yang banyak dan berat (diusir oleh saudaranya, dijual di pasar budak, dimasukkan ke penjara) beliau tetap memiliki kesabaran luar biasa.

2.      Melihat kebaikan dan keburukan sebagai ujian
Kehidupan Nabi Yusuf dilalui dengan kebaikan dan keburukan yang silih berganti. Dari menjadi anak kesayangan, berubah menjadi pengusiran saudara dan masuk ke sumur, berubah lagi menjadi anak angkat Perdana Menteri Mesir, berubah lagi menjadi masuk penjara, dan berubah lagi menjadi kebaikan setelah dapat menakwilkan mimpi.
Kehidupan tidak selalu konstan, ada naik turun. Semua adalah ujian untuk tingkat ketakwaan dan kesabaran kita. Kita harus tetap tunduk dan pasrah pada seluruh pengaturan Allah subhanahu wata’ala,  termasuk atas nasib kita.

Tidak pernah berputus asa ketika menerima keburukan, juga tidak perlu euphoria berlebihan ketika menerima kebaikan. Karena sesuatu yang lahiriahnya terlihat baik, bisa saja di dalamnya buruk, dan sesuatu yang kelihatannya buruk, ternyata di dalamnya baik.

3.      Jangan berputus asa (QS 12 ayat 87 dan 110)
Jangan seperti disebutkan pada surat Al Fajr, yaitu mereka yang menganggap kesulitan sebagai penghinaan dari Allah, dan harta yang banyak sebagai kemuliaan dari Allah.
Segala sesuatu yang Allah berikan, yang berupa kenikmatan maupun kesulitan, pada hakikatnya kedua-duanya adalah ujian.

Nabi Yusuf sukses di dunia dan akhirat :

1.      Standar sukses di dunia, beliau menjadi Perdana Menteri Mesir dengan sikap beliau yang hafizhun ‘alim, yaitu seorang yang amanah dan memiliki ilmu.

2.      Standar sukses di akhirat, berhasil melawatn hawa nafsu menghadapi ajakan dan rayuan berbuat zina.

Ibrah dari Surat Yusuf bagi Nabi Muhammad :

1.      Optimisme, harapan, tidak berputus asa.
Sesuai dengan kondisi Nabi Muhammad saat itu, yang sedang dalam tahun kesedihan setelah wafatnya Khadijah dan Abu Thalib (aamul huzni).
Surat Yusuf diturunkan untuk memompa semangat Nabi Muhammad, agar belajar dari Nabi Yusuf untuk tidak berputus asa. Nabi Yusuf mengalami ujian berat bertubi-tubi, dan melaluinya dengan kesabaran dan ketakwaan.
Surat Yusuf yang cukup panjang turun sekaligus. Surat lain yang juga turun sekaligus adalah surat Al An’am yang sangat berat, dibawa malaikat Jibril, diiringi 70 ribu malaikat.

2.      Nabi Yusuf diusir oleh saudaranya. Kelak Nabi Muhammad juga akan diusir oleh kaumnya, dan hijrah ke Madinah.

3.      Setelah kemenangan datang, Nabi Yusuf memaafkan saudaranya. Kelak Nabi Muhammad juga berlaku sama pada saat penaklukan Mekkah.

Ibrah bagi ummat Muhammad :
Saat ini kita sedang berada dalam era kemerosotan ummat. Kita jangan berputus asa dari rahmat Allah. Islam akan jaya bila umatnya berpegang Teguh pada ketakwaan dan kesabaran untuk menjemput kemenangan.

Hikmah lain dari Nabi Yusuf :

Beliau senantiasa rendah hati, dan mengembalikan semua kesuksesan sebagai anugerah Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana doa yang dipanjatkan beliau pada QS 12:101.

Monday, August 8, 2016

Ibu atau Karyawan?

Semua orang bisa berpendapat berbeda, dan melihat pendapat yang berbeda selalu ada yang memberikan komentar.. Seperti kisah seorang ayah dan anaknya serta keledai, yang akhirnya berganti-ganti formasi karena mendengarkan komentar orang lain..

Perlu dilihat juga siapa yang berkomentar. Kalau kapasitasnya kira-kira sebenarnya tidak layak, barangkali sebetulnya tidak perlu ditanggapi..

Tapi kalau yang komentar Ustadz atau Ustadzah, barangkali perlu tarik nafas dulu, dan menanggapi dengan kepala dingin, sambil introspeksi..

Secara rasional bener juga sih, lebih lama di kantor, 3 jam di rumah ketemu anak, 8 jam di kantor, artinya 2 kali lipat lebih di kantor, barangkali memang kita lebih layak disebut sebagai karyawan daripada ibu..

Tapi lebih jauh lagi, di kantor juga ngga full memikirkan kantor yah? Sebentar inget anak, apa lagi kalau sedang sakit, ada ujian.. Harus memastikan mbak-mbak dan supir melakukan a-z sesuai jadwal dan kualitas tertentu.. Harus sekali-sekali datang ke sekolah kalau ada parent teacher meeting.. Belum lagi kalau udah waktunya pengambilan raport dan wisuda, dan anaknya lebih dari 2, dengan jadwal yang berbeda-beda, ada yang di luar kota pula, dalam 2 minggu bisa berapa kali izin dan cuti..
Apakah juga layak disebut sebagai karyawan?

Akhirnya, bukan layak disebut ibu, istri, karyawan, dll dsb yang kita cari, apa lagi  sebutan itu hanya datang dari sesama manusia.. Tapi yang penting apakah Allah ridha dengan semua lelah juggling jungkir balik kita ini? Layakkah kita buat Dia? Akhirnya, itu aja yang penting..

Selanjutnya menanggapi soal kerja sebagai dokter.. Katanya sih memang yang paling baik itu perempuan bekerja sebagai sesuatu yang bermanfaat untuk masyarakat.. Kalau ngga salah ada 2 yang “sangat bisa diterima” dalam Islam, yaitu jadi guru dan dokter.. 

Ini juga yang dulu almarhum Kyai nya almarhum Bapak saya sampaikan waktu saya lulus kuliah, “perempuan itu jadi guru atau dokter, jangan di kantor-kantor yang pake benges segala itu”. Dulu saya pikir, tradisional banget ya, pekerjaan kok pilihannya cuma guru sama dokter. Tapi ternyata latar belakangnya itu tadi.. 

Jadi referensi bahwa Kyai Ahmad Dahlan membolehkan perempuan bekerja sebagai dokter, sebetulnya kemungkinan ngga bisa jadi justifikasi bahwa beliau membolehkan perempuan bekerja apa saja..

Terus kenapa saya masih kerja jadi karyawan? Jawabannya ada di bab yang lain..