Tuesday, June 8, 2010

Ujian Keikhlasan

Melakukan perbuatan baik sebenarnya hal yang mudah. Karena fitrah manusia sebenarnya adalah berbuat baik. Setelah berbuat baik, hati akan terasa tenang. Sedangkan setelah berbuat buruk, hati akan terasa gelisah.

Seperti pada hadis yang menyatakan bahwa tanda-tanda perbuatan dosa adalah jika hatimu tidak tenang karenanya.

Maka jika hati kita gelisah, waktunya untuk menelaah lebih jauh, mungkin ada dosa yang secara tidak sadar telah kita lakukan.

Kembali ke perbuatan baik.

Berbuat baik itu mudah. Karena sesuai fitrah, maka hati pun akan senang ketika melakukan perbuatan baik. Maka kita termotivasi untuk melakukan perbuatan baik.

Bagaimana jika dinaikkan tingkatnya. Berbuat baik secara kontinyu, rutin. Mulai sulit. Sulitnya adalah melawan rasa bosan. Melawan rasa "nggak ngaruh juga kayaknya".

Yang lebih sulit lagi, berbuat kebaikan, rutin, kontinyu, dan tetap ikhlas.

Apa lagi jika kebaikan itu berhubungan dengan orang lain. Dalam arti kita berbaik hati pada orang lain. Orang lain memperoleh manfaat dari kebaikan hati kita.

Yang menjadi masalah adalah jika timbal balik dari orang tersebut tidak sesuai dengan harapan. Ketika kita mulai berpikir "mbok yao", "tau dirilah", "coba untuk mengerti", "pahami posisimu".

Maka kita sudah berada pada tataran ujian keikhlasan. Kita sudah mulai memikirkan balas budi. Memberi dan harapan menerima.

Padahal ikhlas adalah memberi karena Allah. Hanya karena Allah. Lupakan kita telah memberi. Maka dengan sendirinya kita tidak akan perlu timbal balik.

Lebih jauh lagi, sesungguhnya Allah lah pemegang dan pembolak-balik hati. Bahwa Allah telah memberikan kesempatan untuk berbuat baik, bahwa Allah telah menggerakkan hati kita untuk berbuat baik. Adalah hal yang sungguh-sungguh harus disyukuri. Adalah semata-mata anugrah Allah juga.

Karena itu sebenarnya kita tidak perlu mengakui suatu perbuatan sebagai "hasil karya" kita, maka timbal balik apa pun seharusnya tidak mempengaruhi hati kita. Kita harus bisa tetap melihatnya secara jernih, datar, netral.

Ada kesempatan kebaikan, lakukan. Lupakan.

Apakah saya jadi dimanfaatkan? Tidak perlu dipersoalkan.

Mungkin dengan begitu kita akan lebih ringan untuk tetap ikhlas dalam berbuat baik secara rutin dan kontinyu.

No comments: