Tuesday, April 28, 2015

Menyambut Bulan Rajab

Ceramah Dzuhur disampaikan oleh Ustadz Hilman Rosyad.

Kita semua sebenarnya sebentar lagi akan mati, maka mari kita maksimalkan waktu yang tersisa dengan memperbanyak ibadah dan amal baik.

Memasuki bulan Rajab, yang perlu diingat adalah bahwa dalam bulan Rajab terjadi peristiwa Isra’ Mi’raj.

Tidak perlu memperdebatkan apakah dalam Isra’ Mi’raj yang diperjalankan adalah ruh atau jasad Rasulullah, namun sebagian besar ulama menyatakan bahwa yang diperjalankan adalah ruh dan jasad Rasulullah.

Ada tiga hal yang dapat menjadi pelajaran dari Isra’ Mi’raj di bulan Rajab.

Pertama, dari perspektif Kesejarahan.

Tahun tersebut adalah Tahun Kesedihan bagi Rasulullah, karena wafatnya dua orang tercinta beliau yaitu istri beliau, Khadijah dan paman beliau, Abu Thalib.

Abu Thalib memelihara Rasulullah sejak beliau berusia 8 tahun. Abu Thalib sebenarnya memiliki kehidupan yang sulit. Beliau dapat dikatakan termasuk miskin, dengan anak yang banyak. Namun kecintaan beliau pada Rasulullah begitu mendalam. Dan sejak memelihara Rasulullah terasa banyak keberkahan bagi keluarga beliau.

Setelah wafatnya Abu Thalib, kaum Quraisy makin berani melakukan kekerasan, sehingga dapat dikatakan dakwah Rasulullah saat itu tidak berkembang lagi. Bahkan ketika beliau ke Thaif, beliau dihinakan bahkan sampai dilempari dengan batu.

Sebagai manusia biasa, Rasulullah dalam kondisi yang remuk redam, dan dalam doanya, beliau merasa gagal mengemban amanah sebagai utusan Allah.

Namun Allah menganggap beliau berprestasi, karena tetap istiqamah berdakwah, tidak tergiur dengan bujukan kaum Quraisy, dan tetap tabah dalam menghadapi kekerasan.

Maka sebagai reward, Allah berikan Isra’ Mi’raj kepada Rasulullah. Point yang penting adalah walaupun Rasulullah merasa lelah, capek, dan gagal, Allah tidak melihat hasil, Allah melihat proses dengan kesabaran menghadapi berbagai kesulitan.

Setelah pulang dari Isra’ Mi’raj, Rasulullah merasa lebih nyaman, lebih optimis, lebih bahagia. Isra’ Mi’raj memompa semangat baru bagi Rasulullah untuk melanjutkan perjuangan dan merencanakan perjalanan hijrah.

Pelajaran Kedua, adalah berkaitan dengan respon Allah terhadap peristiwa Isra’ Mi’raj.

Menjelang Isra Mi'raj, Allah menurunkan surat Adh Dhuha, di mana Allah menenangkan Rasulullah atas situasi yang sedang dihadapi.

Al Qur’an Allah turunkan melalui malaikat Jibril sebagai respon atas urusan yang dihadapi Rasulullah.

Respon Allah terhadap Isra Mi'raj, sebagaimana pada surat Al Isra’ ayat 1, hanya terhadap Isra’ saja.
Padahal secara logika, yang lebih mengagumkan adalah perjalanan Mi’raj, yang menembus tujuh langit, adanya dialog dengan malaikat Jibril tentang surga, neraka, dan penghuninya, dan akhirnya Rasulullah bertemu dengan Allah.

Sedangkan Isra’, sebenarnya “hanya” perjalanan di bumi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, dengan tidak begitu banyak kisah sepanjang perjalanan, dan di Masjidil Aqsha Rasulullah shalat 2 rakaat.

Sebagaimana dalam surat Al Isra’ ayat 1 tersebut, dinyatakan tentang wilayah Palestina yang diberkahi.

Bila dipertimbangkan secara logika, apa perlunya Allah melakukan “transit” bagi Rasulullah ke Masjidil Aqsha di Palestina, padahal mudah saja bagi Allah untuk langsung menaikkan Rasulullah dari Masjidil Haram.

Di sinilah Allah menyimpan rahasia dan tujuan, agar kita tidak pernah lupa dengan Palestina.

Palestina sempat dikuasai kaum Nasrani selama 6-7 abad, yang kemudian ditaklukkan oleh Shalahuddin Al Ayyubi. Dan Shalahuddin Al Ayyubi berpesan agar umat Islam mempelajari syariah yang benar, jangan sampai Syiah bangkit kembali.

Kemudian Islam melemah dan akhirnya Yahudi berkuasa atas Palestina sejak 1917. Tahun 1948 mereka mulai memproklamirkan negara Israel.

Menurut perkiraan, dalam 3 tahun lagi Islam akan kembali berkuasa di Palestina. Seperti yang dinyatakan pada defile pasukan Izuddin Al Qassam. Dari berbagai serangan Israel, banyak korban terutama kaum sipil. Namun pasukan Izuddin Al Qassam jauh lebih sedikit yang syahid dibandingkan dengan tentara Israel yang tewas.

Surat Al Isra’ ayat 2, 3, 4, 5, 7 menjelaskan tentang Bani Israil.

Wilayah Palestina dan sekitarnya akan menjadi pusat pertarungan kafir dan Islam. Pada krisis Irak sudah 2jt orang tewas, Suriah 1jt orang, Libya dan Mesir sekitar 200rb orang. Sungguh ini adalah konspirasi untuk mempertahankan Israel.

Namun bisa kita lihat bahwa kekuatan Israel semakin menurun. Banyak pasangan Israel yang memilih untuk tidak punya anak, sedangkan di Palestina, pasangan memiliki banyak anak. Setiap tahunnya Palestina menghasilkan 20rb huffazh (penghafal Al Qur’an).

Palestina tidak sejak dulu berada di jalan  Islam yang benar. Di tahun 60an, Palestina sama saja dengan negara lain dan bersifat sekuler. Hamas saat itu tidak bersedia untuk memimpin, karena masyarakat belum siap. Mereka memulai perjuangan dengan membangun sekolah, dan di tahun 1988 Hamas mulai memimpin dan memperbaiki masyarakat dengan Islam yang benar.

Pelajaran Ketiga, tentang kewajiban Shalat yang diperintahkan pada Isra’ Mi’raj.

Atas perjalanan Isra’ Mi’raj, banyak umat Islam yang ragu atas kebenarannya. Namun Abu Bakar Ash Shiddiq langsung membenarkan.

Isra’ Mi’raj adalah perjalanan syariah shalat 5 waktu.

Seluruh syariah yang lain yang disampaikan melalui Al Qur’an, disampaikan oleh Allah melalui malaikat Jibril. Setiap huruf dalam Al Qur’an disampaikan melalui malaikat Jibril.

Kecuali shalat.
Shalat langsung disampaikan oleh Allah.
Dan tidak disampaikan lagi dalam Al Qur’an.
Ayat dalam Al Qur’an tentang shalat banyak, bahkan tentang wudhu, tetapi tidak ada pembahasan tentang shalat fardhu yang 5 waktu.

Maka memasuki bulan Rajab, di mana di dalamnya terdapat Isra’ Mi’raj, yang pada saat itu Rasulullah menerima perintah shalat, kita ingat kembali kewajiban shalat.

Shalat sehari-hari kita lakukan. Terus menerus, Tidak ada jeda. Tidak ada rukhsakh untuk meninggalkan, hanya ada rukhsakh untuk mempersingkat atau menggabungkan waktu.

Aturan shalat sangat rigid dan kaku, dengan hadits Rasulullah yang mengatakan, “Shalatlah sebagaimana aku shalat.”

Namun walaupun shalat dilakukan terus menerus, kita tidak merasa bosan dan tidak ada efek samping. Justru banyak manfaat dan benefit dari shalat, yaitu :
1.       Sarana dzikir yang efektif
2.       Penentram jiwa
3.       Menjaga dari perbuatan keji dan munkar
4.       Merupakan indicator dari baik atau buruknya amal seseorang

Di akhirat nanti, yang pertama dihisab adalah shalat.

Bila shalatnya baik, maka amal yang lain akan baik. Perilaku kepada orang tua, suami, istri, anak, tetangga, cara mencari nafkah, menggunakan harta, bersedekah, berhaji dan berumrah.
Bila shalatnya berantakan, maka berantakan pula amal yang lainnya. 

No comments: