Ceramah Jum'at ini disampaikan oleh Ustadzah Aisyah Chotib, tentang pendidikan anak.
Yang terpenting harus kita ingat adalah bahwa anak adalah amanah Allah, bukan milik kita. Di akhir hayat nanti, kita akan dimintakan pertanggungjawaban. Dan karena merupakan amanah Allah, kita tidak berhak untuk memperlakukan anak sekehendak kita saja.
Ada 4 tipe anak :
- anak yang menjadi musuh, karena sering berseberangan dengan orang tua
- anak sebagai ujian, misalnya anak yang bermasalah dari sisi fisik maupun mental
- anak menjadi perhiasan dunia, membanggakan tapi hanya di dunia
- anak soleh dunia akhirat
Pendidikan anak menurut Nasikh Ulwan tentang pendidikan anak dalam Islam (tarbiyatul aulad fil islam), terdiri atas 5 bagian :
Pertama, tarbiyah bil qudwah hasanah, yaitu pendidikan dengan keteladanan yang baik, dengan contoh yang dilakukan oleh orang tua yang akan direkam oleh anak.
Tingkah laku anak pada dasarnya tidak akan jauh berbeda dari salah satu orang tuanya. Maka jika ada anak bermasalah, saatnya berintrospeksi dengan tingkah laku kita dahulu.
Oleh karena itu, salah satu dari empat kriteria memilih jodoh adalah faktor keturunan. Karena dari keturunan akan berpengaruh pada sifat baik, sifat buruk, bahkan penyakit. 3 kriteria lainnya adalah rupa, harta yang memenuhi kebutuhan untuk hari itu, serta agama.
Kedua, tarbiyah bil adatil islam, yaitu pendidikan dengan kebiasaan yang islami. Misalnya ketka makan diawali dengan membaca doa, melakukan segala sesuatu yang baik dengan tangan kanan, memulai segala sesuatu dari kanan. Dimulai dari orang tua, agar apa yang diajarkan di sekolah sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan di rumah. Ingatkan juga kepada para pengasuh, agar mengasuh anak sesuai dengan kebiasaan islami.
Ketiga, tarbiyah bin nashihah, yaitu pendidikan dengan nasihat. Perlu diperhatikan perbedaan antara memberikan nasihat dan "ngomel". Dua-duanya bertujuan baik, tetapi dapat memberikan dampak yang berbeda, karena disampaikan dengan cara yang berbeda baik dari pilihan kata, mimik muka, dan suasana hati.
Ustadzah memberikan contoh cara menasihati anak agar shalat tepat waktu.
Yang pertama disampaikan dengan lembut, mengingatkan bahwa adzan sudah berkumandang, dan mengajak anak untuk shalat. Serta disampaikan pesan agar di kemudian hari jika anak jauh dari orang tua, senantiasa ingat bahwa jika terdengar adzan, langsung shalat.
Yang kedua disampaikan dengan "ngomel", menyalahkan anak karena tidak segera shalat, memaksa anak untuk shalat, dan anak shalat dengan terpaksa.
Dari kedua cara tersebut, hasilnya akan berbeda.
Yang pertama, setiap mendengar adzan, anak akan teringat dengan pesan yang disampaikan ibunya dengan lembut itu, dan ingat untuk melaksanakan shalat.
Sedangkan yang kedua, setiap mendengar adzan, menjadi teringat ibunya yang sedang "ngomel".
Keempat, tarbiyah bil musyahadah bil muraqabah, yaitu pendidikan dengan memberikan perhatian.
Berikanlah perhatian penuh ketika anak meminta, karena itu artinya anak sedang membutuhkan perhatian kita.
Kegagalan anak dalam ujian, bisa jadi bukan karena anak tidak belajar, bukan juga karena anak, orang tua, dan guru tidak berdoa, juga bukan karena orang tua dan guru tidak cukup berusaha. Seringkali karena ada "kaitan batin" yang belum terselesaikan antara ketiga pihak tersebut, yang menjadikan doa menjadi terhalang.
Ustadzah memberikan contoh yang dilakukan di sekolah yang beliau pimpin, untuk anak kelas 6 menjelang ujian nasional, dilakukan doa bersama, yang diawali dengan saling memaafkan antara anak, orang tua, dan guru untuk membersihkan hati.
Kelima, tarbiyah bil uqubah, yaitu pendidikan dengan hukuman. Hukuman boleh diberikan, disesuaikan dengan usia dan tingkat kesalahan. Jangan menyakiti baik fisik maupun non fisik.
No comments:
Post a Comment