Monday, November 26, 2012

Two Wrongs Don't Make A Right

Maaf kalau judulnya Bahasa Inggris, tapi tulisannya Bahasa Indonesia :-)

Barangkali ada yang sudah pernah mendengar pepatah di atas. Bisa di-google, kurang lebih artinya adalah, kalau satu pihak sudah melakukan kesalahan, kemudian pihak lain melakukan kesalahan lagi, bukan berarti situasi keseluruhan menjadi baik.

Seringkali justru itulah yang kita lakukan. Karena pasangan berbuat salah, kita "balas" dengan kesalahan yang kita "anggap setimpal", supaya "adil", "kedudukan sama".

Kemarin baru saja ada kejadian yang mirip. Salah satu saudara jauh kami menikahkan anaknya, sebutlah keluarga A. Salah satu saudara kami yang lain, sebutlah keluarga B, menyatakan bahwa dia tidak akan hadir di pernikahan itu, karena ketika ada anggota keluarga B  yang meninggal, tidak ada satupun anggota keluarga A yang hadir.

Lalu sampai kapan "berbalasan" ini akan berlangsung?

Nanti setelah ini, jika keluarga B ada acara, keluarga A memutuskan untuk tidak hadir, karena keluarga B tidak hadir di pernikahan lalu. Dan seterusnya, sampai akhirnya silaturahim terputus. Mudah-mudahan tidak.

Yang kedua, diskusi dengan teman di kantor.

Teman kantor saya ini, yang notabene adalah pejabat 2 tingkat di bawah Direksi, dengan rumah yang luas, suami istri bekerja, jelas-jelas berpenghasilan amat sangat lebih dari cukup. Dia memutuskan untuk menggunakan BBM subsidi untuk mobilnya. Saya tidak tahu apakah saya yang terlalu naif, atau memang semua orang melakukan hal itu. Tetapi saya sangat kaget mendengarnya. Alasannya, toh pemerintah juga masih kurang tepat dalam mengalokasikan dana rakyat. Selama hal itu masih terjadi, maka BBM subsidi adalah hak rakyat.

Lalu sampai kapan "berbalasan" ini akan berlangsung?

Tentunya akan masih banyak hal pada pemerintah yang perlu perbaikan. Bagaimana pun pemerintah melakukan perbaikan, pasti masih ada hal yang kurang sempurna. Apakah selama itu kita akan terus melakukan "pelanggaran"?

Lalu bagaimana sebaiknya?

Sebaiknya, salahnya perlakuan orang terhadap kita, adalah tanggung jawab orang tersebut. Bahwa kita merasa "dirugikan", itu adalah waktunya kita untuk bersabar, sambil berusaha meluruskan orang tersebut, jika kita bisa. Sementara itu, perilaku kita, tetap menjadi tanggung jawab kita. Melakukan yang benar, tetap menjadi keharusan. Sehingga terlepas dari sebesar apapun salahnya perilaku orang terhadap kita, kita seharusnya tetap melakukan yang terbaik yang kita bisa terhadap orang itu.

Kemungkinan besar, akan terasa berat :-) Karena biasanya kita kesal, marah, atau sedih atas perilaku orang tersebut kepada kita. Tapi, jika kita berpikir lebih jauh, untuk kebaikan bersama, apa lagi untuk catatan di akhirat, maka kesal, marah, dan sedih itu akan terasa kecil dan dapat kita kalahkan. Mudah-mudahan :-)

Friday, November 23, 2012

Cabang Keimanan : Menjaga Kehormatan



Ceramah bagian kedua hari ini dari Ustadz Muhsinin Fauzi, tentang salah satu cabang keimanan, yaitu menjaga kehormatan.
Prinsip utama menjaga kehormatan adalah tidak melakukan zina, yang mengarah ke zina, serta tindakan lain yang serupa dengan zina. Maka lingkupnya dimulai dari memandang, berkhalwat (berdua-duaan bukan dengan muhrim), zina, liwath (berhubungan sesama jenis).

Penjelasan ditekankan pada bagaimana indahnya hukum ini melindungi umat Islam.
Salah satu tujuan agama adalah menjaga nasab. Jika nasab hilang, umat akan kacau balau, dan makna hidup akan hilang. Tujuan agama secara keseluruhan adalah menjaga agama, menjaga diri, menjaga nasab, menjaga akal, dan menjaga harta.

