Tuesday, August 23, 2011

Evaluasi Ramadhan dan Idul Fitri Kita

Jika ada yang pernah menjalani Ramadhan dan Idul Fitri di negeri muslim selain Indonesia, misalnya Mesir dan Saudi Arabia, maka akan terasa beberapa perbedaan dengan Ramadhan dan Idul Fitri di Indonesia, dan bisa menjadi bahan evaluasi dan perbandingan mana yang lebih baik dan lebih benar untuk dijalankan.
Dari informasi teman-teman yang pernah menjalani -karena saya sendiri belum pernah, hehehe- ada beberapa hal yang bisa menjadi bahan evaluasi untuk kita.

Pertama, saat berbuka.

Karena di Saudi Arabia dan di Mesir memang orang sudah terbiasa shalat berjamaah di masjid, maka kegiatan berbuka puasa pun berfokus di masjid. Berbuka dilakukan dengan singkat, karena langsung dilanjutkan dengan shalat maghrib berjama’ah. Setelah itu bisa makan secukupnya, untuk kemudian kembali ke masjid dan melakukan shalat Isya dan tarawih.

Di Indonesia, orang biasanya berbuka di rumah masing-masing, dengan menu yang sudah cukup beragam, sehingga seringkali menghabiskan waktu cukup lama dan tidak sempat lagi shalat berjamaah di masjid. Tetapi untuk shalat Isya dan tarawih, biasanya masih bisa disempatkan. Alhamdulillah :-)

Yang perlu diperhatikan adalah tradisi buka bersama. Yang biasanya melibatkan undangan sekian banyak orang, dengan kolega bisnis, atau dengan teman-teman lama sekaligus reuni. Lokasinya bisa di rumah, tapi lebih sering di restoran, di kantor, atau di hotel. Dengan model seperti ini, biasanya setelah berbuka langsung dilanjutkan dengan makan besar, sehingga shalat maghrib biasanya dilakukan “seadanya” di mushalla restoran atau hotel, dan setelah itu tidak sempat lagi untuk shalat Isya dan tarawih berjamaah di masjid. Sepertinya ini perlu dievaluasi kembali.

Kedua, di 10 malam terakhir.

Di Saudi Arabia dan Mesir, di 10 malam terakhir masjid akan sangat-sangat penuh, bahkan di Masjidil Haram kabarnya melebihi jumlah jamaah ketika haji, dan di Mesir jamaah sampai membludak ke luar masjid. Ini karena umat Islam sangat memahami tingginya nilai 10 malam terakhir tersebut, dengan adanya lailatul qadr di dalamnya, sehingga mereka mendedikasikan waktu untuk mendekatkan diri pada Allah di masjid-masijd dengan I’tikaf.

Di Indonesia, beberapa tahun terakhir ini memang sudah cukup banyak masjid yang menyelenggarakan I’tikaf di 10 malam terakhir Ramadhan. Sebuah perbaikan yang mudah-mudahan dapat terus dilanjutkan.

Namun, masih ada sebagian orang yang di 10 hari terakhir disibukkan dengan persiapan Idul Fitri. Persiapan mudik, membuat kue lebaran, mencari baju baru untuk lebaran. Maka sebagian besar masjid di 10 malam terakhir ini akan menjadi sangat sepi, bahkan peserta shalat Isya dan tarawih pun tidak sampai 1 shaf.

Beberapa orang sudah mulai mudik, dengan berbagai kesibukannya. Persiapan perbekalan, pemesanan tiket jauh hari sebelumnya, penuhnya terminal transportasi, kemacetan luar biasa. Biasanya justifikasinya adalah “nanti semua kelelahan akan sirna jika kita berjumpa keluarga”. Memang ada benarnya. Mungkin pertanyaannya adalah, apakah itu adalah kelelahan yang benar-benar diperlukan? Adakah urgensinya bagi Ramadhan kita? Ataukah justru kontradiktif?

Ketiga, saat Idul Fitri.

Merujuk ke kisah Idul Fitri Rasulullah, maka pada malam Idul Fitri, Rasulullah masih ber-I’tikaf. Pagi hari Rasulullah mengenakan baju terbaik, pergi menuju masjid, melakukan shalat Idul Fitri, kemudian kembali ke rumah melalui jalan yang lain. Di sepanjang jalan Rasulullah menyapa orang yang beliau temui. Di hari ke-2 Syawal sudah dimulai dengan puasa Syawal selama seminggu.

Pada dasarnya malam terakhir itu adalah malam perpisahan dengan Ramadhan, yang seharusnya sangat kita sedihkan. Di sebuah masjid di kota Gresik di masa kecil saya dulu, satu malam sebelum malam Idul Fitri, setelah tarawih dilakukan “perpisahan” dengan Ramadhan, yang suasananya sangat khidmat, pilu, dengan penuh harap Ramadhan lalu telah melakukan amalan terbaik serta berharap berjumpa kembali dengan Ramadhan tahun depan.

Di Indonesia, malam Idul Fitri identik dengan malam takbiran, dengan berbagai keramaian dan kegembiraan. Ramadhan seperti dianggap sebuah ujian yang telah sukses dilalui, dan Idul Fitri adalah saatnya meraih kemenangan. Memang ada benarnya, tetapi, harus dipastikan dahulu, apakah benar kita termasuk orang-orang yang meraih kemenangan? Sehingga sebelum masuk ke zona kegembiraan, seharusnya ada tahap evaluasi mendalam terlebih dahulu.

Waktu Idul Fitri pun identik dengan aneka makanan lezat dan banyak, baik masakan maupun kue lebaran. Hal ini ditambah lagi dengan tradisi halal bihalal dan saling mengunjungi ke sanak keluarga, yang artinya semakin banyak lagi perjamuan makan. Dan hal ini berlanjut sampai ke hari ke 2 Syawal, bahkan sampai seminggu setelah lebaran.

Kembali ke kota Gresik di masa kecil saya dulu, hari Idul Fitri hanya ada makanan biasa, dan di hari ke-2 orang sudah berpuasa Syawal. “Hari Raya Ketupat” baru dilakukan setelah puasa Syawal. Sepertinya lebih baik, walaupun sebetulnya tidak perlu ada Hari Raya Ketupat :-)

Saat shalat Idul Fitri dan berkunjung ke sanak keluarga biasanya dilengkapi dengan baju baru. Mudah-mudahan tidak ada nuansa “pamer” di dalamnya. Dan pertemuan keluarga juga perlu diwaspadai agar tidak ada ghibah, pamer, apa lagi saling menyakiti dengan anggota keluarga.

Seperti apakah Ramadhan dan Idul Fitri kita? Semoga semakin baik setiap tahunnya, sesuai tuntunan Rasulullah dan Allah SWT. Aamiin..

Monday, August 15, 2011

Meredefinisi Me-Time

Di milis asiforbaby sering ada pembahasan tentang ibu yang merasa "terbeban" dengan berbagai pekerjaan, baik yang bekerja di kantor maupun yang sibuk menjadi ibu rumah tangga, sehingga tidak punya lagi me-time.

Buat yang kerja waktu sudah tersita untuk pekerjaan dan perjalanan, buat yang di rumah juga urusan rumah dan anak nggak habis-habis. Apa lagi yang sama sekali nggak ada asisten. Bisa dibilang 24 jam adalah non-me-time :-)

Buat menyiasatinya, mungkin bisa ada dua pendekatan :

Pertama, menganggap non-me-time sebagai me-time :-)
Hehehe, maksa yah? Tapi dari pada kita stress, merasa "diri" terabaikan. Me-time kita ubah definisinya, menjadi dalam bentuk target2 pekerjaan kantor dan rumah itu. Kita berusaha menikmati pekerjaan kantor dan rumah, anggap jadi kesenangan dan hobi. Dan kalau targetnya selesai, kita kasi selamat buat kita sendiri :-)
Contoh kalo yang kerja, pagi-pagi sebelum berangkat bikin target, mau bikin 2 bahan presentasi tanpa komplain dari atasan, atau 2 surat terbaik sedunia, atau 2 hitungan business plan terkeren di dunia.. Hehe lebay dikit gpp, biar semangat.. Kerjaan kita itu "masterpiece" kita loh..
Kalo yang di rumah, target selesai cuci baju dalam 20 menit, selesai setrika dalam 55 menit, dll..

Kedua, pilih me-time yang simpel tapi efektif.
Kalo kita definisikan me-time adalah ke salon 3 jam, ketemu dengan temen kuliah yang total dengan perjalanan abis 5 jam, atau nonton ke bioskop total 6 jam dengan perjalanan dan makan, maka memang jadi sulit nyari waktunya.
Kita bisa coba pilih me-time yang simpel aja, misalnya luluran atau creambath sendiri di rumah, baca majalah atau buku, ngobrol sebentar dengan tetangga, atau berkebun (walaupun cuma beberapa pot saja hehe).

Dan yang terpenting yang perlu diingat, buat yang percaya hari akhir, hidup itu bukan untuk saat ini, maka me-time yang terpenting adalah bahwa waktu yang bisa catatan amal soleh buat akhirat nanti. Maka, dengan mengerjakan semua pekerjaan rumah dan kantor saja pun, jika kita niatkan sebagai amal soleh, sebagai ibadah, pekerjaan rumah dan pekerjaan kantor itu adalah me-time kita..

Semoga bisa menjadi cara pandang baru :-)

Friday, August 5, 2011

Ramadhan 2 - Kekuatan Dari Yang Maha Kuat

Ceramah kali ini disampaikan oleh Ust. Lili Nur Aulia, semoga bermanfaat.

Jika kita telaah lebih dalam, maka banyak keajaiban di dalam bulan Ramadhan. Kita menjadi lebih kuat. Kuat untuk shalat malam, tarawih dan tahajjud. Kuat untuk shalat subuh berjamaah di masjid.

Pada dasarnya manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang kuat.

Hewan pun Allah ciptakan kuat. Unta jika menapak di aspal, akan segera berenti untuk duduk, karena kakinya sakit, tidak terbiasa dengan batu yang keras. Namun unta tahan berjalan di pasir untuk waktu yang lama. Padahal kita terasa berat jika berjalan di pasir. Bulu mata unta juga sangat tebal, karena lingkungan yang dihadapi sangat berdebu. Dan ia juga dapat menyimpan air di punuknya untuk persediaan selama tiga minggu.

Allah ciptakan hewan sedemikian hebat, pasti Allah ciptakan manusia dengan lebih hebat.

Namun, banyak orang yang tidak menyadari kekuatannya, yang Allah sebut sebagai orang yang zhalim. Merasa lemah dan tidak berdaya, padahal bumi Allah sangat luas. Maka kita harus memberdayakan kekuatan, terus mencari potensi yang bisa diberdayakan.

Ada dua kekuatan yang kita miliki :

Pertama, kekuatan untuk memilih dan membuat keputusan. Dalam melakukan berbagai tindakan, yang terpenting adalah kemauan. Dalam hadits disebutkan bahwa semua orang pasti masuk surga, kecuali mereka yang tidak mau. Adakah orang yang tidak mau masuk ke surga? Mereka yang mau masuk ke surga adalah orang yang taat mengikuti ajaran Allah dan Rasul-Nya. Dan mereka yang menolak ajaran Allah dan Rasul-Nya adalah orang yang tidak mau masuk ke surga.

Menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan, sering kali sulit bagi kita untuk mengatakan tidak, walaupun kita menyadari bahwa hal tersebut tidak benar. Kita bisa menolak secara halus, atau mengikuti sebentar lalu meninggalkan, atau terjebak mengikuti terus menerus. Kita harus dapat menentukan pilihan.

Kedua, kekuatan untuk berpegang pada agama. Agama bukan untuk menjadikan kita kaum yang tersisih atau termarjinalkan. Agama justru menjadikan kita pribadi yang kuat. Dalam suatu kisah Amru bin Ash (mudah-mudahan saya tidak salah dengar hehe..) sedang dalam perjuangan bersama pasukannya sejumlah 4000 orang untuk menaklukkan Mesir, yang telah berjalan selama 6 bulan dan belum juga berhasil. Maka beliau mengirimkan surat kepada Umar bin Khattab, meminta penambahan pasukan sejumlah 4000 orang lagi. Umar bin Khattab mengirimkan 4 orang yang beliau sebut 4 orang yang bernilai seperti 4000 orang. Keempat orang tersebut di antaranya Muhammad bin Maslamah dan Zubair bin Awwam (terima kasih pada Pak Mazdon atas update-nya :-) )

Ketika 4 orang tersebut tiba bersama pasukan, salah satu dari mereka memimpin shalat berjamaah, memberikan tausiyah, dan setelah itu pasukan tersebut kembali melakukan penyerangan dan berhasil. Dalam hadits itu disebutkan bahwa jumlah mereka seolah-olah bukan lagi 8000, bahkan seperti 12000.

Jika kita menjauh dari agama, jiwa kita akan menjadi lemah. Kita bisa mengecek di kehidupan kita. Ketika kita mulai merasa malas untuk shalat, membaca Al Qur’an, biasanya penyakit dan permasalahan pun berdatangan. Sebaliknya, jika kita mendekat kepada agama, rajin melakukan ibadah, kehidupan akan terasa ringan.

Dzikir juga salah satu sumber kekuatan. Ada satu dzikir sederhana, yang jika kita baca 3 kali di pagi hari, maka Allah akan menolong kita sepanjang hari sampai sore hari. Dan jika kita meninggal, Allah menjamin kita masuk ke surga. Jika dibaca 3 kali di sore hari, maka Allah akan menolong kita sepanjang malam sampai pagi hari. Dan jika kita meninggal malam itu, Allah menjamin kita masuk ke surga. Dzikir itu adalah Sayyidul Istighfar (Allahumma anta robbi.. ).

Beberapa doa lain yang baik untuk dirutinkan dibaca :
Baca 3 kali di pagi hari Allah akan melindungi dari macam-macam keburukan : Bismillahilladzi la yadhurru..
Baca ketika keluar rumah, Allah akan menjaga rumah kita : Bismillahi tawakaltu ‘alallahi walahawla..

Sebuah kisah nyata kekuatan dzikir yang dirutinkan oleh Ust. Lili. Ketika beliau naik PPD 28 di sekitar tahun 2002, beliau baru saja menerima rapelan uang bulanan dari kampus sejumlah total 450rb. Ketika beliau tiba di Blok A dan akan turun, ada 5 orang yang mempersempit, akhirnya beliau melompat, dan bisa turun dari bis. Ketika sudah turun, baru beliau sadari bahwa dompetnya tidak ada. Beliau pun mengejar bis, kelima orang tadi sudah duduk berpencar. Satu-satu orang-orang tersebut beliau tanya, apakah mengambil dompet beliau, semua mengaku tidak mengambil. Sampai akhirnya tersisa satu orang, juga menjawab hal yang sama, tetapi beliau bisa melihat bahwa ada dompet yang ia duduki, yang ternyata memang dompet Ust. Lili, dengan isi yang masih lengkap.

Padahal, kelima orang tersebut berbadan besar dengan wajah keras, dibandingkan dengan Ust. Lili yang berperawakan kecil pada saat itu. Secara logika, seharusnya mereka tidak takut menghadapi Ust. Lili, namun bisa jadi, pada saat itu di mata mereka Ust. Lili terlihat besar dan menakutkan. Seperti juga pada perang Badar, ketika jumlah kaum muslimin sangat sedikit, musuh melihat pasukan dalam jumlah yang besar.


Maka, dekatkanlah diri pada agama, praktekkan apa yang Allah tuntun, maka kita akan menjadi muslim yang kuat dan stabil.

Ketika menjauh dari agama, dampaknya adalah keburukan bagi jiwa kita. Berbagai penyakit hati seperti iri, dengki, dan benci kepada orang lain, sebenarnya justru jiwa kitalah yang terbeban dengan penderitaan. Orang yang kita irikan, kita dengkikan, dan kita beci, tidak merasakan apa-apa.

Mendekatlah pada Yang Mahakuat, kita akan menjadi kuat.

Cara merutinkan dzikir dan ibadah lain :
Pertama, memahami ilmunya, landasan, hukum, dan apa manfaatnya bagi kita. Kita harus memahami manfaat shalat, zakat, memahami arti dzikir, agar dapat menghayatinya.
Kedua, ikhlas, tidak pamrih kepada selain Allah. Ke Allah, kita boleh pamrih. Misalnya ketika kita membaca Al Qur’an atau bersedekah, kita mohon kepada Allah agar dikabulkan permohonan kita, hal seperti ini dibolehkan.

Ada naik turun dalam beribadah adalah hal yang wajar. Yang penting, kita tidak sedemikian melemahnya, sampai akhirnya melanggar perintah atau meninggalkan hal yang wajib.

Di antara 4 aspek manusia yaitu, pemikiran, fisik, jiwa, dan harta, perlu diperkuat secara seimbang. Secara umum di siang hari manusia biasanya berfokus pada kekuatan pemikiran, fisik, dan harta. Maka di malam hari diperlukan penyeimbang untuk memperkuat aspek kejiwaan, aspek ruhiyah. Tidak perlu terlalu lama, 1-2 jam shalat sudah cukup. Selain itu sehari-hari rutinkan berdzikir dan beribadah sunnah, dan terus mengevaluasi diri.

Para sahabat dulu, untuk mendeteksi diri jauh dari Allah, adalah jika sudah tidak lagi melakukan shalat Subuh berjamaah. Masing-masing orang memiliki standarnya masing-masing, yang perlu kita telaah, dan terus kita minta pertolongan Allah.

Jika dzikir terasa tidak khusyu dan seringkali tidak konsisten, sebaiknya kita tetap teruskan berdzikir. Dzikir tidak diatur secara detil, tidak ada ukuran sah dan tidak sah. Ketika kita merasa tidak khusyu lalu kita hentikan berdzikir, maka sesungguhnya itu adalah bisikan syaitan.

Shalat yang lama, bisa riya bisa juga tidak. Jika kita memang terbiasa shalat yang lama, baik ada orang maupun tidak ada orang, maka tetaplah shalat lama. Bisikan bahwa kita khawatir riya, lalu kita mempersingkat shalat, adalah bisikan syaitan. Segala hal yang berujung pada pengurangan atau pembatalan ibadah pada dasarnya adalah bisikan syaitan.

Teruslah berdzikir dan beribadah. Akan tiba waktu-waktu ketika kita khusyu. Ingatlah akan kelalaian, maka kita akan memperoleh nilai bersyukur.

Wednesday, August 3, 2011

Ramadhan 1 – Berpikir Positif

Ceramah kali ini diisi oleh Ust. Koko Liem, yang kocak. Sebenarnya judulnya adalah Keberkahan Ramadhan. Namun karena saya hanya datang beberapa menit di awal, yang saya peroleh adalah hal tentang berpikir positif.

Diawali dengan “suguhan” beberapa gelas dan satu botol air mineral, jamaah pun mulai berbisik-bisik.

Ust. Koko Liem pun memulai ceramahnya dengan menyentil kejadian tadi. Bahwa pasti ada jamaah yang berburuk sangka, bahwa Ustadz tidak berpuasa.

Pada dasarnya mata dan telinga adalah ujian dari Allah. Yang terpenting adalah qalbun salim, hati yang bersih.
Kita seringkali berdasarkan apa yang kita lihat dan kita dengar, kita segera membuat asumsi dan menarik kesimpulan. Kita sering terlalu cepat mengambil kesimpulan negatif.
Kembali ke botol air mineral, ternyata digunakan Ustadz untuk menjadi contoh memasukkan uang logam ke dalam botol.

Ketika botol dibuka, maka uang logam bisa dimasukkan.
Maka jika kita akan melakukan sesuatu, harus diawali dengan niat, dan kita harus membuka penglihatan, pendengaran, hati, dan silaturrahim.

Namun, Koko Liem juga ternyata bisa sulap. Ketika botol tertutup, uang logam tetap bisa dimasukkan.
Maka, pada dasarnya hal yang tidak mungkin tetap bisa terjadi. Jangan pernah berpikiran negatif.

Ramadhan 3 : Memperluas Jalan ke Surga

Ceramah kali ini diisi oleh Ust. Jamil Azzaini, seorang motivator yang telah menulis 4 buku, salah satunya adalah Kubik Leadership.

Setiap orang seharusnya mempunyai proposal hidup. Ketika kita akan menyelenggarakan suatu kegiatan saja, misalnya Ramadhan yang berlangsung selama 1 bulan, kita buat proposal. Apa lagi untuk hidup kita yang bisa berlangsung sampai 60 tahun. Ust. Jamil menyusun proposal hidupnya dan hampir seluruhnya terwujud. Dan sebaiknya setiap anak telah berusia SMP, diwajibkan untuk membuat proposal hidup.

Karena, yang dipikirkan akan mempengaruhi hormon tubuh. Pada ceramah tersebut dilakukan sebuah percobaan yaitu kita diminta membayangkan jeruk nipis di tangan kiri dan pisau di tangan kanan, lalu bayangkan kita memotong jeruk nipis tersebut dan memakannya. Maka lidah kita akan bereaksi seolah-olah kita benar-benar memakan jeruk tersebut.

Selain itu, sesungguhnya Allah sesuai prasangka hamba-Nya. Jika kita berpikir buruk, maka yang terjadi adalah hal yang buruk, dan juga sebaliknya.

3 pertanyaan yang penting untuk kita menjalani hidup.

Pertama, dari mana kita berasal.
Kedua, untuk apa kita hidup.
Ketiga, mau ke mana setelah kehidupan.

Pertama, kita berasal dari Allah. Dan bersama dengan penciptaan kita, Allah buatkan juga aturan hidup. Seperti juga TV dan HP yang didampingi dengan buku manual, yang tidak bisa dipertukarkan.

Kedua, hidup adalah untuk terikat dengan aturan Allah. Pada dasarnya semua kegiatan dalam hidup kita terikat dengan aturan Allah. Bangun pagi kita ke kamar mandi, masuk dengan kaki kiri, di kamar mandi tidak boleh bersuara, keluar dengan kaki kanan.

Berangkat kerja terikat hukum, menutup aurat. Bekerja bagi laki-laki wajib, bagi perempuan mubah.
Sesungguhnya ada dosa yang tidak bisa dihapuskan dengan shalat, puasa, zakat, dan haji. Dan cara menghapusnya adalah dengan bersusah payah cari nafkah. Rasulullah pernah mencium tangan seseorang yang telah bekerja keras dan berkata bahwa, “Tangan ini dicintai Allah.”

Semua kegiatan kita terikat hukum Allah. Bisa wajib, sunnah, mubah, makruh, haram. Agar segala kegiatan tersebut bernilai ibadah kepada Allah maka harus dilakukan dengan amal yang terbaik, yaitu amal yang ikhlas yang benar. Sehingga bekerja pun bukan hanya urusan dunia, tapi juga menjadi urusan akhirat.

Setelah menjalani kehidupan, maka aka nada hisab atau perhitungan atas amal-amal kita.
Maka yang ketiga, setelah kehidupan kita akan menghadapi hari akhirat, dengan hanya dua pilihan, neraka atau surga.

Ada tiga jenis manusia berkaitan dengan surga dan neraka.
Pertama, mereka yang beriman dan beramal soleh, maka balasannya adalah surga. Langsung masuk ke surga, sebagaimana dijelaskan pada QS Al Bayyinah 7-8.
Kedua, mereka yang beriman, tetapi bermaksiat, maka balasannya adalah neraka dahulu, baru ke surga. Sebagaimana pada hadits, “Malaikan mengentas dari neraka mereka yang mengucapkan lailaha ilallah, yang di wajahnya ada bekas sujud.”
Ketiga, mereka yang kafir, langsung masuk neraka, sebagaimana dijelaskan pada QS Al Bayyinah 6.

Cara agar menjadi orang yang mendapatkan surga, sebagaimana pada QS Ali Imran 133-135 :
1. Menafkahkan hartanya dalam infak dan shadaqah
2. Menahan amarah
3. Memaafkan
4. Bertaubat Ali Imran 134-135

Dalam hadits, “Bersihkan harta dengan zakat, obati sakit dengan shadaqah.” Itu adalah janji Allah, maka itu pasti.

