Tuesday, April 18, 2017

Nasihat Zubair bin Awwam

Kajian disampaikan oleh Ustadz Muhit Muhammad Ishaq di Mushalla Tarbiyah, hari Kamis, 15 Rajab 1438 / 12 Apr 17.

Zubair bin Awwam termasuk orang-orang yang awal masuk Islam (assabiqunal awwalun) dan termasuk di antara 10 sahabat yang dijamin masuk surga.

Termasuk sahabat yang ikut bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, ketika baru pulang dari perang Uhud di Ahad, lalu di hari Senin pagi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengajak untuk menghadang ke Badar, karena ada berita bahwa orang Mekkah yang menang pada perang Uhud kembali ke Madinah. Penghadangan dilakukan di Badar, karena di Badar pernah ada sejarah kemenangan muslim.

Zubair bin Awwam tercatat di antara pembantu Rasulullah, yang mengerjakan pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan orang lain, pekerjaan yang unik.

Termasuk assiqunal awwalun, yang dalam surat At Taubah dikatakan bahwa rodhiyallahu anhum wa radhuanh.

Dia adalah anak laki-laki dari bibi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, yaitu sepupu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dari jalur Bapak.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa setiap nabi memiliki orang terdekat atau pengikut setia, dan pengikut setia Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam adalah Zubair bin Awwam.

Kesaksian tentang Zubair sebagai ahli surga adalah ketika sedang berada di gunung Hira, lalu gunung tersebut bergerak, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam meminta gunung tersebut untuk diam, karena di atasmu tidak ada lain kecuali Nabi, shiddiq, syahid. Saat itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam sedang bersama Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, dan Saad bin Abi Waqash.

Zubair wafat berbarengan dengan Thalhah pada perang Jamal.

Kedatangan Fatimah di perang Jamal mendamaikan kelompok Ali dan sahabat yang terpisah kota yaitu di Kuffah dan Basrah.

Ali bertemu Zubair, mereka berpelukan. Ali berkata, bagaimana mungkin aku akan berperang dengan orang yang aku antarkan masuk Islam. Dan Zubair berkata, bagaimana mungkin aku akan berperang dengan orang yang mengantarkan aku masuk Islam. Maka mereka berdamai.

Setelah perdamaian tersebut, malam harinya tanpa dikomando, ada suara mobilisasi di Basrah bahwa Kufah menyerang Basrah dan sebaliknya. Terjadilah perang dan banyak yang terbunuh. Tidak ada sahabat yang menggerakkan, sahabat menjadi korban.

Sejak fitnah Utsman, sangat terasa peran Yahudi melakukan fitnah di kalangan Islam.


Nasihat Zubair bin Awwam -1 :

Barangsiapa yang mampu memiliki simpanan sesuatu yang tersembunyi dari amal soleh, maka lakukanlah.

Kalau bisa ada amal soleh yang tidak diketahui siapa pun. Kita perlu ada amal yang bisa kita jadikan amal soleh andalan ketika mengalami kesulitan.

Seperti kisah 3 orang yang terjebak di dalam gua, yang tidak dapat meminta pertolongan kecuali pertolongan Allah, dan minta tolong dengan amal soleh yang paling ikhlas, yang tidak pernah diketahui orang lain.

Imam Al Nawawi menulis banyak buku yang baru diterbitkan ketika beliau sudah wafat. Buku tersebut ditulis dan disembunyikan di suatu tempat. Menjelang akhir hidupnya beliau berkata kepada seseorang, bahwa bila di tempat tersembunyi itu masih ada buku yang belum diterbitkan, maka publikasikan. Kalau sudah tidak ada lagi buku yang belum diterbitkan, maka beliau menganggap bahwa dirinya masih kurang teruji keikhlasannya.

Yang membedakan amal diterima atau tidak adalah pada ikhlas. Sebagaimana pada surat Al Al Maauun, bahwa orang yang secara lahiriyah melakukan shalat, menjadi sia-sia ketika riya’.
Tapi di sisi lain, ada mereka yang tidak ikut beramal, tertinggal di Madinah pada perang Tabuk, karena sakit atau tidak punya biaya untuk berangkat, tetap mendapatkan pahala mujahid, karena meskipun tidak bisa ikut, hatinya tetap bersama mereka yang berangkat. Itulah kekuatan keikhlasan.

Abdullah Daud mengatakan bahwa para salafus shalih senang melakukan amal tersembunyi, yang bahkan istri nya pun tidak mengetahuinya.

Di antara pertolongan Allah adalah kalau bisa melakukan “wasiat Zubairiyah”, yaitu beramal tersembunyi. Sebagaimana orang bersedekah yang disembunyikan sampai tangan kiri tidak tahu apa yang dilakukan oleh tangan kanannya.


Nasihat Zubair bin Awwam – 2 (tsiqah billah) :

Ketika Zubair di perang Jamal, ia berkata pada anaknya yaitu Abdullah bin Zubair, “Wahai anakku, sesungguhnya dalam perang ini tidak ada yang terbunuh kecuali zalim atau terzalimi. Saya berkeyakinan akan terbunuh sebagai orang terzalimi. Kegelisahan saya yang terbesar adalah hutang.”

Zubair memiliki banyak hutang walaupun ia adalah orang yang kaya. Hal ini karena ketika ada orang menitipkan uang kepadanya, ia menyatakan uang tersebut sebagai hutang, sehingga ia memiliki kewenangan untuk menggunakan. Ini adalah pertanda bahwa orang percaya bila menitipkan pada Zubair maka uangnya akan aman.

Lanjutan perkataan Zubair kepada anaknya, “Apa kau melihat bahwa hutang ini bisa menyisakan harta (bahwa harta Zubair cukup untuk menutupi hutangnya)?. Wahai anakku kalau kamu nanti merasa lemah bayar hutang, minta tolong pada tuanku.” Abdullah bin Zubair bertanya, siapa yang dimaksud sebagai tuannya itu. Zubair menjawab bahwa tuannya adalah Allah.

Maka kata Abdullah bin Zubair, setiap kali ia mengalami kesulitan untuk membayar hutang ayahnya, ia berkata, “Wahai tuannya Zubair, bayarkanlah hutangnya,” dan kemudian Allah memberikan kemudahan.

Kisah tentang Zubair dapat dibaca pada Riyadush Shalihin pada bab Amanah.


Untuk mayar hutang Zubair tersebut diperlukan 5 musim haji, dengan pegumumuman pada jamaah haji yang datang, karena Zubair pernah tinggal di Madinah, Basrah, Kuffah, dan Mesir dan banyak orang menitipkan hartanya pada Zubair. Setelah 5 kali pengumuman, barulah selesai pembayaran hutang tersebut.

No comments: