Friday, July 31, 2015
Thursday, July 30, 2015
Kalaupun Harus Marah, Sebaiknya..
Yang paling betul sebenarnya adalah tidak boleh marah.
Titik.
La taghdhab wa lakal jannah. Janganlah kamu marah dan bagimu surga.
Dan cara yang cukup efektif adalah sungguh-sungguh meniatkan
di pagi hari, bahwa hari itu tidak akan marah. Tenangkan hati, bismillah.
Biasanya Alhamdulillah semua “rintangan dan tantangan” dapat dilalui dengan
tenang.
Tapi, ada hari-hari yang “meledak-ledak”, sekali lagi yang
paling betul adalah tetap tidak marah. Titik.
Tetapi, bila pun akhirnya marah, seharusnya perlu dilakukan
analisis ini :
Pertama, apakah kita marah pada sasaran yang tepat? Ada kalanya
kita sebetulnya kesal dengan anak yang besar, tapi marah ke anak yang kecil. Atau
kita stress dengan waktu yang mepet, tetapi marahnya ke pembantu. Atau kita
kesal dengan pembantu, tapi marahnya ke anak.
Jadi sebelum marah, pikirkan dulu, apa yang sebetulnya
membuat marah, dan selesaikan dengan penyebabnya itu. Sebaiknya sih tetap
dengan tidak marah, tetapi kalau pun marah, at least tepat sasaran. Dan kemungkinan
setelah berpikir, marahnya juga menjadi reda.
Kedua, apakah kita marah mengenai hal yang tepat? Ada
kalanya kita kesal karena anak makannya lama di pagi hari, tapi akhirnya marah
juga ke hal-hal lain. Marah juga ke tasnya yang belum dibereskan, marah juga ke
PR-nya 2 hari yang lalu yang lupa dikerjakan, marah juga ke kebiasaannya tidur
terlalu malam, dll dsb.
Jadi setelah sasarannya tepat, sebelum marah, pikirkan dulu,
hal apa yang sebetulnya membuat marah, dan selesaikan cukup hal itu saja.
Sebaiknya sih tetap dengan tidak marah, tetapi kalau pun marah, at least untuk
hal yang tepat. Dan kemungkinan setelah berpikir, marahnya juga menjadi reda.
Ketiga, apakah kita marah pada waktu yang tepat? Kalau
situasinya sedang terburu-buru, memang kita cenderung untuk marah. Padahal,
para bala tentara juga belum tentu menjadi lebih cepat bergerak dengan
dimarahi.
Maka pikirkan dulu, apakah dengan marah saat ini, hasilnya
akan efektif? Atau sekedar melampiaskan saja kekesalan? Dan mengorbankan surga
yang dijanjikan?
Maka pikirkan dulu, ketepatan sasasaran kemarahan, ketepatan
hal yang dibahas dalam kemarahan, ketepatan waktu untuk marah. Mudah-mudahan
marah mereda.
Pada dasarnya tidak ada hal yang lebih penting daripada
surga.
Kalau pun ada orang yang melakukan kesalahan atau
ketidaksempurnaan, then again, to err is human, nobody is perfect. Kesalahan
itu pada dasarnya kecil saja dibandingkan dengan surga.
Kalaupun ada hal yang salah, akan sangat lebih efektif bila
diperbaiki dengan cara yang baik.
Kalaupun ada waktu yang tepat untuk marah, pada dasarnya
lebih baik disampaikan tanpa marah.
Maka tetap yang terbaik adalah tidak marah. Titik.
Kalaupun rasanya harus marah, Pikirkan dulu tiga hal tadi.
Marahlah dengan tepat, atau tetap yang terbaik adalah tidak marah. Titik.
Wednesday, July 29, 2015
Friday, July 3, 2015
Wednesday, July 1, 2015
Subscribe to:
Posts (Atom)