Kelompok masyarakat yang nasabnya (nama keluarga) dijaga biasanya struktur kemasyarakatannya akan lebih kokoh. Di Indonesia seperti di Batak, di luar negeri di Cina, asalkan tidak menjurus kepada fanatisme.
Menjaga nasab bukan sekedar memastikan keturunan sampai dengan tingkat ayah / ibu, tetapi bermuara pada sistem dan hukum yang berbasis pada nasab, yang mengatur tatanan hidup. Dalam hukum Islam hukum yang berbasis pada nasab adalah birr walidain (berbuat baik kepada orang tua), hukum kekerabatan, hukum tetangga yang berkerabat, hukum waris, hukum dengan besan, hukum nasab, serta hukum keluarga.

Andai hukum nasab kokoh, maka pada dasarnya masyarakat tidak membutuhkan pemerintah, karena akan terbentuk masyarakat madani. Kebijakan diturunkan sampai organisasi kecil di tingkat keluarga.

Mengapa zina diberi hukuman sedemikian berat? Karena nasab adalah hal yang sangat penting. Bila hubungan antar suami istri tidak ada ikatan, akan terjadi zina, dan akan merusak tatanan sosial dan kehormatan keluarga terkoyak. Maka ketika itu dilanggar, diberikan hukuman berat.

Pernikahan harus dipermudah, agar nasab dapat terjaga. Seharusnya jangan sampai seorang muslim bermain-main dengan hal ini. Jika seseorang sudah sampai kebutuhannya untuk menikah, hendaklah segera menikah. Jika merasa belum mampu, solusinya adalah berpuasa. Untuk laki-laki yang sudah menikah, dan ada masalah sehingga merasa perlu menikah lagi, segeralah menikah lagi. Jika perempuan merasa tidak dipenuhi haknya, mintalah cerai. Jika cerai diberikan, ajukanlah khuluk.

Menjaga nasab dijaga dalam Islam dengan benteng yang paling jauh, yaitu hal saling memandang. Islam memerintahkan untuk menjaga pandangan. Karena secara hukum alam, orang tidak mungkin menginginkan hal yang tidak pernah ia lihat.
Di masa lalu, di pedesaan, ketika ibu petani adalah seseroang yang setiap hari pergi ke sawah, kotor berlumpur dan berkeringat, lalu pulang ke rumah, memasak dengan kayu bakar, juga semakin kotor, namun suami tidak berselingkuh, mereka rukun, dan memiliki banyak anak. Hal ini karena suami tersebut tidak melihat wanita lain selain istrinya itu, di pedesaan yang memang jarang penduduknya.
Berbeda dengan situasi di perkotaan, ketika ribuan wanita terlihat dalam pandangan laki-laki.

Ustadz Muhsinin memperoleh informasi dari seorang karyawan di perusahaan perminyakan, bahwa perselingkuhan di perkantoran saat ini sudah sampai taraf yang mengkhawatirkan. Bahwa informasi yang menyatakan bahwa 1 dari 2 laki-laki berselingkuh, dan 1 dari 3 perempuan berselingkuh, bukan hanya sekedar  hasil survey, tetapi benar-benar nyata.

Bagaimana cara agar tidak terjebak ke dalam maksiat tersebut :

Pertama, yang belum menikah, segeralah menikah, bila perlu menikahlah hari ini juga.
Kondisi saat ini sangat mengkhawatirkan dari sisi penjagaan nasab, karena pintu hubungan laki-laki dan perempuan terbuka lebar (dengan pergaulan yang terbuka, berbagai sarana dan hiburan yang mengacu ke perilaku barat, pornografi, pornoaksi), sedangkan di sisi lain pintu pernikahan dihalangi oleh banyak persyaratan (harus punya pekerjaan, harus punya rumah, punya kendaraan), yang membuat orang terus merasa belum siap menikah.
Hal ini adalah bagian dari proses pendidikan yang salah, yaitu anak dididik untuk tidak berani, tidak mau bertanggung jawab. Anak-anak saat ini cenderung dibesarkan ibu, karena ayah sangat sibuk dan jarang bertemu dengan anak-anak. Ibu tidak berani mengambil peran, segala sesuatu menunggu keputusan ayah. Ibu seharusnya berani mengambil keputusan dan berani bertanggung jawab. Akibatnya anak-anak mengikuti pola yang dilakukan ibunya, juga tidak berani dan tidak mau bertanggung jawab.
Kedua, yang sudah menikah, kokohkan hubungan rumah tangga.
Terdapat anggapan bahwa dalam keluarga yang Islami, seringkali istri tidak merawat tubuhnya. Padahal cantik itu tidak salah. Salihah itu tidak harus jelek, dan cantik itu tidak harus tabarruj (berhias). Hal ini agar suami tidak memiliki dorongan untuk keluar rumah

Ketiga, jika laki-laki yang sudah menikah merasa perlu untuk menikah lagi, beranilah menghadapi istri yang pertama, daripada terkena murka Allah. Lebih elegan menikah, daripada selingkuh. Karena saat ini provokasi memang sangat tinggi sekali untuk menuju ke arah kehormatan yang tidak terjaga.

Keempat, bila wanita memiliki suami yang tidak dapat menjaga kehormatan, mintalah cerai.

Jangan mempermainkan murka Allah, lebih baik bertengkar dengan orang sedunia, daripada terkena murka Allah.
Kelima, pastikan anak-anak berada di dalam lingkungan yang kehormatannya terjaga. Berdasarkan survey, kondisi pergaulan remaja saat ini sangat memprihatinkan, yang menyatakan bahwa 65% remaja putri sudah bukan gadis lagi. Carikan anak-anak kita lingkungan pergaulan dengan pendidikan agama yang kokoh.
Hidupkan cinta dan kasih sayang dalam keluarga, agar anak tidak membutuhkan pacar. Anak-anak memerlukan pacar jika ayah dan ibu tidak memberikan kasih sayang. Anak laki-laki membutuhkan kasih sayang dari ibu, anak perempuan dari ayah.

Dulu jilbab dianggap bisa menjaga dalam pergaulan. Namun saat ini terjadi pergeseran, yaitu jilbab menjadi budaya. Dan remaja pria justru lebih memilih remaja putri berjilbab karena terkesan lebih “tidak murahan” dan lebih “asli”. Astaghfirullah.
Ibu Elly Risman yang sering berinteraksi dengan berbagai masalah remaja saat ini, menganggap bahwa pergaulan remaja kita sudah sangat rusak dan hancur lebur, terutama di sekolah-sekolah SMA umum yang tidak favorit. Di sekolah umum favorit, siswa masih cukup fokus untuk belajar. Apa lagi jika anak bersekolah di kota lain, situasi kos-kosan saat ini sangat gawat.

Zaman sekarang sepertinya adalah zaman fitnah yang ditandai dengan hancurnya kehormatan di depan mata. Barangkali inilah zaman yang disebut Rasulullah sebagai zaman dengan begitu banyak pembunuhan dan perzinaan. Berpeganglah pada hukum Islam, jangan berpegang pada perkataan orang. Pelanggaran harus dihukum dengan rajam atau cambuk. Semoga Allah menjaga kita dan seluruh keluarga.

Pelajaran dari Gaza



Ceramah siang ini disampaikan oleh Ustadz Muhsinin Fauzi, bagian pertama tentang perkembangan di Gaza.

Seminggu sebelum pertempuran bulan November di Gaza, ada rombongan Indonesia yang datang ke Palestina dan memperoleh informasi perkembangan terakhir di Palestina.

Pesan dari masyarakat Palestina, jika ingin membantu, masyarakat Indonesia tidak perlu datang ke Palestina untuk membantu berperang, karena sebagian besar masyarakat Indonesia tidak bisa berbahasa Arab, sehingga menyulitkan dalam berkomunikasi. Selain itu secara fisik, masyarakat Indonesia tidak sekuat masyarakat Palestina yang sudah terlatih bertempur dalam jangka waktu yang lama.

Ada dua cara yang efektif yang dapat membantu Palestina :
Pertama, dukungan moral dengan memaparkan informasi seluas-luasnya tentang dukungan terhadap perjuangan Palestina, baik di media mainstream (media umum seperti koran, televisi) serta media sosial (facebook, twitter, dll). Ada kecenderungan saat ini di masyarakat bahwa informasi yang dipercaya justru yang bersumber dari media sosial, karena media mainstream biasanya sulit untuk bersifat obyektif dan lebih sering “diwarnai” kepentingan. Dukungan di media tersebut akan menjadi tambahan semangat bagi masyarakat Palestina untuk meneruskan perjuangan. Bahwa ada masyarakat Indonesia, negara Islam terbesar, dengan posisi terjauh dari Timur Tengah, yang tidak bisa berbahasa Arab, mendukung perjuangan Palestina.
Kedua, adalah dukungan materil berupa mobilisasi dana, yang dapat dimanfaatkan untuk pertahanan, kesehatan, persenjataan, dan makanan. Sampaikan sebesar-besar dana.
Masalah Palestina, Gaza, adalah masalah agama, bukan sekedar masalah tanah. Masalah agama
Bukan sekedar tanah. Palestina bertahan karena agama, Israel pun menyerang karena agama.
Mungkin ada pertanyaan, mengapa masyarakat tidak pergi saja dari Gaza sehingga tidak perlu bertempur?
Sebenarnya, jika mereka memikirkan diri sendiri, maka pergi meninggalkan Palestina adalah solusi yang sangat aman. Jika masyarakat Palestina pergi, masalah selesai, Israel menguasai tanah Palestina, menang tanpa perang.
Masyarakat Palestina memang sengaja tetap tinggal, mereka berkorban untuk sebuah misi, mempertahankan agama Islam yang disimbolkan dengan Masjidil Aqsha, di Gaza, di Palestina. Sampai kapan pun mereka tidak akan pindah. Dan kita umat Islam yang tidak berada di Palestina harus sangat bersyukur bahwa mereka mau bertahan.
Ada 4 pelajaran yang dapat dipetik dari pertempuran di Palestina bulan November 2012 :
Pertama adalah bahwa mereka senantiasa yakin bahwa mereka sebentar lagi akan shalat di Masjidil Aqsha. Keyakinan kita harus lebih kuat, kita harus lebih yakin. Dan Allah akan membantu.
Bahwa umat Islam sampai saat ini masih belum memenangkan pertempuran, bisa terjadi karena dua sebab. Pertama karena syarat kemenangan belum terpenuhi. Kedua karena Allah menyampaikan hikmah dengan penundaan kemenangan muslim di Palestina.
Perjuangan di Palestina dilakukan dengan peperangan. Perjuangan kita dilakukan dengan menegakkan agama, melawan “mereka” yang berusahan menjatuhkan agama, dan menyebarkan anggapan bahwa Islam adalah buruk. Kita harus tetap yakin, bahwa Islam baik. Dibuat anggapan bahwa mereka yang aktif dalam gerakan Islam adalah masyarakat kelas bawah yang kurang cerdas, padahal justru sebaliknya, karena jika mereka tidak cerdas, mereka tidak akan bisa menangkap dakwah.

Hal kedua yang dapat kita pelajari adalah keberanian luar biasa dari masyarakat Palestina.

Ketiga, pihak Yahudi walaupun memiliki banyak persenjataan, saat ini berada dalam kondisi ketakutan yang terus meningkat. Mereka setiap hari melakukan simulasi bagi seluruh keluarga, bagaimana cara penyelamatan keluarga jika terjadi serangan besar. Mereka telah menyiapkan bunker di bawah setiap rumah, dan di bunker itu telah terdapat persediaan pendukung kehidupan untuk waktu 1 tahun.

Pada dasarnya kaum kafir adalah kaum penakut, karena bagi mereka tidak ada janji hari akhir. Semua yang dilakukan adalah untuk hasil di dunia. Umat Islam, meskipun masih sangat banyak kekurangan, harus meyakini bahwa umat Islam adalah bangsa pemenang.

Keempat, khusus bagi kaum ibu, hendaklah mengikuti jejak para ibu di Palestina. Yaitu ibu yang sanggup mendidik anak menjadi mujahid, menjadi pejuang. Bukan menjadi ibu yang lemah dan cengeng. Jadilah ibu-ibu yang kokoh. Jangan menjadi ibu yang menangis ketika suaminya pergi bertugas, ketika anaknya akan sekolah ke pesantren. Ibu Palestina tersenyum ketika kedua anaknya mati syahid. Karena mereka memiliki cara pandang yang berbeda, mereka wanita yang pemberani. Walaupun dibom, diserang rudal, mereka tidak stress, tetap memiliki anak yang banyak.

Ada sebab utama mengapa semangat bertahan dan berjuang masyarakat Palestina sedemikian kuat : Al Qur’an.

Palestina mencetak ribuan hafizh Al Qur'an setiap tahunnya. Banyak sekali anak kecil yang hafal Al Qur’an. Para pejabat Palestina adalah hafizh Al Qur’an. Al Qur’an menjadi sumber utama kekuatan. Dan selama Al Qur’an masih ada di dalam dada masyarakat Palestina, selama itu pula mereka akan bertahan.
Tugas kita di Indonesia, juga menancapkan Al Qur’an di dada anak-anak kita. Indonesia dengan kondisi yang aman, dengan jumlah penduduk yang jauh lebih besar, seharusnya bisa mencetak lebih banyak hafizh Al Qur'an. Targetkan agar semua anak kita menjadi hafizh Al Qur'an.
Inilah kekuatan utama bangsa Palestina. Bukan pada roket. Kekuatan mereka adalah Al Qur’an.

Masyarakat Indonesia kebanyakan ibunya lemah, anaknya cengeng, ayahnya pun kurang tegas. Tidak tega jika anak diberi beban.
Sistem pendidikan Islam memang sedikit bertentangan dengan sistem pendidikan Barat. Tradisi islam tidak pernah membenturkan kreativitas, analisa, leadership, dengan kemampuan daya ingat. Banyak sekali contoh pemimpin Islam yang memiliki hafalan yang sangat kuat, tetapi juga memiliki daya analisis dan leadership serta kreativitas yang sangat baik. Sistem pendidikan barat “menabukan” hafalan, sehingga yang dipentingkan adalah analisis, dengan test “open book”.

Jika kita menghitung untung rugi dari memiliki anak, maka yang paling menguntungkan adalah jika anak dapat menjadi hafizh Al Qur’an, karena mereka akan dapat membantu kita di akhirat nanti. Anak yang sukses di dunia dengan kekayaan, sebenarnya tidak akan memberikan dampak yang terlalu besar bagi kita.

Palestina juga telah menunjukkan peningkatan yang sangat baik dalam persenjataan. Dan persenjataan ini berasal dari dalam, bukan dari Iran seperti yang dituduhkan oleh Israel. Ini bisa terjadi karena masyarakat Palestina adalah masyarakat yang cerdas. Banyak ulama besar Islam lahir di Palestina, antara lain Imam Syafi’i.

Dengan kebangkitan Islam di Mesir dan Turki, Israel semakin waswas terutama berkaitan dengan pasokan gas. Saat ini mereka bergantung pada pasokan gas dari suatu daerah dekat Turki yang merupakan daerah sengketa dengan Siprus. Sesungguhnya, kondisi Israel tidaklah sehebat yang diberitakan.
Dan jika nanti konflik Siria berakhir dan pemerintahan dikuasai oleh pihak Islam, maka Israel akan terkepung oleh musuh. Kebangkitan Arab masih akan terus berlangsung dan bisa jadi kondisi menjadi total berbalik, dan suara Islam akan dapat mempengaruhi OKI dan mengubah situasi geopolitik.
Gaza adalah daerah yang sangat kecil, lebih kecil dari Depok, dengan 1.7 juta penduduk. Maka setiap bom yang datang pasti akan membawa korban. Mereka tidak akan pindah ke tepi Barat. Padahal di tepi Barat mereka aman, tidak akan mendapat serangan. Tetapi mereka berjuang mempertahankan Gaza. Bangkitkan cinta akan mati syahid, maka akan menjadi kekuatan dalam mengusung agama. Panjatkan doa kita terus menerus untuk saudara kita di Palestina.

Thursday, November 22, 2012

Menghilangkan Kebiasaan Buruk

Seringkali kita menyadari bahwa kita memiliki kebiasaan buruk dan ingin menghentikan kebiasaan buruk tersebut, namun kita merasa "tidak berdaya" untuk menghilangkannya.

Jenis kebiasaan buruk bisa beraneka ragam, dari hal-hal yang buruk untuk kita sendiri (merokok, malas, senang mengemil), hal-hal yang sekedar membuat orang lain tidak nyaman (sering datang terlambat, pelupa, teledor), sampai hal-hal yang membuat orang lain terganggu dan dalan taraf tertentu merupakan keburukan dari sisi agama (pemarah, suka membicarakan orang lain, sering ingkar janji), sampai hal-hal yang benar-benar merupakan pelanggaran dalam agama (selingkuh, mencuri, pornografi).

Yang perlu diyakini adalah bahwa manusia sebenarnya memiliki fitrah untuk menjadi orang baik. Kebiasaan buruk terjadi karena pernah dimulai, terasa menyenangkan, lalu terus dilakukan sampai kita tidak dapat lagi melepaskan kesenangan itu sehingga kebiasan buruk tersebut menjadi sulit untuk ditinggalkan.

Maka, sebenarnya kebiasaan buruk pasti bisa dihilangkan. Pasti. Sekali lagi pasti :-)

Pada dasarnya segala sesuatu yang pernah dimulai, akan bergulir, akan menjadi semakin sering, dengan kadar yang semakin tinggi.

Maka untuk memulai kebiasaan baik, bisa dilakukan dengan bertahap. Karena walaupun dimulai dari hal yang kecil, pelan-pelan akan menjadi makin sering, makin besar, dan kebiasaan baik pun terbentuk.

Tetapi untuk menghilangkan kebiasaan buruk, kita tidak bisa melakukan pendekatan bertahap.

Mengurangi kadar kebiasaan buruk, dampaknya bukan semakin lama semakin berkurang. Arah guliran adalah semakin sering, semakin besar.

Maka kebiasaan buruk harus ditinggalkan seketika. Tinggalkan. Tinggalkan begitu saja. Jangan pernah memulainya kembali, jangan pernah mendekatinya lagi, jangan pernah memikirkannya lagi. Tinggalkan. :-)

Hasil browsing dari Mbah Google, ada beberapa cara yang bisa dicoba, semoga efektif. Selamat meninggalkan kebiasaan buruk :-)

http://www.annida-online.com/artikel-5321-13-jurus-menghilangkan-kebiasaan-buruk---.html
http://erabaru.net/kehidupan/72-tips/29311-bagaimana-menghilangkan-kebiasaan-buruk
http://dimasrlp.wordpress.com/2009/02/01/mengatasi-perang-batin-untuk-menghilangkan-kebiasaan-buruk/

Tuesday, November 20, 2012

Andai Google Benar-Benar Bisa Menjawab Semuanya



Adanya Google sebagai search engine tercanggih saat ini, menyebabkan kita bisa bertanya apa saja pada sang Professor Google. 

Dulu kalau kita terlupa akan sesuatu, misalnya penyanyi lagu tertentu, atau pemeran dalam film tertentu, atau penulis buku tertentu, maka satu-satunya cara adalah berusaha keras mengingat. Kalau tidak berhasil, rasanya sangat penasaran, tapi tidak ada yang bisa diperbuat. 

Dulu kalau kita ingin mengetahui detil tentang sesuatu, kita harus ke perpustakaan, mencari ensiklopedia yang menjelaskan tentang hal itu. 

Sekarang, semua bisa ditanyakan ke Professor Google, dan dia akan mencarikan jawabannya di internet.
Dan itu membuat kita ingin semua pertanyaan bisa terjawab. 

Bahkan pertanyaan-pertanyaan yang sudah pasti tidak ada jawabannya di internet.

Seperti, kenapa tiba-tiba anak kita jadi pendiam? Atau, kenapa pasangan kita hari ini terlihat kesal? Atau, kenapa hati kita tiba-tiba terasa sedih?  Atau, kenapa Tuhan memberikan cobaan yang kita rasa demikian berat?

Ketergantungan pada Google kadang membuat kita jadi “malas berusaha” mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Dan berharap, andai  saja Google benar-benar bisa menjawab semuanya..

Dan lebih jauh lagi, mungkin ada hal-hal yang tidak perlu dipertanyakan. Cukup dijalani saja dan dicari hikmahnya..

Monday, November 19, 2012

Tanda Ikhlas

Copy paste dari Republika Online :
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/pojok-arifin-ilham/12/11/05/mczumw-hakikat-ikhlas


Sahabatku, hakekat ikhlas hanya Allah yang tahu, "Sirry min asroory" rahasia diantara rahasia-rahasia-Ku (Hadis Qudsi). Diantara tanda-tandanya adalah:
  1. Istiqomah, terus menerus beramal ibadah karena Allah, ada ataupun tidak adaorang, dipuji atau dihina
  2. Tidak GR (Ge Er) karena pujian, tidak sakit hati karena hinaan
  3. Pantang berkeluh kesah karena semuanya diputuskan Allah dengan rahmat, ilmu dan kebijakan-Nya sehingga tampak muka yang selalu senyum ceria
  4. Baik sangka dengan selalu memuji Allah atas segala hal yang terjadi
  5. "Qonaah" puas bukan hanya dengan nikmat-nikmat Allah tetapi atas segala keputusan Allah
  6. "Attawadu'" rendah hati
  7. "Assyahiyyu" belas kasih dengan kedermawan
  8. Semangatnya hanya pada yang halal
  9. Orientasi hidupnya akhirat
  10. Memaafkan dengan mendoakan yang menyakitinya
  11. Kalaupun dipuji ia balas dengan doa, "Ya Allah ampuni hamba dari apa yang dia tidak ketahui, jangan Kau hukum hamba karena pujiannya dan jadikan pujiannya lebih baik dari apa yang ia duga"
  12. Sibuknya asyik muhasabah diri, tidak tertarik mencari aib orang lain
  13. Hobbynya berbuat baik
  14. Wiridnya, istigfar, sholawat, "Rhodhitu billaahi Robba wa bilislaami diina wa bi Muhammadin Nabiyya wa Rasuulah
  15. Tenggelam dalam kelezatan taat
  16. Cinta dengan sunnah Rasulullah 
  17. Kuat tawakkalnya
  18. Rindunya pada Allah membuat ia mudah menangis
SubhanAllah. "Allahumma ya Allah, jadikanlah kami hamba-hamba yang Kau ikhlaskan, berilah rizki teragung dengan sifat ikhlas di hati, pikiran, lisan dan amal hamba, sucikan diri hamba dari sombong, riya, ujub dan semua penyakit hati...aamiin".

Wednesday, November 7, 2012

Siap Rawat Gabung (Rooming In)?



Saat ini saya sedang hamil sekitar 20 minggu. Kehamilan sebelumnya sudah cukup lama, 4-11 tahun yang lalu, sehingga banyak “trend” yang sudah berubah, yang Alhamdulillah ke arah yang baik.

4 tahun lalu sudah mulai trend IMD dan ASI Eksklusif. Dokter mendukung IMD, suster tidak menawarkan susu formula, kantor menyediakan ruang pompa ASI, sharing milis tentang persiapan ASI eksklusif  untuk ibu bekerja sangat banyak. Alhamdulillah anak saya yang ketiga bisa ASI sampai 2 tahun, berbeda dengan dua kakaknya yang hanya kenal ASI sampai 3-4 bulan saja, di masa “kegelapan” 10-11 tahun yang lalu.

Sejalan dengan program ASI Eksklusif, maka sekarang semakin digalakkan rawat gabung (rooming in). Yaitu bayi dirawat dalam kamar yang sama dengan ibu, untuk memastikan ibu dapat memberikan ASI sesering yang bayi butuhkan. Tidak perlu menunggu bayi menangis terlalu lama, yang malah akan menyulitkan bayi yang masih belajar menyusui. Keterikatan ibu dan bayi pun lebih cepat terjalin, karena interaksi yang lebih intensif.

Sebenarnya, dari dulu pun sudah ada mekanisme rawat gabung, tetapi sepertinya belum terlalu digalakkan. Terbukti 3 anak saya tidak ada yang rawat gabung. Apa saya yang kurang aktif meminta ya?

Jika dibandingkan dengan rawat terpisah, maka ada konsekuensi dari rawat gabung. Yaitu, ibu harus menangani sendiri seluruh kebutuhan bayinya, tidak hanya ASI. Ibu harus mengganti popok ketika bayi BAK dan BAB,  bahkan harus memandikan bayi. Ada beberapa RS yang tetap membolehkan suster membantu mengganti popok dan memandikan bayi, tetapi ada yang “full lepas tangan” :-)

Untuk yang full lepas tangan, mungkin akan memberatkan untuk ibu yang baru melahirkan ya? Apa lagi masih kesakitan dan lelah seusai melahirkan dan banyak tamu yang datang menjenguk.

Saya agak “tegang” juga menghadapi kelahiran anak saya nanti. Apakah saya akan rawat gabung? Atau tidak? Kalau ya, bisakah saya? Apa lagi usia sudah senja *halah :-) Mungkin saya ajak babysitter untuk ikut menginap di RS ya? *dasar ibu pemalas :-)

Kita tunggu saja 4-5 bulan ke depan yaa :-)

Ada yang punya pengalaman rawat gabung? Boleh dooong di-share.. 

Sharing pengalaman yang bagus-bagus supaya ibu-ibu termotivasi :-) Atau yang jelek juga ngga apa-apa, supaya  para ibu siap dengan berbagai kondisinya.. :-)