Dari ceramah dzuhur di kantor hari ini, dari Ust. Muhsinin Fauzi. Mohon maaf saya hanya hadir di 30 menit terakhir. Tetapi mudah-mudahan ada hal yang bermanfaat.
Taubat sebaiknya dijadikan ritual rutin setiap hari.
Dibandingkan dengan para Sahabat, sebenarnya ilmu kita dapat dikatakan lebih luas, karena kita mempelajari banyak hal. Namun, dengan ilmu yang terbatas, para Sahabat telah membuktikan penghambaannya kepada Allah SWT, sehingga menjadi manusia yang mulia. Sedangkan kita lebih banyak hanya mempelajari saja ilmunya, tanpa implementasi secara hakiki.
Contohnya di masa sekarang, pada pelaksanaan ruqyah, sebenarnya yang penting bukan apa yang dibaca, tetapi siapa yang membaca. Pada orang yang mulia, bacaan yang sederhana pun dapat menjadi doa yang manjur.
Di usia yang sudah menjelang 40 tahun, 60 tahun, sudah saatnya untuk serius dengan hidup, tidak lagi main-main. Sudah saatnya untuk mendaki kemuliaan.
Empat kategori manusia yang diberi karunia :
1. Nabi, yang sepenuhnya membuktikan kehambahaan kepada Allah, sampai ”mentok”.
2. Ash-shidiqin, yang sepenuhnya membuktikan kehambahaan kepada Allah, semua dipertaruhkan untuk Allah, tetapi tidak sampai se-”mentok” Nabi. Yang masuk kriteria ini adalah para Sahabat.
3. Asy-syuhada, yang sepenuhnya membuktikan kehambaan kepada Allah dengan miliknya yang paling mahal, yaitu nyawa. Bagi mereka tidak akan lagi dihitung amalan lainnya, mereka akan masuk surga.
4. Ash-sholih, yang membuktikan kehambaan kepada Allah, dengan sebagian miliknya. Sebagaimana hukum bersedekah, maka maksimal 1/3 diberikan kepada orang lain, 2/3 digunakan untuk kepentingan kita sendiri.
Untuk kategori Ash-sholih, ada tingkatan-tingkatannya. Semakin mendaki, semakin banyak yang diperhambahkan, semakin besar yang dikorbankan, maka semakin mulialah orang tersebut.
Beberapa kalimat taubat yang sebaiknya dihafalkan untuk dirutinkan dibaca (untuk bahasa Arab sebaiknya dibaca langsung dari huruf Arabnya, agar tidak terjadi kesalahan huruf) :
1. Taubat Nabi Yunus a.s (QS Al Anbiya 87)
2. Taubat Nabi Adam a.s (QS Al A’raf 23)
3. Taubat Nabi Muhammad SAW : Rabbighfirli wa tub alayya innaka antat tawwaabur rahiim
4. Taubat Aisyah : Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa’fuanni
5. Sayyidul istighfar : Allahumma anta rabbi laa ilaha illa anta kholaqtani wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu a’udzubika min syarri ma shona’tu abu-u laka bini’matika ‘alaiyya wa abu-u bidzanbi faghfirli fa innahu laa yaghfirudz-dzunuuba illa anta
Berikut adalah beberapa penjelasan atas sayyidul istighfar tersebut :
1. Tujuan hidup pada dasarnya hanya satu. Yaitu untuk menjadi hamba yang benar. Haji adalah contoh analogi yang tepat dari tujuan itu. Haji ganjarannya hanya satu, yaitu mabrur. Pelaksanaan haji pada dasarnya memastikan hamba menjalankan hal yang benar, dan menghindarkan larangan, walaupun jika dipikirkan secara logis, beberapa ritual dalam haji dapat dikatakan kurang rasional.
2. Sebenarnya, kita telah memiliki banyak komitmen dan janji kepada Allah. Pertama adalah janji ”Bala syahidna”, setelah itu janji kita pada setiap shalat dalam doa iftitah. Seringkali kita baru hanya memiliki agama, tetapi belum benar-benar beragama. Janji kepada Allah sungguh bukan perkara yang remeh. Pada tahap penghambaan yang tinggi, maka diiri tidak lagi memiliki kepentingan atas diri, semua hanya untuk ridha Allah.
3. Masytatho'tu : semampuku, bukan semauku
4. Di tahap terakhir sayyidul istighfar, jika dosa diumpamakan seperti penyakit, maka seperti kita telah menemukan virus penyebabnya, kita masuk ke ruang isolasi, dan meminta kepada Allah untuk mengampuni dosa tersebut. Jika ada yang pernah melihat gambar dampak negatif merokok (gambar orang dengan berbagai penyakit di berbagai bagian tubuhnya), mungkin seperti itulah gambaran kita dengan dosa-dosa yang diperbuat oleh seluruh tubuh kita. Naudzubillahi min dzalik.
5. Saat kita meminta Allah mengampuni dosa maka Allah langsung hilangkan semua dosa kita. Seolah-olah badan yang bebas dari berbagai penyakit, yang siap untuk memulai dari 0 dalam kehidupan, mengejar segala ketertinggalan.
Taubat juga memiliki fadhilah, yaitu manfaat bagi kehidupan kita. Taubat adalah kebaikan. Untuk di dunia, taubat akan membawa limpahan karunia, menjauhkan dari kekeringan, memudahkan harta dan anak.
Bagi manusia yang tidak lagi memiliki dosa kepada Allah, tidak ada penghalang antara dia dengan Allah, maka semua doanya dikabulkan, semua kehidupannya akan berjalan dengan lancar.
Taubat yang dilakukan secara rutin dapat diumpamakan seperti sistem antivirus. Jika taubat dilakukan secara serius, akan menimbulkan selera kebaikan. Tidak lagi akan menyukai kemaksiatan. Makanan haram keluar. Pandangan, pendengaran, pembicaraan yang haram tidak bisa terjadi.
Taubat yang benar, akan berdampak kepada orang tersebut, tidak akan mengulangi lagi. Jika mengulangi lagi, maka mungkin ada kekurangan. Mungkin kekurangannya pada penyesalan, pembuktian, atau kurangnya ilmu, sehingga tidak memahami bahwa yang dilakukan adalah salah, atau jatuh ke kesalahan yang lain. Jika karena kelemahan atau kekhilafan, semoga tidak membatalkan taubat yg pertama, semoga tetap dimaafkan Allah. Namun jika dilakukan dengan sengaja, apalagi direncanakan, maka taubat harus diulang. Ini salah satu pentingnya taubat dirutinkan setiap hari.
Sedikit di luar topik. Dalam hukum Islam, pada kasus seseorang wafat karena hal yang mungkin dapat dianggap bunuh diri, perlu diputuskan oleh pengadilan apakah hal tersebut termasuk bunuh diri. Jika memang bunuh diri, maka tidak dishalatkan. Untuk negara bukan berdasarkan hukum Islam, cukup kita berdoa semoga Allah memaafkan orang tersebut.
Demikian catatan ceramah dzuhur kali ini, semoga Allah mudahkan kita semua untuk menjalankannya. Aamiin.
No comments:
Post a Comment