Lanjutan tulisan sebelumnya, dari pengajian dzuhur Ust. Muhsinin Fauzi tentang ikhlas. Semoga bermanfaat.
3 rukun ikhlas :
1. Satu tujuan : Allah
Sepanjang perbuatan, awal, sepanjang, akhir. Seringkali orang fokus di awal tetapi tergelincir di akhir.
Sebagai contoh, orang yang berniat berangkat haji. Di awal ia sangat berhati-hati menjaga hatinya agar ikhlas. Juga sepanjang perjalanan. Tetapi ketika ia kembali dari haji, mulai muncul kesombongan dan riya.
2. Sesuai dengan ilmu
Tindakan yang kita lakukan harus tetap standar sesuai rukun. Karena kita menginginkan ridha Allah, maka kita harus melakukan sesuai standar Allah.
Dalam pekerjaan, ada dua standar yang harus dipenuhi. Yaitu sesuai aturan sunnah, dan juga mengikuti standar yang disepakati kedua pihak. Jika kita ingin dipuji Allah, maka tunaikan kewajiban kepada orang lain dengan sebaik-baiknya. Kerja pun harus dilakukan dengan sesempurna mungkin.
2. Maksimal, dikerjakan dengan kesungguhan
Misalnya ketika kita memberikan sodaqoh, berilah sebanyak-banyaknya yang kita mampu. Bukankah kita mengharapkan pujian dari Allah? Bukankah kita juga berusaha maksimal ketika kita ingin dipuji oleh manusia?
Dalam hal pelaksanaan rukun ikhlas ini, jika rukun pertama tidak dilakukan, yaitu satu tujuan kepada Allah, maka ikhlas ini menjadi batal, dan kita jatuh kepada riya.
Sedangkan jika kita tidak melakukan rukun kedua dan ketiga, keikhlasan tidak menjadi batal, hanya menjadi tidak sempurna.
Cara terbaik / tips untuk ikhlas adalah memperbanyak perbuatan.
Pada prinsipnya, hati akan menganggap berat sesuatu hal yang jarang dilakukan. Misalnya ketika kita pertama kali umroh, atau kita pertama memberikan sodaqoh, akan terasa tinggi nilainya dalam hati kita.
Jika sesuatu sering kita lakukan, di hati akan terasa ringan, maka akan lebih mudah untuk mengikhlaskan.
Untuk ikhlas membutuhkan ma'rifatullah tinggi. Perlu keyakinan akan kebesaran Allah. Allahu Akbar. Allah Mahakuasa. Mengapa harus bererharap kepada yang tidak memiliki kuasa? Bahkan orang yang hebat pun tidaklah hebat. Yang berkuasa hanya Allah.
Hati hanya bergantung pada yang dianggap hebat. Maka sering-seringlah mengulang Allahu Akbar dalam hati.
Salah satu tips yang mudah dilakukan agar kita tidak mengharapkan pujian orang, adalah menganggap semua orang seperti kucing. Jika yang memberikan tepuk tangan, pujian, apresiasi, adalah kucing, apakah hati kita akan berbunga-bunga? Meskipun orang tidak persis dengan kucing, tetapi pada dasarnya sama, yaitu tidak memiliki kuasa.
Ketika kita riya, sebenarnya kita meletakkan diri dihinakan oleh yang kita harap tersebut.
Yang terpenting dalam ikhlas adalah doa. Karena ikhlas adalah karunia Allah.
Tanya Jawab :
T : Jika di masa lalu kita tidak ikhlas, apakah kita bisa meminta agar diubahkan menjadi ikhlas?
J : Tidak. Karena ikhlas harus dilakukan pada awal, sepanjang, dan akhir sebuah amal. Jika pada proses tersebut sudah ada ketidakikhlasan, maka demikianlah nilai amal tersebut.
Namun, pada dasarnya karunia akhirat adalah karena rahmat Allah, bukan karena perbuatan dan amal kita. Maka yang bisa kita lakukan adalah bertaubat dari riya tersebut. Apa lagi riya adalah dosa terbesar setelah syirik.
Setelah taubat, kembali ke 0, kita tata perbuatan setelah itu, kita tata hati kita agar dapat menjadi orang yang ikhlas.
T : Jika kita melihat orang yang menampakkan amalannya, apakah dapat kita anggap dia riya?
J : Ikhlas adalah amal hati. Apapun tindakannya, bisa saja riya, bisa saja ikhlas. Hanya Allah yang mengetahui. Bahkan malaikat pun tidak mengetahui. Malaikat hanya akan mencatat semua amal yang nanti akan dinilai dan dihisab oleh Allah SWT, di mana amal yang dilakukan tanpa keikhlasan, akan dihapuskan.
Untuk mengetahui motif ikhlas, kita dapat melihat dari ke mana “ujung” suatu amal kita lakukan.
Dalam kita melakukan sesuatu, selalu ada tujuan awal yang bisa saja berhenti di situ, atau masih ada tujuan yang lebih jauh lagi, sampai menuju ke mardhotillah.
Jika tujuannya masih menuju ke mardhotillah, menuju ridha Allah, maka amal tersebut benar dilakukan dengan keikhlasan.
Dalam dakwah, tujuan awal tentunya memang agar orang lain mengikuti. Namun tujuan selanjutnya, bisa berbeda. Jika berhenti sampai agar orang lain mengikuti dan mengingat kita sebagai pelopor, maka bisa jatuh kepada riya.
Tetapi jika tujuannya lebih jauh lagi, yaitu agar orang lain melakukan amal soleh, dan agama ini menjadi semakin maju, dan menuju ridha Allah, maka masuk dalam ikhlas.
Dalam kerja, tujuan awal adalah gaji. Jika berhenti sampai di gaji dan kedudukan, dapat jatuh kepada riya. Tapi jika diniatkan untuk menafkahi keluarga sebagai bagian dari pengabdian kepada Allah, dapat masuk dalam ikhlas.
Yang terpenting adalah terus mewaspadai bolak baliknya hati. Kita perlu terus meneliti kondisi batin setiap saat.
Doa yang sangat baik untuk dibaca untuk menetapkan hati : Tsabbit qalbi alad diinik
Beberapa buku yang dapat dibaca tentang ikhlas : Madarijus Salikin dan Quantum Ikhlas.
No comments:
Post a Comment