Monday, September 27, 2010
Hobi Filateli dan Koleksi Kartu Telepon, Masih Ada Nggak Ya?
Sebagai anak SD tahun 1980-an, hobi yang favorit dulu adalah filateli (mengumpulkan perangko, kalau-kalau ada yang nggak tau hehe..), diperkenalkan oleh Tante saya waktu saya kelas 3 SD. Dilanjutkan dengan koleksi kartu telepon di tahun 1990-an, diperkenalkan oleh teman kuliah saya. Tadinya saya yang hobi menelepon, merupakan ”sumber kartu” untuk teman saya itu. Setelah saya ikutan koleksi, teman saya jadi kehilangan satu ”sumber” (maaf yaa.. hehe..) Sampai sekarang, koleksi perangko saya masih tersimpan dengan baik di rumah Ibu, kapan-kapan saya mau bawa ke rumah. Sedangkan koleksi kartu telepon sudah saya bawa ke rumah saya, dan sukes diacak-acak anak-anak saya.
Dua hobi ini saya rasakan sangat banyak manfaatnya.
Pertama, melatih kesabaran, ketelitian, dan ketelatenan. Mengumpulkan perangko ada tahap-tahapnya. Apa lagi jika perangko bekas dari manca negara. Harus terlebih dahulu mencari surat dari berbagai sumber, melepaskan dari amplop secara hati-hati dengan merendam dan mengeringkan, dan terakhir menyimpannya dengan baik agar tidak rusak. Kartu telepon juga harus dicari dengan sabar, digunakan dulu sampai habis, baru disimpan dengan baik.
Kedua, belajar banyak hal tentang berbagai negara. Dari gambar dalam satu kotak kecil itu, kita bisa sedikit mengetahui sejarah, kondisi geografis, kebudayaan, dan berbagai peristiwa di suatu negara. Lebih jauh lagi, menurut saya, tingkat kemajuan negara bisa dilihat dari perangkonya. Perangko yang keren, biasanya berasal dari negara yang keren, yang peduli dengan hal detil, yang artinya maju dalam berbagai aspek. Singapura, Australia, Jerman, Inggris, dan Jepang adalah beberapa negara yang terlihat serius dengan perancangan perangkonya.
Ketiga, berlatih menganalisis dan mengklasifikasi. Perangko dan kartu telepon biasanya terbit secara berseri. Dalam pengumpulannya, kita perlu melihat secara teliti, persamaan dan perbedaan antara beberapa perangko, dan mengelompokkan jika perangko atau kartu itu merupakan satu seri penerbitan. Selain itu, pengelompokan dapat juga dilakukan menurut tema, atau apa saja.
Terakhir, komitmen jangka panjang. Mengumpulkan perangko dan kartu telepon tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat. Perangko dan kartu telepon terbit hanya sedikit setiap tahunnya. Surat menyurat pun tidak bisa dilakukan terus menerus. Kartu telepon hanya dibeli jika dibutuhkan. Maka koleksi membutuhkan waktu yang cukup lama serta komitmen dalam jangka waktu yang panjang.
Keempat, menambah teman dari sesama kolektor perangko dan kartu telepon, untuk tukar-menukar koleksi dan informasi penerbitan baru dan pameran.
Seiring dengan berkembangnya teknologi telekomunikasi, surat sudah digantikan dengan SMS dan email. Kartu telepon untuk telepon umum sudah tidak diperlukan lagi karena hampir semua orang sudah punya telepon seluler. Kira-kira masih ada nggak ya anak-anak sekarang yang punya hobi filateli dan koleksi kartu telepon? Sepertinya jangankan untuk mengoleksi, ketemu dengan perangko dan kartu telepon saja sudah sangat jarang untuk anak-anak sekarang.
Anak-anak sekarang sepertinya hobinya lebih bersifat konsumtif. Main game di komputer, harus didukung dengan komputer, program game-nya, dan koneksi internetnya jika mau online. Main musik, harus beli alat musik dan kursus. Main robot dan mobil-mobilan, harus beli dulu dan harganya juga tidak bisa dibilang murah.
Ah, saya tiba-tiba rindu dengan masa lalu yang serba tidak konsumtif, mencoba mengoptimalkan apa yang ada agar jadi menyenangkan. Apa bisa lagi ya? Dan koleksi perangko dan kartu telepon saya, kira-kira akan saya wariskan ke siapa ya? :-)
Wednesday, September 22, 2010
Mau Kasi Hadiah? Baca Ini Dulu.. :-)
Mumpung masih di sekitar waktu Idul Fitri, walaupun sudah terlewat. Masyarakat Indonesia punya kebiasaan saling mengirimkan hadiah di saat Idul Fitri. Dari ceramah Dzuhur di kantor kemarin, berikut beberapa aturan dalam Islam tentang memberi dan menerima hadiah. Semoga bermanfaat ya :-)
Merujuk kepada hadits, maka memberikan hadiah untuk tujuan kebaikan adalah suatu hal yang disunnahkan. Dari saling memberi hadiah, akan lahir rasa saling menyayangi. Rasulullah sendiri sering menerima hadiah, dan beliau senantiasa membalas pemberian hadiah.
Dengan demikian, bagi mereka yang diberi hadiah, maka sebaiknya menerima hadiah tersebut, dan jangan menolaknya. Kecuali jika ada alasan yang jelas untuk menolaknya. Hal ini akan dibahas lagi di akhir tulisan nanti. Dan untuk menghargai hadiah yang diberikan, kita sebaiknya memelihara dan menjaga hadiah tersebut dengan baik.
Kemudian, apakah boleh kita mengambil kembali hadiah yang sudah diberikan?
Berdasarkan hadits, maka hal ini sama sekali tidak dibolehkan. Sebagian ulama menyebut haram, sebagian lagi menyebut makruh. Dalam hadits Rasulullah bersabda, "Mereka yang mengambil kembali hadiah yang sudah diberikan, adalah seperti anjing yang muntah, dan memakan kembali muntahannya." Dari perumpamaan yang sedemikian buruk, maka tindakan mengambil kembali hadiah adalah hal yang harus kita hindari.
Tapi, hal ini dikecualikan untuk pemberian hadiah dari orang tua kepada anaknya. Orang tua berhak mengambil kembali hadiah yang sudah diberikan kepada anaknya. Misalnya, karena orang tua membutuhkan kembali hadiah/uang tersebut, atau orang tua menarik kembali hadiah karena ada protes dari anak lain yang tidak mendapatkan hadiah.
Khusus untuk pemberian hadiah kepada anak-anak oleh orang tuanya, Islam mengatur bahwa pemberian hadiah harus sama bagi seluruh anak, baik laki-laki maupun perempuan. Rasulullah pernah diminta untuk menjadi saksi pemberian dari orang tua kepada salah satu anaknya saja, Rasulullah menolak karena anak yang lain tidak menerima hadiah yang sama.
Yang dekat hubungannya dengan hadiah, adalah hibah.
Dalam Islam, definisi hibah adalah akad memberi faedah kepemilikan, tanpa syarat, tanpa ada balasan, masih hidup, halal hayati, hukum sunnah.
Hibah tidak boleh bersyarat. Jika ada syarat, misalnya hibah bisa diambil setelah pemilik meninggal dunia, maka bukan menjadi hibah lagi, melainkan wasiat. Sedangkan wasiat tidak boleh diberikan kepada ahli waris.
Rukun hibah :
- 2 orang berakad, yang memberi nerima (tidak boleh pemberi sudah wafat atau penerima masih dalam kandungan)
- Ada sighat hibah, sehingga harus jelas, apakah benar-benar hibah
- Ada barang yang akan dihibahkan
Sunnah : Ada saksi
Syarat pemberi :
- pemberi hibah merupakan pemilik barang
- pemberi memiliki kelayakan sebagai pemberi hibah, bukan anak-anak, gila, atau bodoh
Syarat sighat
- ijab segera dijawab dgn kabul
- tidak terikat syarat
- tidak terikat waktu
Barang yang dihibahkan harus segera pindah tangan. Jika barang tersebut belum berpindah tangan, masih dapat dibatalkan pemberiannya oleh pemberi hibah. Dalam hal hibah berupa tanah, tandai dengan patok atau pagar.
Beberapa hal lain tentang pemberian hadiah antara lain istri dapat memberikan hadiah dari harta dia, tanpa izin suami. Jika dikhawatirkan akan terjadi conflict of interest di kemudian hari, maka dibolehkan menolak hadiah. Pejabat negara tidak boleh menerima hadiah. Dibolehkan memberi dan menerima hadiah dengan non muslim.
Phewww.. panjang juga yah :-) Demikian, semoga bermanfaat :-)
Tuesday, September 21, 2010
Menghadapi Protes Anak ketika Makanan Favoritnya Habis :-)
Dan ketika dia suka suatu makanan, setiap habis di piringnya, dia akan minta lagi. Kita berikan lagi di piringnya, nanti habis lagi, dia minta lagi. Ketika dari panci sumbernya sudah benar-benar habis, dia akan menangis karena tidak bisa minta lagi.
Apakah Moms sering juga menghadapi masalah yang sama? :-)
Beberapa tahun lalu dari Pak Taufan Surana (sudah lama sekali saya tidak berinteraksi dengan beliau, semoga Allah senantiasa melindungi beliau), ada saran menghadapi marah anak. Yaitu, sampaikan segala sesuatu, segala konsekuensi, beberapa waktu sebelum akan terjadi. Jangan sampaikan segala sesuatu secara tiba-tiba.
Jadi dalam kasus makanan habis ini, ketika masih tersisa sekitar 3-4 potong, kita sampaikan, ”Nak, sekarang tinggal 4 potong ya, nanti kalau habis, kita makannya selesai ya.” Demikian seterusnya sampai ketika makanan tersebut benar-benar habis, anak kita sudah siap.
Itu cara pertama.
Namun cara ini kadang-kadang juga tidak efektif. Begitu kita sampaikan bahwa nanti akan habis, anak sudah terlanjur marah :-)
Ada cara kedua :-)
Di sini kita gunakan sisi psikologis anak yang senang dengan keberhasilan dan pencapaian.
Maka kita buat situasi, seolah-olah menghabiskan makanan itu adalah prestasi buat dia. Jadi kita sampaikan ”Wah, Adik sudah banyak nih makan wortelnya! Sekarang tinggal 3 lagi, sebentar lagi habis! Horeeee!” Dan kita bersorak seheboh-hebohnya, ketika wortel itu benar-benar habis :-) Biasanya anak lalu menjadi sangat gembira, dan lupa bahwa dia mau minta lagi :-)
Tapi cara ini bisa juga tidak efektif. Mirip dengan yang tadi, ketika kita bilang bahwa akan habis, dia juga sudah terlanjur marah :-)
Solusi terakhir?
Ketika dia tetap marah dengan dengan kedua metode tadi, kita gunakan metode klasik, mengalihkan perhatian ke hal lain :-)
Demikian Moms, semoga bermanfaat ya :-)
Ketika Ibu Tidak Lagi Bisa Multitasking
Menelepon sambil mengecek masakan sambil mencuci piring.
Menggendong anak, sambil menyapu halaman, sambil ngobrol dengan tetangga.
Mengganti popok, sambil membereskan mainan, sambil menjelaskan hitungan matematika untuk anak yang paling besar.
Hanya, jika salah satu aspek sedang membutuhkan konsentrasi cukup tinggi, biasanya kemampuan multitasking ini lalu jatuh menurun. Drop.
Misalnya ketika anak yang kecil sedang rewel dan menangis saat dipakaikan popok. Maka saat ini pikiran kita sebagai ibu akan terfokus untuk membujuk anak rewel tersebut. Berbagai cara dilakukan, berbagai cerita disampaikan, berbagai barang ditunjukkan, agar anak lupa, teralihkan perhatiannya, dan akhirnya mau dipakaikan popok.
Jika pada saat ini tiba-tiba anak yang besar memanggil kita, karena kesulitan dengan PR-nya. Jika kita coba paksakan untuk multitasking, maka kedua pekerjaan tersebut tidak selesai dengan baik. Si adik tetap rewel, kita pun tidak bisa berpikir untuk menjawab PR si kakak.
Kadang lalu kita menjadi kesal, dan sedikit "menyalak", meminta si kakak untuk diam dulu, karena kita sedang fokus dengan si adik.
Pernahkah kita bayangkan perasaan anak kita saat itu? Sedih karena kita "menyalak" tadi. Merasa tersingkirkan, karena kita tidak memperhatikan masalah mereka. Jika ini terjadi sekali saja, mungkin tidak masalah. Tapi jika berkali-kali, hal ini akan membuat mereka merasa menjadi anak yang terabaikan. Apa lagi jika anak kita termasuk anak yang sensitif.
Lalu bagaimana sebaiknya?
Ada baiknya kita upayakan untuk menahan diri, agar tidak ”menyalak”. Di antara kerewelan dan tangis si adik, ketika kakak memanggil, tarik nafas panjang. Bicara dengan tenang, tersenyum pada kakak, dan sampaikan, bahwa kita sedang bereskan dulu pemakaian popok adik. Nanti jika telah selesai, kita akan bicara dengan mereka. Sulit? Ya, memang sangat sulit :-) Tapi mudah-mudahan bukan mustahil :-)
Dan, jika suasana sedang tenang, ada baiknya dibahas dan disepakati dengan anak-anak yang besar, bagaimana sebaiknya jika mereka ada masalah, padahal ibunya sedang fokus dengan masalah lain. Mungkin metodenya antara lain bisa dengan cara mereka menulis pesan yang lalu ditempelkan di message board, atau tulis pesan via yahoo messenger/email/SMS, atau tunggu sampai masalah yang dihadapi ibu selesai. Dengan kesepakatan, biasanya anak akan lebih mudah untuk bekerja sama.
Sementara demikian, solusi yang mudah-mudahan efektif, dan tidak terlalu sulit untuk diimplementasikan :-)
Apa Moms punya saran lain? Silakan ditambahkan ya.. :-)