Monday, November 28, 2011

Perlukah Disedihkan?

Kemarin ada teman yang baru saja terkena penyakit jantung, dan agak khawatir bahwa kematian akan segera tiba. Satu hal yang membuatnya sedih adalah karena dia belum dikaruniai anak, dan dia merasa “kurang lengkap”.

Dia merujuk ke hadits yang berikut :
Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Maka, karena dia masih belum punya anak, dia merasa sumber amalan untuk akhiratnya jadi berkurang satu.

Memang benar, dari 3 sumber tersebut, teman saya itu berkurang satu sumber. Sehingga seolah-olah, dibandingkan dengan orang lain, yang bisa memperoleh kiriman pahala sejumlah 3, dia hanya bisa menerima 2 saja.

Padahal, sebenarnya cara pandangnya bisa diubah. 3 sumber tersebut adalah cara, alternatif, atau metode “pengiriman” amal soleh bagi seseorang setelah wafat. Namun jumlahnya bisa sangat berbeda-beda antar sumber, juga bisa berbeda-beda bagi setiap orang.

Bisa saja seseorang yang hanya punya 1 sumber, misalnya amal jariyah, tetapi jumlah amal jariyah yang dilakukannya selama hidup sangat besar, sehingga kelanjutannya ketika ia wafat pun menjadi sangat besar.

Bisa juga ada seseorang yang sebenarnya punya 3 sumber, ia punya anak, ia pernah beramal jariyah, ia pernah punya ilmu yang bermanfaat, tetapi tidak masing-masing sangat minimal kualitasnya, maka kelanjutannya ketika ia wafatpun bisa jadi sangat minim.

Selain itu, rezeki berupa anak adalah ketetapan dari Allah. Tidak ada yang perlu disedihkan dari ketetapan yang sudah Allah berikan. Pasti itu adalah ketetapan yang terbaik.

Dan kalau kembali merujuk ke 3 sumber amal soleh tadi,seseorang yang tidak dikaruniai anak sebenarnya secara logis akan memiliki keleluasaan dibandingkan dengan mereka yang mempunyai anak. Yaitu di sisi waktu dan keuangan. Dan keluangan itu sebenarnya sangat bisa didayagunakan untuk memaksimalkan dua sumber pahala yang lain. Waktu dapat dimanfaatkan untuk menuntut ilmu, dan memperbanyak amal soleh dan ibadah. Dana dapat memperbanyak amal jariyah dan juga infaq shadaqah lainnya.

Kalaulah ada yang perlu disedihkan, maka itu adalah kesedihan karena kita masih belum maksimal mendekat kepada-Nya, belum maksimal melakukan perintah-Nya, dan belum maksimal meninggalkan larangan-Nya, serta belum maksimal bersabar dan bersyukur atas segala yang telah Allah berikan.

Thursday, November 24, 2011

Bocoran Latihan Evakuasi

Saya berkantor di gedung 27 lantai. Jadi kalau ada evakuasi, harus turun tangga darurat maksimal sampai 27 lantai :-) Lumayan membuat kaki pegel sampai keesokan harinya dan pusing kepala ketika turun karena tangganya bolak-balik.

Ini membuat karyawan agak "enggan" mengikuti kegiatan evakuasi lewat tangga darurat itu.

Maka biasanya, jika sudah ada isu akan ada latihan evakuasi, karyawan mulai cari-cari bocoran, dan berusaha turun duluan dengan lift, sehingga terbebas dari "ritual tangga darurat."

Dalam 3 hari terakhir, isu ini sudah mulai santer di kantor saya. Jadi dua hari yang lalu, teman saya sudah turun duluan karena katanya latihan akan dilakukan jam 11 siang, ternyata tidak jadi. Kemarin, teman saya yang lain turun duluan, karena latihan katanya akan dilakukan jam 14, ternyata tidak jadi lagi. Hari ini, isu sudah semakin santer, hampir seluruh teman selantai sudah turun, karena katanya jam 14 akan ada latihannya, yang akhirnya kembali tidak jadi :-D Hari ini paling fenomenal, karena di lantai bawah orang kabarnya sudah sangat ramai, sudah seperti latihan evakuasi yang sebenarnya.

Padahal, latihan evakuasi dengan ritual tangga darurat itu perlu.

Pertama, agar orang terbiasa, sehingga tidak panik ketika nanti benar-benar terjadi kebakaran dan harus lewat tangga darurat.

Kedua, agar Bagian Keamanan bisa melakukan perkiraan, berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengevakuasi semua karyawan dalam gedung.

Di luar perlunya latihan evakuasi, sikap "mencari bocoran" ini rasanya kurang patut ya? Kalau sesuatu memang dirahasiakan, kenapa kita perlu mencari informasinya? Kalau sesuatu memang diminta untuk dilakukan kenapa kita perlu mencari cara supaya terbebas darinya?

Friday, November 18, 2011

Milis Penghafal Al Qur'an

Di hari Jum'at pagi yang insya Allah penuh berkah, di tanggal 22 Dzulhijjah
1432, dalam bulan haji yang insya Allah penuh berkah, Milis Penghafal Al Qur'an
dimulai :-) Bismillahirrahmanirrahim..

Alamatnya : hafal-quran@yahoogroups.com

Semoga Group ini dapat menjadi sarana berbagi semangat, masukan, dan motivasi
untuk para penghafal Al Quran, baik yang baru memulai, yang sudah punya banyak
hafalan, yang sudah menjadi hafizh Al Qur'an, bahkan bagi yang sampai pada tahap
berniat menghafal Al Qur'an.

Untuk awal-awal, sambil menunggu mulai terjadinya diskusi, milis akan dimulai dengan pengiriman artikel tentang menghafal Al Qur'an, semoga bermanfaat.

Tetap semangat, tiada hari tanpa menghafal Al Qur'an :-)

Jika ingin bergabung, kirim email kosong ke hafal-quran-subscribe@yahoogroups.com

Yuuuk.. :-)

Friday, November 11, 2011

Jihad Halal - Telepon 1 Restoran Setiap Minggu

Kajian Muslimah siang ini diisi oleh Ibu Ir. Osmena Gunawan, Wakil Direktur Sosialisasi MUI, tentang produk halal.

Ketika saya datang, kajian sudah dimulai, dengan slide berisi gambar babi imut dan produk-produk yang dihasilkannya. Wuiih, ternyata banyak juga lho hasil dari babi ini.. Termasuk kulit dan bulunya..

Dari hasil penelitian LPPOM-MUI, ternyata banyak sekali makanan yang dirasa aman, ternyata rentan mengandung babi, misalnya krecek (kerupuk kulit), tauco dan kecap yang dicampur tulang babi agar lebih enak. Bahan dari babi dipilih karena harganya biasaya jauh lebih murah. Juga kapsul obat, yang mengandung gelatin.

Untuk itu penting sekali bagi kita untuk memastikan semua makanan yang kita makan sudah tersertifikasi halal. Ini ditandai dengan label halal warna hijau, dengan ada tulisan "Majelis Ulama Indonesia".

Seringkali ada makanan atau restoran yang bertanda "Halal", atau "Dijamin Halal", atau "100% Halal", tetapi sebenarnya belum disertifikasi halal oleh MUI.

Proses sertifikasi sebenarnya tidak sulit, dan juga sama sekali tidak mahal. Akan dibedakan antara UKM dan usaha besar, dan juga ada subsidi silang, sehingga bisa benar-benar gratis. Rentang biaya sertifikasi adalah antara 1.5 - 4.5 juta rupiah saja. Murah kan?

Jika ada pertanyaan seputar sertifikasi halal, bisa langsung datang ke LPPOM MUI, Jl. Proklamasi No. 51 Menteng Jakarta. Selain itu juga ada sertifikasi dari sisi kesehatan, kebersihan, kelayakan konsumsi, BPOM Departemen Kesehatan, Gd. F Lt. 2 Tlp 021-4211759 Jakarta.

Beberapa restoran besar multinasional seperti KFC, McDonalds, Pizza Hut, sudah tersertifikasi halal. Justru makanan-makanan tradisional, terutama yang dibuat oleh non-muslim, rentan untuk tidak halal. Ibu Osmena pernah mensurvei pembuat pempek non-muslim, yang dalam kulkasnya menyimpan ikan dan babi. Walaupun babi tersebut untuk dikonsumsi pribadi, tetap ada resiko bahwa minyak yang digunakan untuk menggoreng pempek akan tercampur dengan bekas babi tersebut.

Selain sertifikasi, LPPOM MUI juga membuat SJH, yaitu Sistem Jaminan Halal, untuk memastikan bahwa produk terjaga kehalalannya secara berkesinambungan. Ada tiga tingkat SJH, yaitu A (sangat baik, trace-ability jelas, sertifikasi bisa dilanjutkan), B (sertifikasi tetap bisa dilanjutkan, ada beberapa tata letak yang kurang sesuai, C (sertifikasi tidak bisa dilanjutkan, banyak hal yang tidak jelas, sering terjadi perubahan). Jika sudah memperoleh nilai SJH A 3 kali berturut-turut, maka dapat diberikan Sertifikat SJH.

Bagi ibu-ibu yang sering memasak atau membuat kue, agar dicek kembali kehalalan bahan pembuatnya, apakah sudah benar-benar tersertifikasi seperti mentega, margarin, minyak, kecap, dll.

Sempat dibahas juga tentang alkohol. Yang diharamkan adalah khamr, yaitu minuman yang mengandung alkohol. Alkohol sendiri sebagai bahan kimia, tidak haram. Maka parfum dengan alkohol, sebenarnya titik kritisnya bukan pada alkoholnya, namun justru pada parfumnya, yang pada pemrosesannya melalui penggunaan lemak yang bisa jadi dari lemak babi. Untuk obat batuk, pilih yang tidak mengandung alkohol. Minuman beralkohol, walaupun alkoholnya sudah dihilangkan, tetap haram.

Tape, walaupun mengandung alkohol, karena bukan dimaksudkan untuk mabuk, dapat dikatakan tidak haram (walaupun untuk hal ini ada yang berpendapat tetap haram), yang benar-benar haram adalah jika air tape dipisahkan dan dikhususkan untuk membuat minuman keras, seperti pada brem Bali.

Ibu Osmena mengajak kami semua untuk berjihad, menyebarkan kepedulian halal ini dengan satu langkah sederhana, yaitu menelepon 1 restoran yang belum tersertifikasi halal setiap minggunya. Seolah-olah kita akan membuat acara dengan peserta yang cukup besar di restoran tersebut, lalu kita tanyakan apakah restoran tersebut sudah tersertifikasi halal. Jika belum, kita batalkan pemesanan. Sepertinya bisa dicoba yaa, insya Allah akan menjadi bagian dari perjuangan kita untuk memastikan produk halal untuk masyarakat Indonesia.

Beberapa pembahasan lain tentang kehalalan :
- Imunisasi, belum ada yang bersertifikasi halal
- Aqua, sudah bersertifikasi halal

Setiap bulan, LPPOM MUI menerbitkan daftar produk halal. Bisa dicek di website www.halalmui.org. Ada juga majalah 2 bulanan, Jurnal Halal, langganan yuuuuk :-)

Semoga produk-produk di Indonesia semakin jelas status kehalalannya. Dan muslim Indonesia dapat hidup dengan lebih aman dan tenang dengan produk yang jelas kehalalannya.. Aamiin ya rabbal aalamiin.. :-)

Thursday, November 10, 2011

Ilmu dalam Islam

Pengajian Dzuhur kali ini tentang Cabang Iman ke-18 yaitu Menyebarkan Ilmu. Namun karena saya datang tidak dari awal, akhirnya saya hanya memperoleh sebagian informasinya, jadi judulnya sedikit saya ubah, menjadi Ilmu dalam Islam, semoga bermanfaat.

Ada 3 aspek ilmu dalam Islam yaitu qalam, zuhud, dan fiqih. (Maaf definisinya saya tidak sempat mencatat).

Orang yang zuhud, dalam kondisi berkecukupan ataupun keterbatasan akan tetap tenang.

Inaba adalah satu tingkat di atas taubat, yaitu pembuktian, bahwa akan total kembali pada Allah.

Jika seseorang Allah kehendaki menjadi baik, maka Allah bukakan pintu berbuat, dan Allah tutupkan pintu berdebat. Orang akan berfokus untuk terus berbuat. Jika ada kekurangan atau kesalahan, diperbaiki.

Dalam ber-Islam, ilmu dan amal adalah satu paket, dan di dalamnya tidak terkandung perdebatan. Jika seseorang belajar Islam, maka dia akan bersikap Islami. Jika energi habis untuk berdebat, maka akan berkurang energi untuk berbuat.

Berbeda dengan ilmu lain. Seseorang yang menguasai ilmu bisnis, bisa jadi belum pernah menjalankan bisnis sekalipun. Seseorang yang menjadi pengamat, biasanya tidak pernah menjadi pelaku.

Manusia yang merasa cukup dengan qalam, tanpa fiqih dan tanpa zuhud, akan menjadi orang zindik, yaitu yang suka berbuat dosa, tidak beriman.
Manusia yang hanya zuhud, tapi tanpa fiqih dan qalam, akan terjebak pada bid’ah.
Manusia yang berfokus pada fiqih, tanpa zuhud dan waro, akan menghalalkan segala cara. Zuhud dan waro mengarahkan untuk berfokus ke hal yang baik.
Yang terbaik adalah variasi dari tauhid, qalam, fiqih, dan tauhid, yang akan membawa keselamatan.

Cabang Iman - Memuliakan Al Qur'an

Pengajian Dzuhur kali ini dari Ust. Muhsinin Fauzi, tentang Cabang Iman ke-19, yaitu Memuliakan Al Qur'an.

Dalam memuliakan Al Qur’an, terdiri atas 6 hal :

Pertama, belajar Al Qur'an.

Dalam belajar Al Qur’an, yang pertama adalah belajar membaca Al Qur’an dengan benar. Dari keseluruhan bacaan, yang wajib untuk dibaca dengan benar ada 3 hal, yang bila perlu, dicek kebenarannya kepada ahli tajwid, yaitu takbiratul ihram, Al Fatihah, dan tasyahud (termasuk dalam rukun shalat).
Namun, untuk kesempurnaan iman, seluruh bacaan harus benar, baik dari hukum tajwid maupun makhraj huruf.

Bagian kedua dari belajar Al Qur’an adalah mempelajari makna Al Qur’an, karena itulah satu-satunya cara untuk memahami hukum Islam, memahami halal dan haram.

Kedua, mengajarkan Al Quran

Setiap orang harus mengambil peran mengajar, karena ini adalah cabang keimanan.
Hal ini terlihat sederhana, namun merupakan hal pokok yang oleh orang kota seperti kita pada umumnya, sering ditinggalkan. Orang-orang yang tinggal di desa justru lebih berfokus untuk berbuat baik, mengajar anak-anak mereka di waktu maghrib, dan seluruh cabang iman dikerjakan, walaupun hidup dalam kesederhanaan.

Semakin tinggi kehidupan dan pemikiran kita, seharusnya cabang keimanan dapat dikerjakan dengan lebih berdaya. Jangan sampai justru ditinggalkan dan dinomorduakan.

Kita punya tanggung jawab untuk mengajar, dimulai dengan anak-anak kita sebagai obyeknya. Walaupun justru saat ini anak kita yang lebih baik dari kita.
Saat ini justru kita sering berkata kepada anak kita, “Nak, jangan seperti ayah/ibu, kamu harus lebih baik.” Nanti seterusnya anak kita berbicara demikian pada anaknya, dan seterusnya.
Kita harus memulai untuk mulai memperbaiki diri, dan menjadi contoh untuk anak kita. Ketika anak kita sudah mulai menghafal 1 – 2 juz, maka seharusnya kita juga dampingi mereka, barengi mereka, atau justru lebih baik dari mereka.

Ketiga, belajar tafsir Al Qur’an, agar dapat memahami hukum Islam, memahami halal dan haram.

Sampai aspek ketiga ini, kelihatannya akan sangat menyita waktu. Mungkin kita akan bertanya, lalu kapan kerjanya? Justru jangan dibenturkan.

Namun di sisi lain, jika ditelaah lebih jauh, aktivitas untuk menjalani seluruh cabang keimanan memang akan sangat membutuhkan waktu. Maka, kalaulah ada konsep passive income, maka yang membutuhkan konsep tersebut adalah umat Islam. Namun, tujuannya bukan untuk memiliki waktu luang untuk bersenang-senang, tetapi memiliki waktu untuk menjalani seluruh cabang keimanan.

Rasulullah sendiri di usia 25 tahun sudah memiliki bisnisnya sendiri, lalu berkongsi dengan Khadijah, dan di usia 40 tahun sudah dijalankan oleh orang lain, sehingga beliau dapat berfokus untuk ibadah.

Namun, tidak perlu berkecil hati. Yang penting kita sudah memiliki niat yang kuat. Allah akan bantu, agar kita dapat menjalankan tugas-tugas kita dalam waktu-waktu yang tersisa.

Keempat, memuliakan ahli Al Qur’an dan penghafal Al Qur’an.

Kelima, tadabbur Al Qur'an, yang merupakan maksud pertama diturunkannya Al Qur’an, yang hanya dapat dilakukan jika kita memiliki kebersihan hati dan memahami makna Al Qur’an.

Keenam, seluruh sikap-sikap yang masuk ke dalam kategori memuliakan, dan bukan menghinakan. Misalnya membawa dengan baik, tidak menginjak, tidak meletakkan sembarangan.

77 Cabang Keimanan

Berikut cuplikan pengajian Ust. Muhsinin Fauzi hari ini, tentang 77 Cabang Keimanan.

77 cabang keimanan terdiri atas 77 hal yang dapat kita lakukan sebagai bukti keimanan kita.

77 cabang keimanan ini dapat diandaikan seperti paket soal yang diberikan kepada kita, untuk dikerjakan selama hidup kita, yang dapat diandaikan seperti sebuah ruang ujian, dengan batas waktu sepanjang usia kita, yang dapat diandaikan selama 60 menit.

Ketika seseorang masuk ke ruang ujian, ada yang terpukau dengan makanan yang ada di ruangan tersebut, sehingga sampai menjelang habis waktu ujian, belum satu soal pun dikerjakan. Ini adalah pengandaian orang yang sibuk dengan mencari makan, menikmati makan, wisata kuliner dari hari ke hari dan melupakan ibadah.

Ada yang terpukau dengan kondisi ruangan dengan berbagai asesoris di setiap sudutnya, sehingga sampai menjelang habis waktu ujian, belum satu soal pun dikerjakan. Ini adalah pengandaian orang yang sibuk dengan mengagumi berbagai lokasi di dunia, menikmati pemandangan, wisata ke berbagai lokasi dari hari ke hari dan melupakan ibadah.

Ada yang terpukau dengan teman-teman lawan jenis di ruang ujian, sehingga sampai menjelang habis waktu ujian, belum satu soal pun dikerjakan. Ini adalah pengandaian orang yang sibuk berbagai hubungan dengan lawan jenis, dari hari ke hari dan melupakan ibadah.

Ada yang terpukau dengan berbagai kursi dalam ruang ujian, berpindah dari satu kursi ke kursi lain, sehingga sampai menjelang habis waktu ujian, belum satu soal pun dikerjakan. Ini adalah pengandaian orang yang sibuk mengejar jabatan dan kedudukan, dari hari ke hari dan melupakan ibadah.

Namun, ada yang duduk kursi, mengerjakan soal, ketika lapar makan, kadang-kadang berbincang dengan teman, kemudian kembali mengerjakan soal. Ini adalah pengandaian orang yang berfokus pada ibadah, yang ditugaskan Allah, yang tetap memiliki kesempatan untuk melakukan berbagai aktivitas lain di dunia.

Ada yang selesai mengerjakan seluruh soal dalam 30 menit, 40 menit, yaitu mereka yang sudah menjadi orang yang sangat saleh dan matang dalam beragama di usia 30 atau 40 tahun. Ada juga yang sampai menit ke 50 belum juga selesai. Yaitu mereka yang masih terus berproses sampai usia 50-an.

Mungkin juga kita termasuk orang yang sudah mengerjakan semua tugas. Tetapi bisa jadi tugas tersebut belum sempurna kita kerjakan. Perlu terus kita periksa kembali, perbaiki kembali, dan terus diperbaiki. Sehingga ketika waktu habis, ketika kita dipanggil, soal-soal itu sudah kita kerjakan dengan sempurna.

Misalnya dalam hal mencari harta. Kita memang ditugaskan Allah untuk mencari harta, untuk diberikan kepada yang berhak. Maka yang terpenting bukan hartanya banyak, tetapi zakatnya yang banyak.
Jangan sampai kita sempat untuk mencari harta, namun terus menunda-nunda memberikan zakat, sampai akhirnya belum sempat memberikan zakat ketika akhir hidup kita tiba.

Dan dalam berzakat, yang terpenting adalah juga besarannya. Infaq sebaiknya diberikan dalam jumlah yang sebaik-baiknya. Jika diandaikan, misalnya kita berinfaq 2000 rupiah, padahal untuk perjalanan Jakarta – Depok saja, untuk naik ojek ke stasiun, kita perlu 6000 rupiah. Dengan 2000 rupiah kita akan diturunkan di tengah perjalanan. Bagaimana dengan 2000 rupiah kita ingin mencapai surga-Nya?

Kita sebaiknya terus berdoa agar semakin lama, zakat dan qurban kita semakin bertambah. Allah akan berikan, bisa dalam bentuk tambahan rezeki, sehingga kita semakin lapang untuk menambah zakat dan qurban. Atau juga dengan rezeki yang tetap, kita rela untuk menambah zakat dan qurban, dan mengorbankan kepentingan kita yang lain.