Wednesday, May 27, 2015

Tafsir Surat Al A’raf tentang Penyihir Fir’aun

Ceramah disampaikan oleh Ustadz Muhaimin.

Surat Al A’raf ayat 113 sampai dengan 126 menggambarkan perubahan kondisi spiritual para penyihir Fir’aun yang berubah total dalam waktu yang singkat.

Kisah ini merupakan lanjutkan dari kisah Nabi Musa pada surat As-syu’ara ketika Nabi Musa berdialog dengan Fir’aun, ketika Fir’aun meminta Nabi Musa menunjukkan kehebatannya sebagai Nabi. Nabi Musa menunjukkan tangannya yang bersinar seperti matahari, kemudian tongkatnya yang bisa berubah menjadi ular. Fir’aun menganggap Nabi Musa sebagai penyihir dan meminta untuk melawan penyihir kerajaan. Selain itu terdapat dialog tentang ketuhanan antara Fir’aun dan Nabi Musa.

Pada awalnya para penyihir hadir untuk bertanding melawan Nabi Musa dan mereka mengharapkan hadiah serta kedudukan. Namun setelah melihat mujizat Nabi Musa, yaitu tongkatnya berubah menjadi ular dan memakan ular penyihir, para penyihir mengetahui secara pasti bahwa hal itu bukan sihir, dan maka Nabi Musa adalah benar seorang Nabi.

Para penyihir pun secara spontan berubah menjadi beriman kepada Nabi Musa.

Digambarkan bahwa di suatu masa nanti seseorang dapat beriman di pagi hari, dan menjadi kafir di sore harinya. Karena memang hati sangat mudah berbolak-balik, mudah untuk mencintai, mudah juga untuk membenci. Maka ada doa untuk menetapkan hati, yaa muqallibal quluub tsabbit qalbi ‘aladdiinik.

Melihat kejadian ini, Fir’aun sangat marah. Selain kejadian ini, sebenarnya kemarahan Fir’aun juga disebabkan oleh rentetan kekalahan yang dialaminya dengan Nabi Musa.

Kekalahan pertama adalah sebagaimana pada surat Asy Syu’ara, yaitu ketika Nabi Musa tidak mengakui Fir’aun sebagai tuhan.
Kekalahan kedua, juga dalam surat Asy Syuara, ketika kalah pada dialog tentang ketuhanan dengan Nabi Musa.
Kekalahan ketiga, adalah ketika penyihir kerajaan kalah dengan Nabi Musa, ditambah dengan pengakuan para penyihir itu bahwa mereka beriman kepada Nabi Musa.

Fir’aun sangat marah dan menganggap kejadian tersebut sebagai tipu daya dari para penyihir itu, dan ia mengancam mereka dengan hukuman potong silang yaitu kaki kanan dan tangan kiri atau kaki kiri dan tangan kanan, yang dilanjutkan dengan penyaliban.

Sedikit tentang penjelasan arti kata “tsumma”.
Pada kisah ini digambarkan bahwa Fir’aun mengancam penyihir dengan hukuman potong silang, “tsumma” penyaliban.
“Tsumma” artinya berurutan, yang satu setelah yang lain, dengan terdapat jarak waktu.
Contoh kalimat yang lain, Eko “wa” Aki masuk ke mushalla. Penggunaan kata “wa” artinya bersamaan.
Kalimat kedua, Eko masuk, “fa” Aki masuk ke mushalla. “Fa” artinya berurutan dalam waktu yang sebentar.
Kalimat ketiga, Eko masuk, “tsumma” Aki. “Tsumma” artinya berurutan dengan jangka waktu cukup panjang.

Kembali ke penyiksaan Fir’aun kepada para penyihir, maka maknanya adalah setelah Fir’aun menyiksa mereka dengan potong silang beberapa lama, mereka pun disalib.

Pada ayat ke 125 para penyihir mengatakan bahwa mereka akan kembali ke Allah.

Hikmah dari ayat ini adalah bahwa setiap orang memiliki momen untuk kembali kepada Allah. Bagi para penyihir ini, adalah ketika mereka melihat mujizat Nabi Musa, yang mereka ketahui dengan pasti bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan oleh manusia. Artinya mujizat itu datang dari Tuhan, dan artinya Nabi Musa adalah benar seorang nabi.

Hikmah yang lain adalah bukti kebenaran dapat datang begitu saja tanpa diminta.

Pada ayat selanjutnya digambarkan para penyihir meminta kepada Allah “berikan kesabaran dan wafatkan kami dalam keadaan Islam atau berserah diri”.

Pada dasarnya, kita tidak boleh meminta untuk mati. Bila kita merasa menderita akan suatu penyakit, maka mintalah kesembuhan, dan bila kematian adalah lebih baik, maka wafatkan.

Dalam Islam, muslim bukan hanya umat Nabi Muhammad. Umat Nabi Musa pun disebut muslim, umat seluruh Nabi disebut muslim.
Pembedaan antara Islam, Kristen, dan  Yahudi adalah pada sistem kemasyarakatan.

Manusia tidak dibiarkan mengatakan dirinya beriman lalu tidak diuji. Dalam hidup, semua adalah ujian. Yang terpenting adalah mana amalan yang terbaik.

Bagi kita umat Nabi Muhammad, amalan terbaik adalah mujizat Nabi Muhammad yaitu Al Qur’an. 

No comments: