Monday, March 30, 2015

Orang Tua, Terapis Terbaik Anak

Kajian Muslimah di kantor kali ini diisi oleh Ustadzah Kodariyah. 

Ada beberapa kasus di sekolah yang cukup fatal bagi anak-anak karena orang tua kurang memahami karakter dan apa yang mereka inginkan.

Contoh kasus pertama adalah anak yang tidak ingin hidup lagi, yang ketika digali lebih lanjut, apa yang ingin ia dengar dari ibunya hanyalah “Mama bangga dengan kamu”. Sebuah kalimat yang sederhana tetapi ternyata berdampak signifikan.

Contoh kasus kedua adalah anak yang begitu tidak suka dengan ayahnya bahkan sempat tercetus bahwa ia ingin ayahnya mati saja. Setelah digali lebih lanjut ternyata ayahnya sering mengatakan “Ayah kecewa denganmu”, sehingga anak merasa tidak berarti. Dari sisi lain, ayahnya hanya merasa pernah mengatakan itu satu kali saja. Barangkali memang benar hanya satu kali, atau benar bahwa sering, tetapi yang terpenting, ternyata dampaknya fatal.

Setiap tahap perkembangan ada tugas yang harus dilakukan, yang bila tidak dilakukan maka akan seterusnya.

Untuk anak 3 tahun, sudah waktunya diperkenalkan dengan konsep benar salah untuk pembekalan hati nurani. Juga perbedaan jenis kelamin.

Anak jalanan, bagaimana pun pembinaan dilakukan kepadanya, tetap sulit untuk ditanamkan tentang moral dan nurani. Hal ini akibat God Spot tidak pernah disentuh sejak kecil. Sehingga mereka tidak merasa bersalah melakukan berbagai pelanggaran.

Berkaitan dengan keberagamaan, target untuk anak-anak bukan sekedar bisa melaksanakan, tapi suka melaksanakan. Jadi bukan sekedar bisa shalat, bisa puasa, bisa membaca Al Qur’an, tetapi suka shalat, suka puasa, dan suka membaca Al Qur’an. Bila sudah demikian, dalam pembinaannya nanti, anak akan mudah untuk diluruskan.

Target Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebetulnya bukan calistung (membaca, menulis, berhitung), tetapi kemandirian anak untuk hal yang berkaitan dengan dirinya, seperti makan dan mandi. Bila ibu membuat anak serba terlayani, anak akan menjadi tidak mandiri. Tentunya dalam proses, akan ada situasi yang belum sempurna, biarkan saja dulu dia melakukannya, lalu orangtua membantu setelah selesai jika masih ada yang belum sempurna.

Hal yang penting juga bagi anak di PAUD adalah sosialisasi, agar anak tidak takut bertemu dengan orang baru. Ajak anak pergi ke pertemuan keluarga dan keramaian, agar terbiasa bertemu dengan orang baru. Seringkali, pada hari-hari pertama sekolah, ada anak yang terus ingin ditemani ibunya. Di satu sisi anak tidak terbiasa bertemu dengan orang baru, di sisi lain ibu juga sering khawatir dengan anaknya, dan hal ini bisa dirasakan oleh anak.

Ibu boleh khawatir, tapi jangan sampai ketahuan anak. Ibu boleh kepo, tapi jangan sampai ketahuan anak :-)

Di usia balita juga anak sering banyak bertanya. Orang tua harus menyediakan waktu untuk menjawab seluruh pertanyaan itu. Hal ini adalah tahap perkembangan kreativitas. Jangan distop, jangan ditolak.

Usia bermain harus tuntas. Bahkan untuk anak usia bermain, harus dipastikan bahwa hari itu dia sudah bermain. Karena dalam bermain, anak juga bisa belajar.
Kepandaian bergaul adalah bekal untuk kecerdasan emosi. Agar anak tahan banting dalam hidup. Mampu menghadapi berbagai jenis karakter orang.

Memasuki masa remaja, ada beberapa anak yang di masa SD cukup mudah dalam pengasuhannya, mulai banyak masalah ketika memasuki usia SMA. Di saat ini anak perlu pendampingan.

Orang tua perlu mengenali karakter tiap anak, dan kita perlu bersikap berbeda kepada anak yang berbeda.

Mengenali karakter anak dapat diawali dari mengamati apa yang anak suka dan tidak suka, setelah itu bangun komunikasi.

Ketika anak sedang sedih, kita jangan banyak menasihati. Tunggu sampai anak ceria, baru kita bisa banyak bicara.
Jika anak kita banyak bercerita, sungguh itu adalah karunia, artinya kita sebagai orang tua dapat dikatakan sukses membangun komunikasi.

Anak yang sulit bercerita, salah satu sebabnya adalah karena anak sering dimarahi ketika jujur.
Bedakan saat untuk mendengar dan saat untuk bicara. Buat anak nyaman, jadikan anak sahabat kita. Ketika dia bercerita, terima dan berikan respon. Jangan berikan nasihat saat itu juga. Pada otak tengah ada system limbic. Ketika emosi senang, system limbic terbuka, nasihat bisa masuk dan akan melekat kuat. Ketika emosi negative, system limbic akan tertutup.

Ketika anak bermasalah, dengarkan saja dulu, baca bahasa tubuhnya, biarkan dia mengeluarkan pikirannya, peluk, berikan senyuman, berikan pujian.

Hypnotherapi dapat digunakan kepada anak ketika menjelang tidur. Berikan kata-kata positif seperti, “Selamat tidur Nak, besok kamu akan bangun dengan segar untuk solat subuh, dan siap untuk berangkat ke sekolah.”

Metode hypnotherapi yang sebetulnya sangat efektif yang sering digunakan orang tua dahulu tetapi mulai dilupakan oleh orang tua sekarang adalah mendongeng. Mendongeng sangat efektif untuk menanamkan nilai-nilai ketika anak-anak menjelang tidur. 

Memberikan nasihat juga berikan dalam kata-kata positif, misalnya “Nak, nanti di sekolah main sama anak-anak yang baik ya” dan bukan “jangan main sama anak yang nakal.”

Sesi Tanya Jawab :

1.     Berkaitan dengan anak yang perlu pendampingan orang tua untuk menghadapi masalah, bagaimana jika anak sekolah berasrama atau pesantren?

Untuk anak yang akan dimasukkan ke pesantren atau sekolah berasrama, pada umumnya usia yang tepat adalah usia SMA, ketika anak memang sudah sampai usianya menjauh dari orang tua.
Yang perlu dipastikan adalah sekolah pesantren atas keinginannya sendiri. Bila sebenarnya adalah keinginan orang tua, orang tua perlu mengajak bicara agar keinginan orang tua itu menjadi keinginan anak.

Jelaskan manfaatnya, observasi ke beberapa lokasi, biarkan anak memilih sendiri, tanyakan kesiapannya, dan jika sudah sekolah berasrama, seringlah ditengok.
Yang penting bagi anak adalah anak bahagia dengan hidupnya.

2.       Untuk anak laki-laki yang sudah cukup besar, biasanya sudah merasa canggung jika dipeluk ibunya, bagaimana menyikapinya?

Kasih sayang dapat disampaikan melalui ekspresi wajah, dengan belaian standar, tatapan hangat, dan ucapan, “Mama bangga denganmu Nak”. Anak akan menjadi kuat, merasa dirinya eksis, dan berani menghadapi bullying.

3.       Ada anak yang ke pesantren dengan keinginannya sendiri karena temannya banyak yang ke pesantren, bagaiman jika Ibunya justru yang tidak siap?

Mengikuti teman sebetulnya bukan alasan yang cukup kokoh. Untuk itu perlu diyakinkan kembali kepada anak, bagaimana jika nanti teman tidak lagi sekolah pesantren, apakah anak tetap pada pendiriannya.
Memang ibu perlu menguatkan diri, dan tega dalam pengasuhan, untuk tujuan akhir yang lebih besar.

4.       Apakah bisa hypnotherapy diterapkan pada diri sendiri?

Sangat bisa, karena sebaik-baik terapis adalah diri sendiri. Saat yang paling tepat adalah relaksasi 
pada saat tahajud dengan memasukkan pikiran positif.
Misalnya jika kita ingin rajin berolahraga, buat list dampak negative dari tidak berolahraga dan list dampak positif berolahraga.

5.       Bila anak ingin berpacaran, bagaimana orang tua bersikap?

Orang tua perlu memastikan posisi, apakah akan mengizinkan anak berpacaran atau tidak. Dalam Islam, pada dasarnya tidak dibolehkan untuk berpacaran.
Jika orang tua sudah berketetapan tidak membolehkan berpacaran namun anak ingin berpacaran, bersama dengan anak buat list manfaat dan mudharat berpacaran. Usahakan agar list mudharat jauh lebih banyak, sehingga anak sepakat bahwa tidak ada manfaatnya berpacaran.
Bangun orientasi hidup anak, tentukan cita-cita hidup di dunia dan akhirat. Kembalikan setiap persoalan kepada orientasi hidupnya, apakah bermanfaat menuju ke sana ataukah tidak.

  

No comments: