Dalam bahasa Indonesia, ikhlas didefinisikan sebagai rasa tulus, tanpa pamrih, tanpa mengharapkan balas jasa dan penghargaan. Biasanya dalam percakapan, sering diucapkan, "Bener nih, ikhlas ya?", dan jawabannya, "Iya bener kok, saya ikhlas."
Dalam Islam, definisi ini cukup relevan, hanya perlu sedikit tambahan. Yaitu, rasa tulus, tanpa pamrih, tanpa mengharap balas jasa dan penghargaan dari sesama manusia. Rasa bahwa kita melakukan sesuatu hanya untuk Allah, hanya mengharapkan ridha-Nya. Jika dilandasi dengan ikhlas, kita melakukan sesuatu karena yakin hal itu adalah hal yang benar, yang akan membawa kita kepada ridha Allah.
Karena itu, dalam konteks ikhlas dalam Islam, pertanyaan tadi, "Bener nih, ikhlas ya?" akan menjadi pertanyaan yang tidak perlu dijawab, karena jika kita benar-benar ikhlas, melakukan itu karena Allah, bagi kita hanya Allah yang perlu mengetahui kepastiannya.
Dengan landasan ikhlas, kita tidak memerlukan apresiasi dari siapa pun. Reaksi orang lain, baik itu memuji ataupun mencela, menyalahkan atau membenarkan, tidak mempengaruhi keberlanjutan apa yang kita lakukan.
Pujian dan apresiasi cukup dibalas dengan ucapan terima kasih, sebagai penghargaan atas kebaikan hati orang itu. Tetapi dalam hati kita, pujian itu dikembalikan kepada Allah, yang telah membimbing kita selama melakukan hal tersebut. Segala puji hanya bagi-Nya.
Kritik dan celaan diterima tidak menjadikan kita frustasi, tetapi kita anggap sebagai masukan bahwa memang masih banyak hal yang perlu diperbaiki.
Kita tidak akan pernah merasa putus asa, karena kita berorientasi pada proses, hasil akhir bukan di dunia, kita selalu masih bisa melakukan sesuatu.
Kita juga tidak akan pernah menuntut. Tidak akan ada ucapan, "Aku kan sudah buat ini, harusnya kamu begini dong". Kalaupun kita meminta seseorang melakukan sesuatu, tidak lain adalah untuk kebaikan orang itu sendiri.
Kita tidak akan pernah merasa kecewa di dunia, karena memang kita tidak mensasar suatu target. Target di dunia kita jadikan standar kualitas proses, semata-mata untuk memastikan bahwa kita telah melakukan hal yang benar secara hukum alam di dunia.
Namun, ikhlas bukan berarti pasrah dan tidak produktif. Ikhlas justru membuat seseorang ingin terus beramal, berkarya, untuk Dia yang diharapkan ridha-Nya.
Segala reaksi yang terjadi atas apa yang kita lakukan di dunia, hanya kita masukkan ke zona rasio. Jika reaksinya baik artinya kita bisa lanjutkan proses tersebut. Jika reaksinya kurang baik, maka kita cari solusi untuk perbaikan.
Segala reaksi tersebut tidak kita masukkan ke zona hati. Reaksi baik tidak menimbulkan rasa bangga, apa lagi sombong. Reaksi buruk tidak menimbulkan rasa kecewa, apa lagi frustasi dan putus asa.
Karena yang terpenting adalah jangan sampai kita kecewa di akhirat nanti. Di hari ketika segala upaya tidak bisa kita lakukan lagi. Di hari ketika segala upaya kita akan dinilai. Di hari pembuktian apakah Allah ridha dan berkenan dengan apa yang telah kita persembahkan pada-Nya selama hidup kita.
Hanya itu yang sebenarnya menjadi sasaran seluruh hidup kita. Hanya itu.
No comments:
Post a Comment