Ust. Jamil pernah mengalami kisah nyata berkaitan dengan shadaqah. Ketika istrinya sakit yang tidak diketahui penyakitnya, biaya telah terkuras, sampai akhirnya akan diganti dengan obat yang berharga 36jt per hari. Maka Ust. Jamil berdoa, berjumpa dengan Ustadz, dan disarankan untuk bersedekah. Walaupun dengan berat hati karena dana sudah terkuras untuk biaya rumah sakit, akhirnya Ust. Jamil bersedekah. Dan Allah segera menjawab, penyakit istrinya ditemukan dan obatnya menjadi jelas.

Mereka yang sering sakit, seringlah bersedekah.
Hadits : Orang yang pemurah dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, jauh dari neraka. Orang yang bakhil jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat dengan neraka. Orang yang jahil tapi pemurah lebih dicintai dari ahli ibadah yang bakhil.

Hadits : Orang yang bersedekah akan makin banyak hartanya

Kalau kita menyumbang di masjid pilihlah sumbangan yang terbaik. Di masjid, jangan menyumbang “orang yang bawa golok” tapi sumbanglah yang “siap berjamaah, yang berkopiah.” Maka ada baiknya kotak infaq dibuat transparan agar orang memberikan infaq yang terbaik.

Pengalaman lain Ust. Jamil dengan shadaqah. Ketika beliau naik taksi yang pengemudinya ngebut ternyata ada urusan ke Purwakarta untuk menghadap ke kepala sekolah agar anaknya bisa diberikan keringanan dan terus bersekolah. Ust. Jamil pun memberikan shadaqah untuk membiayai sekolah tersebut. Allah segera menjawab, anak beliau memperoleh bea siswa untuk sekolah di Jerman. Subhanallah.

Sedekah juga menghapuskan kesalahan, dan merupakan bisnis yang tidak akan merugi.
Dan penelitian membuktikan bahwa mereka yang senang berbagi akan bahagia, sehat fisik dan mental, serta produktif.

Kedua, mampu menahan marah

Ketika kita gampang marah, maka yang rugi adalah diri kita sendiri.

Penelitian dr. Masaru Emoto tentang air. Ketika diberikan doa dan ucapan yang baik, lalu dibekukan maka terbentuk kristal yang indah. Ketika diberikan kata-kata yang buruk, maka bentuk ketika dibekukan berantakan. Perintah dengan ajakan juga hasilnya berbeda.

Artinya air bisa melihat, mendengar, dan merespon. Tubuh kita 70% terdiri atas air. Ketika kita marah, maka susunan air dalam tubuh kita berantakan. Mereka yang ketika muda sering marah, setelah tua biasanya terkena stroke dan berbagai penyakit lainnya.

Air zamzam bisa menyembuhkan karena di dekatnya ribuan orang berdoa dan orang tidak boleh berbicara negatif.

Ada sebuah contoh orang yang sangat cerdas dengan IQ 195, yang selama sekolah selalu mendapatkan nilai 100, ketika dewasa pekerjaannya kuli pelabuhan, lalu menjadi tukang pukul, lalu menjadi penjaga kandang kuda. Apa masalahnya?
Ternyata anak tersebut dibesarkan dengan amarah ayah dan ibunya, jarang dipeluk, ayahnya pun sering mabuk.

Ust. Jamil sendiri punya anak yang sampai 3 tahun masih belum bisa berbicara. Setelah diterapi pelukan dan minum air doa, dalam 6 bulan bisa bicara. Ketika masuk SD, prestasinya sangat buruk, setelah diterapi lagi, menjadi peringkat ke-8.

Ketika kita marah, jika berdiri hendaklah dia duduk. Jika duduk hendaklah berbaring.

Sayyidina Ali pernah dalam perang ketika akan membunuh musuh, musuh tersebut meludahi beliau. Maka Sayyidina Ali pun tidak jadi membunuh musuh itu, karena khawatir akan dilakukan karena marah, bukan untuk Allah.