Thursday, April 30, 2015

Waktu-Waktu Baik untuk Berdoa


Jawaban Allah Subhanahu wata'ala Ketika Kita Shalat


Menghadapi Perubahan

Di kantor saya ada sharing tentang Change Management berikut.

Terdapat perbedaan antara Change dan Transition. Change lebih berfokus pada kondisi awal dan kondisi akhir dari perubahan yang terjadi, sedangkan Transition berfokus pada proses perubahan yang terjadi dari kondisi awal menuju kondisi akhir.

Dalam menghadapi perubahan, maka seseorang dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu Conserver, Pragmatis, dan Originator.

Di ekstrim yang sebelah kiri, Conserver lebih lama menghadapi perubahan, cendurung pada kondisi yang sebelumnya.
Sedangkan di ekstrim sebelah kanan, Originator sangat menyukai perubahan dan hal-hal baru.
Pragmatis berada di tengah-tengah.

Dalam perusahaan, pimpinan perlu mengenali tipe dirinya dalam perubahan, dan  juga tipe bawahannya.

Dalam menghadapi perubahan, secara umum seseorang akan mengalami 4 fase, yaitu Acknowledging, Reacting, Investigating,  Implementing.

Bagi mereka yang masih pada tahap Reacting, peran pimpinan adalah membiarkan dulu mereka melepaskan semua kekhawatiran. Biarkan mereka marah, sedih, dan melakukan apa pun untuk melampiaskannya. Bila sudah mereda, baru kita ajak bicara untuk bisa menerima kenyataan dan menatap masa depan.

Pada tahap investigating, Karyawan mulai melihat dampak dari perubahan yang terjadi. Maka sebagai pimpinan atau pelaksana perubahan, perlu merancang quick wins dengan simbol-simbol yang menunjukkan bahwa perubahan terjadi secara konsisten dan sudah menunjukkan hasil yang positif.

Biarkan Karyawan untuk mengkontribusikan ide mereka, dan jangan menyalahkan bila terjadi kegagalan. Karena walaupun sesuatu gagal, kita tetap memperoleh pengalaman, dan kita memperoleh pelajaran.

Bila pimpinan bersifat originator, sangat menyukai perubahan, maka cenderung melompati tahap komunikasi dan support.

Conserver biasanya cukup lama berada pada tahap reacting. Mereka akan mengeluh, bertanya mengapa begini, mengapa begitu. Sampai tahap yang wajar pimpinan harus memberikan support. Namun ada batas waktu, ketika pimpinan harus mengatakan cukup, dan bahwa perubahan tetap harus terjadi, bahwa semua harus move on.


Lama dari setiap fase bergantung pada kepribadian masing-masing orang dan besar perubahan yang terjadi.

Kelemahan dari pragmatis adalah sering berubah-ubah dari fase reactive ke fase investigative, lalu kembali lagi ke reactive.

Pimpinan perlu memiliki keberanian untuk tetap pada pendirian namun tetap menjaga perilaku simpatik.

Bagi unit-unit kerja tertentu yang kebanyakan Karyawan di dalamnya bertipe Conserver, dapat diberikan informasi terlebih dahulu atas suatu perubahan, agar mereka memiliki waktu yang lebih panjang untuk fase reacting, dan dapat bersamaan dengan unit-unit lain melalui fase-fase berikutnya. 

Wednesday, April 29, 2015

Yang Dimakruhkan dalam Shalat

Ceramah Dzuhur disampaikan oleh Ustadz Tolkhah Nuhin, Lc.

Ceramah diawali dengan penjelasan tentang bulan Rajab, karena bertepatan dengan tanggal 1 Rajab.

Memasuki tanggal 1 Rajab, Rajab termasuk dalam salah satu bulan haram, yaitu bulan yang diutamakan (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, Rajab).

Dalam bulan Rajab, Rasulullah berpuasa sampai-sampai seperti tidak pernah berbuka, dan Rasulullah tidak berpuasa sampai-sampai seperti tidak berpuasa sama sekali.

Hadits tentang bulan Rajab, ada versi yang meminta keberkahan (kebaikan) di bulan Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan. Ada versi yang meminta keberkahan di bulan Rajab dan Sya’ban, dan disampaikan ke bulan Ramadhan.

Hal yang dimakruhkan dalam shalat :

Pertama, bermain-main dengan pakaian atau batu kerikil (di masa Rasulullah masjid berlantai tanah sehingga banyak batu kerikil).

Kedua, bertolak pinggang.

Ketiga, melihat ke arah atas, selain ke tempat sujud.

Hindarkan hiasan-hiasan di masjid kain bergambar, gunakan sajadah polos, gunakan pakaian polos agar tidak mengganggu jama’ah lain yang di belakang kita, karena tingkat kekhusyuan seseorang tidak sama.  

Salah satu hikmah dari shalat jama’ah adalah memastikan bahwa dalam satu jamaah ada seseorang yang khusyu pada suatu waktu, karena tidak mungkin seluruh jama’ah tidak khusyu secara bersamaan.
Bila shalat sendiri terdapat kemungkinan tidak khusyu sangat besar, misalnya lupa jumlah raka’at.
Bila lupa jumlah raka’at, ambil jumlah raka’at yang kecil, dan setelah selesai shalat tambahkan sujud syahwi.

Keempat, memejamkan mata.
Namun menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah, bila membuat lebih khusyu diperbolehkan.
Yang terbaik adalah mengarahkan mata ke tempat sujud.

Kelima, mengucapkan salam di akhir shalat dengan tambahan isyarat tangan.

Keenam, menutup mulut dalam shalat, serta baju melebihi telapak tangan dan kaki.

Ketujuh, shalat pada saat makanan dihidangkan.
Bila asya (makanan) sudah tersedia, tundalah Isya (shalat Isya).
Namun yang terbaik adalah mengatur waktu, sehingga tetap bisa makan dan juga shalat berjama'ah tepat waktu. 

Kedelapan, menahan buang hajat.

Kesembilan, menahan rasa mengantuk.
Bila mengantuk, sebaiknya tidur dahulu. Karena bila mengantuk, membaca Al Qur’an bisa terbolak-balik.
Tetapi jangan menjadi kebiasaan terus menerus.

Al Qur’an jangan dibaca dalam kondisi tidak sadar.

Berkaitan dengan pelarangan khamr, awalnya pada surat An Nisa dikatakan jangan dekati shalat bila sedang mabuk. Kemudian ada kejadian sahabat yang membaca surat Al Kafirun terus berputar.
Lalu Umar bin Khattab  berkata bahwa minuman keras ini membahayakan.
Turunlah surat Al Maidah, fajtanibu, para sahabat membuang semua khamr yang ada, sampai saat itu banjir arak.

Kesepuluh, shalat menetap di satu tempat di masjid. 
Agar semua tempat di masjid dapat menjadi saksi shalat kita.

Shalat dibolehkan setelah membaca Al Fatihah tidak membaca surat Al Qur’an.

Bila kita sedang shalat sunnah qabliyah lalu terdengar iqamah untuk mulainya shalat fardhu, maka segera akhiri salat sunnah kita dengan salam.

Bila kita mengikuti majelis ta’lim, ada banyak manfaat yang dapat kita peroleh :
  1. Majelis ta’lim adalah raudhatul jannah
  2. Kita akan didoakan oleh ikan di laut
  3. Mendapatkan naungan sayap malaikat
  4. Mendapatkan pahala silaturrahim sehingga dipanjangkan usiadan diperbanyak rezeki

Tuesday, April 28, 2015

Menyambut Bulan Rajab

Ceramah Dzuhur disampaikan oleh Ustadz Hilman Rosyad.

Kita semua sebenarnya sebentar lagi akan mati, maka mari kita maksimalkan waktu yang tersisa dengan memperbanyak ibadah dan amal baik.

Memasuki bulan Rajab, yang perlu diingat adalah bahwa dalam bulan Rajab terjadi peristiwa Isra’ Mi’raj.

Tidak perlu memperdebatkan apakah dalam Isra’ Mi’raj yang diperjalankan adalah ruh atau jasad Rasulullah, namun sebagian besar ulama menyatakan bahwa yang diperjalankan adalah ruh dan jasad Rasulullah.

Ada tiga hal yang dapat menjadi pelajaran dari Isra’ Mi’raj di bulan Rajab.

Pertama, dari perspektif Kesejarahan.

Tahun tersebut adalah Tahun Kesedihan bagi Rasulullah, karena wafatnya dua orang tercinta beliau yaitu istri beliau, Khadijah dan paman beliau, Abu Thalib.

Abu Thalib memelihara Rasulullah sejak beliau berusia 8 tahun. Abu Thalib sebenarnya memiliki kehidupan yang sulit. Beliau dapat dikatakan termasuk miskin, dengan anak yang banyak. Namun kecintaan beliau pada Rasulullah begitu mendalam. Dan sejak memelihara Rasulullah terasa banyak keberkahan bagi keluarga beliau.

Setelah wafatnya Abu Thalib, kaum Quraisy makin berani melakukan kekerasan, sehingga dapat dikatakan dakwah Rasulullah saat itu tidak berkembang lagi. Bahkan ketika beliau ke Thaif, beliau dihinakan bahkan sampai dilempari dengan batu.

Sebagai manusia biasa, Rasulullah dalam kondisi yang remuk redam, dan dalam doanya, beliau merasa gagal mengemban amanah sebagai utusan Allah.

Namun Allah menganggap beliau berprestasi, karena tetap istiqamah berdakwah, tidak tergiur dengan bujukan kaum Quraisy, dan tetap tabah dalam menghadapi kekerasan.

Maka sebagai reward, Allah berikan Isra’ Mi’raj kepada Rasulullah. Point yang penting adalah walaupun Rasulullah merasa lelah, capek, dan gagal, Allah tidak melihat hasil, Allah melihat proses dengan kesabaran menghadapi berbagai kesulitan.

Setelah pulang dari Isra’ Mi’raj, Rasulullah merasa lebih nyaman, lebih optimis, lebih bahagia. Isra’ Mi’raj memompa semangat baru bagi Rasulullah untuk melanjutkan perjuangan dan merencanakan perjalanan hijrah.

Pelajaran Kedua, adalah berkaitan dengan respon Allah terhadap peristiwa Isra’ Mi’raj.

Menjelang Isra Mi'raj, Allah menurunkan surat Adh Dhuha, di mana Allah menenangkan Rasulullah atas situasi yang sedang dihadapi.

Al Qur’an Allah turunkan melalui malaikat Jibril sebagai respon atas urusan yang dihadapi Rasulullah.

Respon Allah terhadap Isra Mi'raj, sebagaimana pada surat Al Isra’ ayat 1, hanya terhadap Isra’ saja.
Padahal secara logika, yang lebih mengagumkan adalah perjalanan Mi’raj, yang menembus tujuh langit, adanya dialog dengan malaikat Jibril tentang surga, neraka, dan penghuninya, dan akhirnya Rasulullah bertemu dengan Allah.

Sedangkan Isra’, sebenarnya “hanya” perjalanan di bumi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, dengan tidak begitu banyak kisah sepanjang perjalanan, dan di Masjidil Aqsha Rasulullah shalat 2 rakaat.

Sebagaimana dalam surat Al Isra’ ayat 1 tersebut, dinyatakan tentang wilayah Palestina yang diberkahi.

Bila dipertimbangkan secara logika, apa perlunya Allah melakukan “transit” bagi Rasulullah ke Masjidil Aqsha di Palestina, padahal mudah saja bagi Allah untuk langsung menaikkan Rasulullah dari Masjidil Haram.

Di sinilah Allah menyimpan rahasia dan tujuan, agar kita tidak pernah lupa dengan Palestina.

Palestina sempat dikuasai kaum Nasrani selama 6-7 abad, yang kemudian ditaklukkan oleh Shalahuddin Al Ayyubi. Dan Shalahuddin Al Ayyubi berpesan agar umat Islam mempelajari syariah yang benar, jangan sampai Syiah bangkit kembali.

Kemudian Islam melemah dan akhirnya Yahudi berkuasa atas Palestina sejak 1917. Tahun 1948 mereka mulai memproklamirkan negara Israel.

Menurut perkiraan, dalam 3 tahun lagi Islam akan kembali berkuasa di Palestina. Seperti yang dinyatakan pada defile pasukan Izuddin Al Qassam. Dari berbagai serangan Israel, banyak korban terutama kaum sipil. Namun pasukan Izuddin Al Qassam jauh lebih sedikit yang syahid dibandingkan dengan tentara Israel yang tewas.

Surat Al Isra’ ayat 2, 3, 4, 5, 7 menjelaskan tentang Bani Israil.

Wilayah Palestina dan sekitarnya akan menjadi pusat pertarungan kafir dan Islam. Pada krisis Irak sudah 2jt orang tewas, Suriah 1jt orang, Libya dan Mesir sekitar 200rb orang. Sungguh ini adalah konspirasi untuk mempertahankan Israel.

Namun bisa kita lihat bahwa kekuatan Israel semakin menurun. Banyak pasangan Israel yang memilih untuk tidak punya anak, sedangkan di Palestina, pasangan memiliki banyak anak. Setiap tahunnya Palestina menghasilkan 20rb huffazh (penghafal Al Qur’an).

Palestina tidak sejak dulu berada di jalan  Islam yang benar. Di tahun 60an, Palestina sama saja dengan negara lain dan bersifat sekuler. Hamas saat itu tidak bersedia untuk memimpin, karena masyarakat belum siap. Mereka memulai perjuangan dengan membangun sekolah, dan di tahun 1988 Hamas mulai memimpin dan memperbaiki masyarakat dengan Islam yang benar.

Pelajaran Ketiga, tentang kewajiban Shalat yang diperintahkan pada Isra’ Mi’raj.

Atas perjalanan Isra’ Mi’raj, banyak umat Islam yang ragu atas kebenarannya. Namun Abu Bakar Ash Shiddiq langsung membenarkan.

Isra’ Mi’raj adalah perjalanan syariah shalat 5 waktu.

Seluruh syariah yang lain yang disampaikan melalui Al Qur’an, disampaikan oleh Allah melalui malaikat Jibril. Setiap huruf dalam Al Qur’an disampaikan melalui malaikat Jibril.

Kecuali shalat.
Shalat langsung disampaikan oleh Allah.
Dan tidak disampaikan lagi dalam Al Qur’an.
Ayat dalam Al Qur’an tentang shalat banyak, bahkan tentang wudhu, tetapi tidak ada pembahasan tentang shalat fardhu yang 5 waktu.

Maka memasuki bulan Rajab, di mana di dalamnya terdapat Isra’ Mi’raj, yang pada saat itu Rasulullah menerima perintah shalat, kita ingat kembali kewajiban shalat.

Shalat sehari-hari kita lakukan. Terus menerus, Tidak ada jeda. Tidak ada rukhsakh untuk meninggalkan, hanya ada rukhsakh untuk mempersingkat atau menggabungkan waktu.

Aturan shalat sangat rigid dan kaku, dengan hadits Rasulullah yang mengatakan, “Shalatlah sebagaimana aku shalat.”

Namun walaupun shalat dilakukan terus menerus, kita tidak merasa bosan dan tidak ada efek samping. Justru banyak manfaat dan benefit dari shalat, yaitu :
1.       Sarana dzikir yang efektif
2.       Penentram jiwa
3.       Menjaga dari perbuatan keji dan munkar
4.       Merupakan indicator dari baik atau buruknya amal seseorang

Di akhirat nanti, yang pertama dihisab adalah shalat.

Bila shalatnya baik, maka amal yang lain akan baik. Perilaku kepada orang tua, suami, istri, anak, tetangga, cara mencari nafkah, menggunakan harta, bersedekah, berhaji dan berumrah.
Bila shalatnya berantakan, maka berantakan pula amal yang lainnya. 

Tips Menghafalkan Al Qur'an

Dari penjelasan Ustadz Husain, Pembina Karantina Al Qur'an Masjid UI, 26 April 2015


Tiga tips dalam menghafal Al Qur'an :

Pertama, Ikhlas

Karena Allah yang memberikan Al Qur'an pada kita, bukan kita yang mengambil.
Badan dan pikiran nyaman, tidak tergesa-gesa, rileks dan fresh. 
Berdoa kepada Allah agar Allah mudahkan dalam menghafal.

Kedua, Syukur
Walaupun ada hari-hari hafalan hanya sedikit bertambah, tetap bersyukur.
Karena sebagaimana pada surat Ibrahim Allah berfirman, bersyukurlah nanti akan ditambahkan.

Bila suatu hari hafalan kita hanya sedikit bertambah, maka itu adalah ujian Allah atas kesungguhan kita dalam menghafal.

Ketiga, Istiqamah

Sering kita mengatakan bahwa kita sibuk sehingga tidak punya waktu untuk menghafal Al Qur'an.
Yang benar adalah kita harus menyiapkan waktu untuk menghafal Al Qur'an.

Dari program Karantina Tahfizh akan diperoleh kebiasaan atau habit dalam berinteraksi dengan Al Qur'an, karena selama 2 hari 3 malam akan terus menerus bersama Al Qur'an.


Metode yang digunakan pada Karantina Tahfizh berasal dari Sudan, dimulai di Indonesia di Makassar tahun 2014, yaitu Karantina Menghafal Al Qur'an 30 juz dalam 40 hari.
Karena orang Indonesia ternyata bisa selesai dalam 30 hari, maka dibuat 30 juz dalam 30 hari, atau 1 juz per hari.

Menghafal Al Qur'an adalah masalah pembiasaan.

Ketika Ustadz Husain mengikuti Karantina 30, di hari pertama hanya bisa 5 halaman, jauh dari target 1 juz sehari. Namun dengan pembiasaan, hari berikutnya menjadi 7 halaman, 10 halaman, bahkan hari hari-hari terakhir bisa 2-3 juz dalam sehari.

Seperti belajar, setiap orang memiliki metode masing-masing yang paling cocok dan paling efektif, sehingga ia bisa menghafal dengan mudah dengan cara itu.

Yakinlah bahwa Al Qur'an mudah dihafal, sebagaimana firman Allah pada beberapa ayat di surat Al Qamar.

Tuesday, April 14, 2015

Sifat Orang Yahudi (Tafsir Surat Al Hasyr ayat 14 – 17)

Kajian Dzuhur disampaikan oleh Ust. Amir Faisol Fath. 

Surat Al Hasyr terutama menjelaskan tentang sifat orang Yahudi.

Pada ayat 14 dijelaskan tentang sifat orang Yahudi yang penakut, yang selalu membangun benteng, yang di dalam benteng tersebut disiapkan seluruh perlengkapan kehidupan, termasuk pasar dan bahkan ladang untuk bercocok tanam. Disiapkan juga persenjataan jarak jauh agar dapat dilakukan penyerangan dari dalam benteng.

Umat Islam adalah umat yang pemberani. Sehingga mudah bagi muslim jika akan melawan orang Yahudi. Jika mereka terdesak, mereka akan ketakutan dan menyerah. Inilah yang menyebabkan orang Yahudi dapat diusir dari Madinah.

Bagi orang Yahudi, nyawa mereka sangat berharga. Salah satu sebabnya adalah karena Yahudi adalah agama keturunan. Orang di luar Yahudi walaupun meyakini kebenaran agama Yahudi, tidak dapat menjadi umat Yahudi. Yahudi adalah agama keturunan yang mengikuti garis keturunan ibu.

Orang Yahudi terlihat bersatu, tetapi hati mereka sesungguhnya tercerai berai. Di antara orang Yahudi pun sering terjadi perselisihan. Saat ini, ada kelompok Yahudi yang menentang invasi ke Palestina.

Keimanan berkaitan dengan akal. Hal ini yang menyebabkan Khalid bin Walid ketika ditanya apakah berani melawan 50 orang kafir, Khalid bin Walid menyatakan “Berani, karena aku memiliki iman. Mereka tidak beriman, hati mereka tercerai berai.”

Di masa kepemimpinan Umar, pernah ada gubernur yang meminta dikirimkan 4000 orang pasukan untuk berperang, Umar mengirimkan 4 orang. Ketika ditanya mengapa demikian, jawaban Umar adalah karena 1 orang senilai dengan 1000 orang karena keimanannya.

Akal akan berfungsi jika didampingi keimanan. Teknologi bukan berkaitan dengan akal, tetapi dengan otak. Akal akan berfungsi ketika kita melakukan hal yang baik, membaca Al Qur’an, shalat, dzikir, belajar di majelis ta’lim.

Orang Yahudi memiliki sifat seperti setan. Yaitu menggoda, lalu tidak bertanggung jawab. Yahudi merusak, lalu meninggalkan begitu saja. Seperti yang terjadi di Irak ketika Baghdad dan seluruh peninggalan peradaban Islam dihancurkan. Juga yang terjadi di Siria.


Seorang sejarawan barat menyatakan, Yahudi adalah satu-satunya kaum yang tidak memiliki peradaban. Mereka membunuh, menghancurkan, mengambil hak orang lain. 

Thursday, April 9, 2015

Cahaya Kematian

Dicopy paste dari materi yang disampaikan oleh Ustadzah Sinta Santi.

Jika berbicara mengenai kematian, maka pastilah semua orang yang berakal kurang menyukainya. Jika bisa, manusia ingin hidup selamanya. Oleh karena itulah, manusia membenci hal-hal yang dapat menjadi pembinasa bagi kehidupannya, termasuk kematian.

 “Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” QS 2:96.

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan” (ar-Rahman: 26-27).

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."(al-Jumu’ah: 8).

Kematian pasti akan terjadi dan akan menimpa semua makhluk yang bernyawa. Akan tetapi kapan kematian atau ajal itu akan terjadi, semua makhluk tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Karena ia merupakan misteri dan rahasia Ilahi. Oleh karenanya, manusia yang cerdas akan selalu mengevaluasi diri dan melakukan persiapan untuk hari keberangkatannya.

“Yang mengikuti si mayyit ada tiga perkara; keluarga, harta dan amalnya. Yang dua kembali dan yang masih tetap (bersamanya) hanya satu. Keluarga dan hartanya kemabali dan sementara amalnya kekal bersamanya.” Muttafaqun ‘Alaih.

“Orang yang cerdas/kuat (mensikapi hidup) adalah yang selalu menghisab dirinya dan beramal untuk bekal setelah mati. Orang yang lemah adalah yang mengekor hawa nafsunya dan berandai-andai terhadap Allah.” HR At-Tirmidzi.

Ada Empat Perenungan Seputar Kematian :

Pertama, Waktu kedatangannya yang tidak diketahui.

Kekhawatiran akan datangnya sang tamu yang tak diundang ini  hendaknya terus dihayati dan dirasakan setiap saat. Hal ini disebabkan waktu kedatangannya yang ghaib, sehingga diperlukan kewaspadaan yang terus menerus. Hal yang berbeda tentu akan terjadi apabila sebelumnya seseorang itu tahu kapan waktu kedatangannya, dan atau diberitahu kapan ia  akan datang.  Hal ini tentu akan menyebabkan seseorang itu mempersiapkan kedatangannya.

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat;  dan  Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim.  Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan  pasti) apa  yang  akan  diusahakannya  besok  Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan  mati.  Sesungguhnya  Allah  Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”  (Luqman: 34).

Kedua, Kematian merupakan sudden death status seseorang, apakah ia meninggal sebagai seorang mukmin atau sebaliknya.

Kehadiran setan pada saat menjelang kematian seorang manusia sangatlah berbahaya. Sebab, hal inilah yang menjadi tolok ukur amal seseorang. Dalam sebuah riwayat Rasulullah saw. pernah bersabda, “Amal itu ditentukan di saat penutupannya.” Maksud dari hadist ini adalah keseluruhan amalan seseorang akan dinilai pada saat kematiannya atau bagaimana ia mengakhiri hidupnya. Disinilah setan bermain. Ia ingin setiap muslim atau mukmin yang sedang menghadapi kematiannya, akhirnya mati dalam keadaan kufur.

Ketiga, Mewaspadai Su’ul Khatimah.

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba beramal dengan amalan ahli surga, hingga jarak antara ia dengan surga hanyalah sejengkal. Kemudian, berlakulah ketentuan Allah atas dirinya, dan  ia pun beramal dengan amalan ahli neraka, yang menyebabkannya terjerumus ke dalamnya.”

Setiap muslim hendaknya senantiasa mewaspadai hal ini, hingga lahirlah dalam dirinya rasa kekhawatiran jika hal tersebut menimpanya. Hal ini akan mendorongnya untuk lebih mengontrol perilakunya, dan menimbulkan rasa harap-harap dan cemas terhadap Allah SWT. Rasulullah  saw. mengajarkan satu doa kepada kita agar terhindar dari akhir yang buruk itu, “Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku pada akhirnya, sebaik-baik amalku pada penghabisannya, dan sebaik-baik hariku pada saat aku berjumpa dengan-Mu.”

Keempat; Beratnya Menghadapi Sakratul Maut

Al-Qur`an menggambarkan keadaan sakratul maut ini dalam surat al-Qiyamah, ayat 29 dengan ungkapan, “Wal taffatis saaqu bissaaqi”, yang artinya adalah ‘syiddatul baalighah ‘indalmauti’ atau kedahsyatan, tekanan, ketakutan, kesakitan, himpitan, dan berbagai keadaaan dan perasaan yang tidak enak, semua  ini bercampur aduk menjadi satu di saat menjelang kematian. Bahkan, menjelang wafatnya, Rasulullah saw. pun merasakan beratnya menghadapi sakratul maut. Aisyah ra. berkata, “Rasulullah saw. sampai membasuh wajahnya dengan air sambil berkata, “Tiada tuhan melainkan Allah, sesungguhnya pada kematian itu ada sakaratnya.”

Cahaya Kematian ada Empat :

  • Amal Saleh, Segala ucapan dan perbuatan seseorang yang diridhai dan dicintai Allah SWT, baik yang berkaitan dengan dimensi Aqidah, Ibadah, mu’amalah, sulukiah dan amal-amal kebaikan lainnya.
  • Sedekah Jariah, Sedekah yang bersifat permanen dan terus menerus pemanfaatannya atau yang disebut dengan waqaf abadi seperti tanah, bangunan, pekarangan, usaha (hotel, mini market, warnet dll), uang tunai dll.
  • Ilmu Yang Bermanfaat, Ilmu yang kita ajarkan kepada orang lain dan selanjutnya ia melaksanakannya, mengembangkannya dan mengajarkannya kepada yang lain. Baik ilmu tersebut ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum yang bermanfaat bagi kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat.
  • Anak Saleh Yang Berdo’a Untuknya, Anak-anak kita yang terdidik dan terbina yang senantiasa taat terhadap nilai-nilai kebenaran Islam, selalu berbuat kebaikan dan mendo’akan kita setelah wafat kita.

 Semoga cahaya-cahaya kematian itu milik kita.

Wednesday, April 8, 2015

Amal Sederhana Bernilai Luar Biasa

Kajian Dzuhur disampaikan oleh Ustadz Ade Purnama, dikombinasikan dengan browsing hadits ke beberapa website. 

Pertama, berwudhu dengan baik akan menggugurkan dosa.
Hadits :
“Barang siapa yang berwudhu dan membaguskan wudhunya, maka akan keluarlah dosa-dosa dari badannya, sampai-sampai ia akan keluar dari bawah kuku-kukunya.” (HR. Muslim dalam Kitab at-Thaharah)

Kedua, membaca syahadat setelah selesai wudhu akan membuka pintu surga.
Hadits :
Tidaklah ada seseorang di antara kalian yang berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya kemudian setelah itu dia membaca doa ‘Asyhadu anlaa ilaaha illallaah wa anna Muhammadan ‘abdullah warasuluh’ melainkan akan dibukakan baginya delapan pintu surga yang dia akan dipersilakan untuk masuk melalui pintu mana pun yang dia inginkan.”

Ketiga, menjawab adzan dan doa setelah adzan akan berhak atas Syafaat di hari kiamat.
Syafaat adalah jaminan dari Rasulullah di hari kiamat.
Hadits :
“Apabila kamu sekalian mendengar muadzin, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkannya, kemudian bacalah shalawat kepadaku. Karena barangsiapa membaca shatawat untukku satu kali, maka Alloh membalasnya dengan sepuluh shalawat. Lalu mintakanlah kepada Alloh Wasilah untukku. Wasilah adalah sebuah kedudukan di surga yang tidak layak kecuali bagi hamba Alloh dan aku berharap agar aku adalah hamba Alloh tersebut. Barangsiapa memintakan wasilah untukku, maka ia mendapat syafaatku” (HR. Muslim, no. 384)

Seorang ulama mengatakan bahwa termasuk kategori lalai orang yang baru berwudhu setelah adzan. Muadzin dan imam di suatu masjid sebaiknya tetap.

Keempat, menjaga rawatib 12 rakaat sehari akan dibangunkan rumah di surga.
Shalat rawatib dilakukan berdekatan dengan shalat fardhu, dan tidak perlu waktu tersendiri.
Barangsiapa yang sholat dua belas rakaat pada siang dan malam, maka akan dibangunkan baginya rumah di surga“. (HR. Muslim no. 728).

12 rakaat tersebut adalah 4 rakaat sebelum dzuhur, 2 rakaat setelah dzuhur, 2 rakaat setelah maghrib, 2 rakaat setelah isya, 2 rakaat sebelum subuh.

Yg mendekatkan diri kepada Allah dengan seluruh sunnah tadi, akan mendapatkan cinta Allah.
Hadits :
Hamba-Ku senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah hingga Aku mencintainya. (HR. Bukhari)

Sunnah lain yang sebaiknya dijaga adalah shalat syukrul wudhu, sebagaimana yang dilakukan Bilal,
Rasul berkata, "Wahai, Bilal, ceritakanlah kepadaku mengenai amalan yang menurutmu paling besar pahalanya, yang pernah kamu kerjakan dalam Islam. Sesungguhnya, aku pernah mendengar suara telapak langkah (jalan)-mu di hadapanku di surga."
Bilal menjawab, "Wahai, Rasulullah, sesungguhnya aku tidak pernah mengerjakan amalan yang menurutku besar pahalanya, tapi aku tidak wudhu pada waktu malam dan siang, melainkan aku akan menunaikan shalat yang diwajibkan bagiku untuk mengerjakannya."

Shalat rawatib 4 rakaat sebelum Asar, bukan sunnah muakkad.
Hadits :
'Allah merahmati orang yang shalat empat rakaat sebelum Ashar”.
(HR. Ahmad, Abu Daud dan At-Tirmidzi)

Shalat rawatib 2 rakaat sebelum maghrib bukan bukan sunnah muakkad.
Hadits :
Kerjakanlah shalat sunnah sebelum Maghrib dua raka’at.” Kemudian beliau bersabda lagi, “Kerjakanlah shalat sunnah sebelum Maghrib dua raka’at bagi siapa yang mau.” Karena hal ini dikhawatirkan dijadikan sebagai sunnah. (HR. Abu Daud no. 1281. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Pelaksanaan shalat rawatib 4 rakaat dapat 2 rakaat dan 2 rakaat atau langsung 4 rakaat.

Wudhu dilaksanakan dengan :
1.       Berniat dengan membaca basmalah
2.       Membasuh tangan 3 kali
3.       Membersihkan mulut dan hidung 3 kali
4.       Membasuh wajah 3 kali
5.       Membasuh lengan 3 kali
6.       Mengusap rambut hingga ke belakang dilanjutkan dengan kedua telinga 1 kali
7.       Membasuh kaki hingga mata kaki 3 kali

Jika antrian wudhu cukup panjang, semua dapat dilakukan 1 kali.

Untuk perempuan yang menggunakan jilbab, jilbab cukup dibuka sedikit agar ada rambut yang terbuka, kemudian usapkan pada rambut tersebut diteruskan dengan mengusap jilbab hingga ke belakang, dilanjutkan dengan mengusap kedua telinga.

Dibolehkan mengusap atas sepatu atas kaos kaki, bila dalam perjalanan, dan kaos kaki serta sepatu tersebut dikenakan dalam keadaan berwudhu. Hal ini dapat dilakukan selama sehari semalam jika diperlukan.


Jika berwudhu di kamar mandi dengan toilet, bacalah basmalah dalam hati. Jika selesai wudhu, bacalah syahadat di luar.