Thursday, January 26, 2012

Model Masyarakat Ideal

Saya mencoba merumuskan tatanan masyarakat yang ideal, walaupun tentunya masih dalam konsep awal, yang entah dari mana memulai mewujudkannya, kalaupun benar ini adalah model masyarakat yang ideal :-)

Prinsip utama adalah sesuai surat Al Qashash 77 :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi. (Al Qashash : 77)”.

Dari sini ada 2 hal penting, yaitu pertama bahwa tujuan utama kehidupan adalah persiapan untuk akhirat. Dan yang kedua, bahwa kehidupan dunia, tingkatnya sekedar “janganlah kamu melupakan bahagianmu”.

Maka, jika diproporsikan, kegiatan seseorang dalam kehidupannya, seharusnya yang terutama adalah mempersiapkan akhirat. Baru yang berikutnya, dengan tingkat sekedarnya, untuk kehidupan dunia. Atau dapat juga dibuat model yang lain, yaitu kalaupun aktivitas untuk dunianya memiliki proporsi yang cukup besar, dia harus membingkainya dalam rangka persiapan untuk akhiratnya.

“Hidup sekedarnya untuk dunia” itu bukan berarti seseorang menjadi tidak produktif, tidak profesional, dan miskin papa. Rasulullah dan para sahabat adalah para pedagang yang sukses.

Dengan model ini, ketika sebuah industri membuat produk dan jasa, bukan semata-mata mengejar profit. Namun selalu mempertimbangkan manfaat produk tersebut bagi penggunanya, apakah mendukung persiapannya menuju akhirat. Di sini, masalah perusakan lingkungan juga tidak akan terjadi, karena itu sudah termasuk dalam pertimbangan pelaksanaan suatu proyek. Hehehe mungkin terjadi ngga ya?

Prinsip kedua berkaitan dengan cara seorang muslim dalam mencari dan menyebarkan ilmu. Sebagai salah satu cabang iman, seorang muslim wajib mencari ilmu, dan setelah itu wajib mengajarkan dan mengamalkannya.

Maka, untuk masalah ilmu, seseorang akan dengan suka rela membagi ilmunya. Guru seharusnya tidak dibayar. Guru itu sendiri yang merasa perlu untuk membagi ilmunya. Membagi ilmu adalah bagian dari aktivitasnya untuk mempersiapkan akhirat. Bagaimana dengan ilmu duniawi, misalnya kedokteran, ekonomi, perdagangan, seni? Apakah juga termasuk dalam persiapan akhirat? Selama ilmu tersebut mendukung persiapan akhirat, maka dapat dikatakan masih masuk dalam persiapan akhirat. Jika tidak, maka tidak perlu disebarkan :-) Lalu dari mana sumber pendapatan guru? Guru harus memiliki pekerjaan lain. Seperti Bu Mus di kisah Laskar Pelangi, yang mengajar juga menjahit. Dia mengajar tanpa dibayar, dari menjahit lah dia hidup.

Dengan model ini, semua orang memiliki akses ke ilmu pengetahuan. Semua orang berkesempatan untuk memiliki kemampuan. Setiap orang berkesempatan untuk memiliki kehidupan yang baik.

Ini tentunya sangat "debatable", karena saat ini, guru adalah sebuah profesi yang menjadi sumber pendapatan. Namun, jika ini diteruskan, maka suatu saat nanti (atau malah sudah terjadi sekarang), pendidikan bisa menjadi sesuatu yang sangat mahal dan hanya bisa diperoleh oleh kalangan terbatas. Maka sebagian besar masyarakat akan menjadi orang tak terdidik, yang akan menyebabkan masalah bagi masyarakat itu sendiri.

Prinsip ketiga, keterbukaan pasar. Bahwa di jaman Rasulullah, pasar bukanlah pasar tetap. Pada hari pasar, siapapun bisa datang dan berdagang.

Sementara itu dulu, kapan-kapan dilanjutkan lagi :-)

No comments: