Mas
Pepeng menjelaskan, bahwa orang sukses bukan mereka yang mudah menyesuaikan
diri dengan lingkungan, tetapi justru orang sukses adalah mereka yang tidak terpengaruh
lingkungan.
Setiap
pagi kita perlu bertanya, apa peran kita pagi ini?
Bagaimana
pun sabarnya seseorang, pasti ada keterbatasan. Pasti ada saat ingin marah.
Dalam
keluarga, suami adalah imam. Imam harus memberikan contoh yang baik dan benar.
Dalam
menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan, yang pertama adalah “Accept”,
menerima. Terima dulu apa yang terjadi, apa yang Allah berikan. Kita bisa kuat,
bisa juga tidak. Mintalah pertolongan kepada Allah. Insya Allah akan ada jalan.
Maka
sabar adalah proses. Terima dulu, apa pun hadiah dari Allah, jadilah orang yang
sabar.
Mas
Pepeng dan Mbak Tami dikaruniai 4 anak laki-laki yang saat ini berusia 20-27 dengan
badan yang besar. Hikmahnya terasa ketika Mas Pepeng sakit, mereka berperan
membantu ayahnya bergerak.
Hal
yang bisa dicontoh dari Mas Pepeng adalah selalu mau belajar, tetap
bersemangat, tidak pernah keliatan loyo, galau, ataupun marah. Kalaupun marah,
itu adalah marah untuk prinsip.
Menghadapi
sakit yang tidak bisa sembuh, seringkali kita menganggap masa depan adalah
beberapa tahun di depan kita. Padahal masa depan yang sebenarnya adalah
akhirat. Dan kita harus yakin bahwa kesembuhan adalah janji dari Allah. Pasti akan
terjadi happy ending. Dua pilihannya, sembuh dan bisa kembali berjalan, atau
menghadap kepada Allah dalam keadaan penuh barokah.
Musibah
itu adalah ketika kita tidak dekat dengan Allah. Sakit sesungguhnya bukan
musibah. Karena justru ketika sakit, kita akan mendekat kepada Allah. Tidak
perlu kita bertanya “Why me?” Karena Allah bisa dengan mudah menjawab “Why not?”
Dalam
kesakitan, jika kita ingat kepada Allah, kita akan tenang. Rasa sakit menjadi
tidak terasa. Karena Allah ada, lebih dekat dari urat leher kita. Selalu
dekatlah kepada Allah.
Tentang
banyaknya perceraian, Mas Pepeng menyampaikan bahwa banyak orang menjadi
quitter, menyelesaikan masalah dengan lari dari masalah. Perselisihan tentu
ada, harus dihadapi, biarkan Allah yang menyelesaikan. Sakinah mawaddah wa
rahmah seperti 3 lingkaran yang beririsan di tengah, yaitu cinta.
Menikahi
orang yang kita cintai, sangat mudah, di awal mudah “kesetrum”. Dengan
berjalannya waktu, jika kita tidak pandai mengelola, “setrum” akan hilang. Kita
perlu memperkecil perbedaan. Mawaddah adalah mencintai orang yang kita nikahi. Rahmah
datang dari Allah.
Kita
perlu mendukung dengan jelas atas perilaku apa pun dari pasangan. Begitu banyak
mukjizat. Setiap detik. Kita harus menyepakati sikap pasangan, berikan value.
Tetap tampil cerah seperti tidak ada masalah. Benturan selalu ada, serahkan
kepada Allah.
Setiap
orang pasti punya ilmu yang subhanallah.
Kita
harus memberi nilai pada apapun yang kita hadapi. Setiap ada celah, buatlah
menjadi spesial. Mbak Tami mempunyai prinsip, selalu ada celah, lihat sudut
pandang lain, supaya tetap eksis dan tetap bersyukur.
Jangan
pernah berpikir untuk berpisah. Pandang sebagai tugas baru dari Allah. Manusia
sering menilai dengan tanggung. Jangan menggantungkan nilai pada manusia,
bahkan kepada suami dan anak sekalipun. Biarlah Allah yang menilai. Setiap
orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Hanya Allah yang selalu memperhatikan
hamba-Nya.
Jadilah
pendengar yang baik.
Pria
wanita harus saling belajar. Menjadi sahabat di masa tua, bisa bicara segala
hal.
Kecerdasan
linguistik sebenarnya diajarkan Islam. Ditandai dengan indahnya kisah Al Quran.
Rasulullah adalah seorang yang ahli komunikasi.
Tingkatan
komunikasi dari berbagai ilmu, tahap pertama adalah komunikasi sampai dari
pihak pertama ke pihak kedua, tanpa noise. Dari ilmu antropologi, ditambahkan
bahwa kedua pihak harus saling mengerti. Dari ilmu komunikasi, ditambahkan
bahwa harus ada interaksi transaksi. Dari ilmu psikologi, harus menggetarkan
hati .
Saat
ini banyak pasangan yang genting. Lihatlah kelebihan, kekurangan pasti banyak.
Prinsip
Mas Pepeng, pantang mati sebelum ajal. Betapa banyak saat ini manusia yang
sepertinya hidup, padahal mereka adalah zombie, yang selalu berkeluh kesah. You
get what you think. Tidak mungkin galah kalau dekat dengan Allah. Kalau tidak
senang, apa harus marah? Mereka yang marah, itulah mereka yang mati sebelum
ajal.
No comments:
Post a Comment