Kajian disampaikan oleh Ustadz Muhit
Muhammad Ishaq di Mushalla
Tarbiyah, hari Kamis, 15
Rajab 1438 / 12 Apr 17.
Zubair bin
Awwam termasuk orang-orang yang awal masuk Islam (assabiqunal awwalun) dan
termasuk di antara 10 sahabat yang dijamin masuk surga.
Termasuk
sahabat yang ikut bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, ketika baru
pulang dari perang Uhud di Ahad, lalu di hari Senin pagi Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam mengajak untuk menghadang ke Badar, karena ada berita bahwa
orang Mekkah yang menang pada perang Uhud kembali ke Madinah. Penghadangan
dilakukan di Badar, karena di Badar pernah ada sejarah kemenangan muslim.
Zubair bin
Awwam tercatat di antara pembantu Rasulullah, yang mengerjakan pekerjaan yang
tidak bisa dikerjakan orang lain, pekerjaan yang unik.
Termasuk
assiqunal awwalun, yang dalam surat At Taubah dikatakan bahwa rodhiyallahu
anhum wa radhuanh.
Dia adalah
anak laki-laki dari bibi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, yaitu sepupu
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dari jalur Bapak.
Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa setiap nabi memiliki orang
terdekat atau pengikut setia, dan pengikut setia Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam adalah Zubair bin Awwam.
Kesaksian tentang
Zubair sebagai ahli surga adalah ketika sedang berada di gunung Hira, lalu gunung
tersebut bergerak, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam meminta gunung
tersebut untuk diam, karena di atasmu tidak ada lain kecuali Nabi, shiddiq,
syahid. Saat itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam sedang bersama Abu
Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, dan Saad bin Abi Waqash.
Zubair wafat
berbarengan dengan Thalhah pada perang Jamal.
Kedatangan
Fatimah di perang Jamal mendamaikan kelompok Ali dan sahabat yang terpisah kota
yaitu di Kuffah dan Basrah.
Ali bertemu
Zubair, mereka berpelukan. Ali berkata, bagaimana mungkin aku akan berperang
dengan orang yang aku antarkan masuk Islam. Dan Zubair berkata, bagaimana
mungkin aku akan berperang dengan orang yang mengantarkan aku masuk Islam. Maka
mereka berdamai.
Setelah
perdamaian tersebut, malam harinya tanpa dikomando, ada suara mobilisasi di
Basrah bahwa Kufah menyerang Basrah dan sebaliknya. Terjadilah perang dan
banyak yang terbunuh. Tidak ada sahabat yang menggerakkan, sahabat menjadi korban.
Sejak fitnah
Utsman, sangat terasa peran Yahudi melakukan fitnah di kalangan Islam.
Nasihat
Zubair bin Awwam -1 :
Barangsiapa
yang mampu memiliki simpanan sesuatu yang tersembunyi dari amal soleh, maka
lakukanlah.
Kalau bisa
ada amal soleh yang tidak diketahui siapa pun. Kita perlu ada amal yang bisa
kita jadikan amal soleh andalan ketika mengalami kesulitan.
Seperti
kisah 3 orang yang terjebak di dalam gua, yang tidak dapat meminta pertolongan
kecuali pertolongan Allah, dan minta tolong dengan amal soleh yang paling
ikhlas, yang tidak pernah diketahui orang lain.
Imam Al
Nawawi menulis banyak buku yang baru diterbitkan ketika beliau sudah wafat.
Buku tersebut ditulis dan disembunyikan di suatu tempat. Menjelang akhir
hidupnya beliau berkata kepada seseorang, bahwa bila di tempat tersembunyi itu
masih ada buku yang belum diterbitkan, maka publikasikan. Kalau sudah tidak ada
lagi buku yang belum diterbitkan, maka beliau menganggap bahwa dirinya masih
kurang teruji keikhlasannya.
Yang
membedakan amal diterima atau tidak adalah pada ikhlas. Sebagaimana pada surat
Al Al Maauun, bahwa orang yang secara lahiriyah melakukan shalat, menjadi
sia-sia ketika riya’.
Tapi di sisi
lain, ada mereka yang tidak ikut beramal, tertinggal di Madinah pada perang
Tabuk, karena sakit atau tidak punya biaya untuk berangkat, tetap mendapatkan pahala
mujahid, karena meskipun tidak bisa ikut, hatinya tetap bersama mereka yang
berangkat. Itulah kekuatan keikhlasan.
Abdullah
Daud mengatakan bahwa para salafus shalih senang melakukan amal tersembunyi, yang
bahkan istri nya pun tidak mengetahuinya.
Di antara
pertolongan Allah adalah kalau bisa melakukan “wasiat Zubairiyah”, yaitu beramal
tersembunyi. Sebagaimana orang bersedekah yang disembunyikan sampai tangan kiri
tidak tahu apa yang dilakukan oleh tangan kanannya.
Nasihat
Zubair bin Awwam – 2 (tsiqah billah) :
Ketika
Zubair di perang Jamal, ia berkata pada anaknya yaitu Abdullah bin Zubair, “Wahai
anakku, sesungguhnya dalam perang ini tidak ada yang terbunuh kecuali zalim
atau terzalimi. Saya berkeyakinan akan terbunuh sebagai orang terzalimi.
Kegelisahan saya yang terbesar adalah hutang.”
Zubair
memiliki banyak hutang walaupun ia adalah orang yang kaya. Hal ini karena
ketika ada orang menitipkan uang kepadanya, ia menyatakan uang tersebut sebagai
hutang, sehingga ia memiliki kewenangan untuk menggunakan. Ini adalah pertanda
bahwa orang percaya bila menitipkan pada Zubair maka uangnya akan aman.
Lanjutan
perkataan Zubair kepada anaknya, “Apa kau melihat bahwa hutang ini bisa
menyisakan harta (bahwa harta Zubair cukup untuk menutupi hutangnya)?. Wahai
anakku kalau kamu nanti merasa lemah bayar hutang, minta tolong pada tuanku.”
Abdullah bin Zubair bertanya, siapa yang dimaksud sebagai tuannya itu. Zubair
menjawab bahwa tuannya adalah Allah.
Maka kata
Abdullah bin Zubair, setiap kali ia mengalami kesulitan untuk membayar hutang
ayahnya, ia berkata, “Wahai tuannya Zubair, bayarkanlah hutangnya,” dan
kemudian Allah memberikan kemudahan.
Kisah
tentang Zubair dapat dibaca pada Riyadush Shalihin pada bab Amanah.
Untuk mayar
hutang Zubair tersebut diperlukan 5 musim haji, dengan pegumumuman pada jamaah
haji yang datang, karena Zubair pernah tinggal di Madinah, Basrah, Kuffah, dan Mesir
dan banyak orang menitipkan hartanya pada Zubair. Setelah 5 kali pengumuman,
barulah selesai pembayaran hutang tersebut.
No comments:
Post a Comment