Ceramah hari ini disampaikan oleh Ust.Abdul Muhit Murtadho.
Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan berkaitan dengan shalat karena lupa atau ada keraguan.
Ada dua pendapat tentang sujud sahwi, ada yang menyatakan wajib ataupun sunnah. Yang lebih kuat adalah yang menyatakan wajib.
Pelaksanaan sujud sahwi ada yang menyatakan sebelum atau sesudah salam. Ada juga yang menyatakan jika kesalahan karena kurang, sujud sahwi sebelum salam, dan jika karena kurang, sujud sahwi setelah salam.
Namun pendapat yang lebih kuat sebagaimana dari Sayyid Sabiq dan Ibnu Taimiyah, pelaksanaan sujud sahwi sesuai dengan kasus yang pernah dilakukan oleh Rasulullah.
Dalam hadits dijelaskan :
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengimami kami shalat pada salah satu dari dua shalat petang, mungkin shalat Zhuhur atau Ashar. Namun pada raka’at kedua, beliau sudah mengucapkan salam. Kemudian beliau pergi ke sebatang pohon kurma di arah kiblat masjid, lalu beliau bersandar ke pohon tersebut dalam keadaan marah. Di antara jamaah terdapat Abu Bakar dan Umar, namun keduanya takut berbicara. Orang-orang yang suka cepat-cepat telah keluar sambil berujar, “Shalat telah diqoshor (dipendekkan).” Sekonyong-konyong Dzul Yadain berdiri seraya berkata, “Wahai Rasulullah, apakah shalat dipendekkan ataukah anda lupa?” Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menengok ke kanan dan ke kiri, lalu bersabda, “Betulkan apa yang dikatakan oleh Dzul Yadain tadi?” Jawab mereka, “Betul, wahai Rasulullah. Engkau shalat hanya dua rakaat.” Lalu beliau shalat dua rakaat lagi, lalu memberi salam. Sesudah itu beliau bertakbir, lalu bersujud. Kemudian bertakbir lagi, lalu beliau bangkit. Kemudian bertakbir kembali, lalu beliau sujud kedua kalinya. Sesudah itu bertakbir, lalu beliau bangkit.” (HR. Bukhari no. 1229 dan Muslim no. 573)
Maka, jika ada kekurangan rakaat yang baru disadari setelah shalat selesai, tidak perlu mengulang dari awal. Berdiri, tambahkan kekurangan, tasyahud akhir, salam, sujud sahwi.
Untuk makmum masbuk (terlambat), ketika imam salam, seharusnya makmum berdiri menambah kekurangan rakaatnya. Jika makmum tersebut lupa dan ikut salam, kemudian ingat (baik diingatkan maupun ingat sendiri), tambahkan kekurangan, salam, sujud sahwi.
Jika kesalahan karena kurang melaksanakan kewajiban dalam shalat, misalnya tidak melakukan tasyahud awal, lakukan sujud sahwi sebelum salam.
Jika kesalahan kelebihan rakaat, misalnya dzuhur 5 rakaat, sujud sahwi setelah salam.
Jika ragu-ragu, misalnya di rakaat ke 2 atau ke 3, maka pilih yang paling meyakinkan, dalam hal ini pilih yang lebih kecil. Kemudian sujud sahwi sebelum salam.
Sujud sahwi dilakukan baik pada shalat fardhu maupun shalat sunnah.
Dilakukan 2 kali, dengan duduk di antara kedua sujud.
Sujud syukur dan sujud tilawah dilakukan hanya 1 kali. Sujud syukur tidak boleh dilakukan dalam shalat.
Jika kesalahan terjadi berulang, misalnya ada dua kesalahan dalam 1 shalat, misalnya ragu-ragu dengan jumlah rakaat, dan tidak tasyahud awal, maka sujud sahwi tetap dilakukan 1 kali (2 sujud), tidak perlu 2 kali (4 sujud).
Jika imam melakukan kesalahan, makmum laki-laki mengingatkan dengan mengatakan “Subhanallah” dan makmum perempuan mengingatkan dengan menepukkan telapak tangan ke punggung tangan.
Jika imam diingatkan, maka ada dua kondisi :
Jika imam memang dalam keadaan ragu, maka imam wajib merespon peringatan tersebut.
Jka imam yakin, maka imam tidak wajib merespon peringatan makmum.
Keyakinan imam sebaiknya disesuaikan dengan kondisi. Jika yang mengingatkan hanya 1-2 orang, maka bisa jadi memang keyakinan imam tersebut yang benar. Namun jika yang mengingatkan adalah seluruh jamaah, maka kemungkinan besar imam memang melakukan kesalahan.
Jika imam salah, sudah diingatkan, namun tidak merespon, maka makmum tetap wajib mengikuti imam. Karena imam ditunjuk untuk diikuti.
Jika makmum masbuk di rakaat ke-3, imam melakukan kesalahan di rakaat ke-1, sehingga makmum masbuk sebenarnya tidak ikut melakukan kesalahan, makmum tetap mengikuti imam melakukan sujud sahwi. Kembali ke prinsip bahwa imam ditunjuk untuk diikuti.
Jika imam melakukan kesalahan, tetapi tidak melakukan sujud sahwi. Ada dua pendapat untuk makmum. Yang pertama, makmum tidak perlu sujud sahwi, karena mengikuti imam. Pendapat kedua berdasarkan sujud sahwi yang merupakan kewajiban imam maupun makmum, sehingga jika imam tidak melakukan sujud sahwi, tidak berarti menggugurkan kewajiban makmum untuk sujud sahwi.
Sifat sujud sahwi sama dengan sifat sujud shalat. Bacaan juga sama dengan sujud biasa. Dengan takbir sebelum maupun sesudah sujud, kemudian salam, tidak perlu tasyahud.
Sujud sahwi dilakukan jika kesalahan berlaku untuk hal yang wajib dalam shalat. Jika kesalahan dalam hal yang sunnah (misalnya lupa membaca surat setelah Al Fatihah), maka tidak perlu sujud sahwi. Jika kesalahan dalam rukun shalat, maka rakaat yang ditinggalkan rukunnya tersebut diabaikan (dianggap tidak dilakukan, perlu diulang untuk rakaat tersebut saja).
Sujud syukur dan sujud sahwi sama dengan sujud biasa. Sujud syukur dilakukan ketika menerima berita gembira apa saja. Sahabat Ka’ab bin Malik sujud syukur ketika mendapat berita bahwa taubatnya diterima. Rasulullah sujud syukur setiap menerima kabar gembira. Ali Bin Abi Thalib sujud syukur ketika mendengan seorang Khawarij terbunuh. Abu Bakar Ash Shiddiq sujud syukur ketika Musailamah al Kadzab (seorang yang mengaku sebagi nabi) terbunuh.
Sujud syukur dan sujud tilawah tidak perlu dilakukan dengan menghadap kiblat dan boleh dalam keadaan tidak berwudhu. Jika sedang di kendaraan ataupun di jalan, sujud tilawah dapat dilakukan dengan menundukkan kepala.
Rukun, kewajiban, dan sunnah dalam shalat dapat dilihat antara lain di link berikut :
http://assunnahsurabaya.wordpress.com/2011/04/07/rukun-wajib-dan-sunnah-sunnah-shalat/
No comments:
Post a Comment