Dari Ceramah Dzuhur di kantor siang ini, pembahasan yang sangat mendasar dari Ust. Muhsinin Fauzi. Sebenarnya saya (sekali lagi hehe..) tidak hadir dari awal, tapi mudah-mudahan ada yang bisa menjadi hikmah.
Bersyukur adalah situasi batin yang terus merasakan kenikmatan atas karunia Allah.
Berkembangnya kapitalisme dan semakin meluasnya globalisasi, menyebabkan kita selalu dikejar target, yang ternyata dapat mengarah menjadi sikap kurang bersyukur, melupakan syukur.
Target, sebagaimana yang kita sering alami sendiri, semakin lama semakin meningkat. Tidak pernah ada target yang mundur. Jika saat ini kita berhasil meningkatkan penjualan 10% misalnya, maka tahun depan akan ditarget menjadi 15%. Tidak mungkin menjadi 5%. Dan itu terjadi terus menerus. Terus meningkat.
Dalam mengejar target, kita jadi seolah-olah melupakan syukur. Kita melihat yang belum kita dapatkan, dan melupakan yang sudah kita dapatkan.
Rasa ingin mendapatkan lebih bukan merupakan hal yang salah. Tetapi kita harus bisa merasa bahagia dengan yang sudah kita dapatkan.
Yang sering terjadi saat ini, begitu kita memperoleh yang kita inginkan, kita langsung mengeset target berikutnya.
Contohnya, hari ini masuk kerja, kita langsung memasang target dalam 2 tahun promosi. Hari ini kita dipromosi, kita langsung pasang target promosi lebih tinggi lagi.
Saat ini di kalangan motivator, mulai dimasyarakatkan metode "menikmati kemenangan-kemenangan kecil". Keberhasilan-keberhasilan kecil yang diperoleh kita nikmati, agar hati lebih tenang dan tenteram.
Maka salah satu tips untuk dapat bersyukur adalah fokus terhadap apa yang sudah didapatkan dan jangan berfokus kepada apa yang belum didapatkan.
Bersyukur artinya menikmati yang didapatkan.
Kabahagiaan artinya merasakan kenikmatan atas yang didapatkan.
Sehingga bersyukur dan bahagia adalah hal yang sangat saling berkaitan.
Penelitian menemukan bahwa tingkat kebahagiaan masyarakat modern menurun drastis. Survei terhadap 11 kota di Indonesia tentang tingkat kebahagiaan, menunjukkan bahwa 50% orang Jakarta tidak bahagia. Orang Medan paling tidak bahagia, dan orang Semarang paling bahagia.
Jika kita bersyukur Allah akan meridhai.
Bersyukur pada dasarnya adalah ibadah hati yang cukup mudah. Hanya dibutuhkan konsentrasi bati, tidak diperlukan waktu dan posisi khusus. Dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja.
Terdapat tiga kategori tingkatan syukur :
Tingkat pertama, bersyukur atas karunia Allah yang kebetulan kita sukai.
Bersyukur ini adalah bersyukur tingkat paling dasar, tingkat awam. Namun tetap perlu kerja keras untuk dapat membiasakannya.
Tingkat kedua, bersyukur atas karunia yang datang dari Allah yang tidak kita sukai.
Harus diyakini bahwa mata manusia tidak seawas iradah Allah. Harus diyakini bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik. Dengan tingkat syukur seperti ini, apapun yang terjadi di luar kita tidak akan membuat kita sedih. Karena kebaikan belum tentu ada pada yang kita sukai.
Tingkat ketiga, bersyukur kepada Allah tanpa melihat karunia.
Bersyukur tertinggi, tanpa kepentingan. Selama datang dari Allah, maka disyukuri.
Apakah lalu dengan kondisi seperti ini maka jadi tidak ada dinamika?
Ternyata justru sebaliknya.
Dalam bab lain kehidupan, ada perintah meningkatkan kebaikan, yang juga harus tetap dilakukan. Justru dengan rasa syukur, dengan kelapangan hati, bisa meningkatkan potensi. Jika hati keruh, potensi tidak keluar, justru sulit untuk meningkatkan kebaikan. Hal ini berlaku umum, dalam kita menyikapi orang lain. Penerimaan akan mendatangkan potensi, penolakan akan menurunkan potensi.
No comments:
Post a Comment