Tuesday, June 29, 2010

Mudik Lebaran, Haruskah?

Dua bulan lagi Lebaran tiba.

Dan di sekitar hari Lebaran itu, kita akan mengalami lagi peristiwa nasional yang menghebohkan seluruh negeri : mudik.

Seluruh jalur transportasi akan dilipatgandakan kapasitasnya di masa mudik ini. Berbagai departemen dan perusahaan juga harus melaukan antisipasi untuk mudik. Dan tentunya mendapatkan keuntungan dari para pemudik tersebut.

Bagi mereka yang selama ini tinggal di perantauan, maka merekalah yang sibuk bersiap-siap mudik. Jika perjalanan menggunakan transportasi umum, maka perlu dilakukan pemesanan tiket jauh-jauh hari. Jika menggunakan kendaraan sendiri, maka perlu pemeriksaan kendaraan agar selamat di perjalanan. Untuk para handai taulan perlu persiapan oleh-oleh. Dan untuk semua itu, perlu biaya.

Bagi mereka yang sehari-hari sudah berada di kampung halamannya, maka mereka tidak ikut sibuk. Tapi, biasanya tetap terkena imbas, karena pembantulah yang pulang kampung. Dan daripada repot, biasanya disewalah pembantu pengganti. Biaya juga.

Kapan persiapan itu dilakukan? Tentunya menjelang bulan Syawal, di bulan Ramadhan, bahkan mungkin sejak bulan Sya'ban. Persiapan intensif, seperti belanja oleh-oleh, biasanya dilakukan di minggu-minggu terakhir Ramadhan.

Dan kapan biasa mudik mulai dilakukan? Karena mudik adalah untuk bersilaturrahim di hari Lebaran, maka berangkat biasanya di hari-hari terakhir bulan Ramadhan.

Sebenarnya bagaimana cara mengisi Ramadhan dan Lebaran yang dicontohkan Rasulullah SAW?

Pada beberapa kisah beliau digambarkan, bahwa bahkan sejak bulan Rajab, Rasulullah sudah mulai mengintensifkan ibadah termasuk puasa sunnah. Di bulan Sya'ban, Rasulullah begitu seringnya berpuasa, sampai hampir-hampir seperti pada bulan Ramadhan.

Dan di bulan Ramadhan, seluruh kegiatan dipusatkan pada ibadah. Terutama di 10 hari terakhir, di mana Rasulullah melakukan I'tikaf di masjid.

Bagaimana jika dibandingkan dengan kita yang sibuk mempersiapkan dan melakukan mudik? Rasanya akan menjadi sulit mencontoh Ramadhan Rasulullah.

Bagaimana kita dapat fokus beribadah jika harus disibukkan dengan membuat kue dan menyusun daftar oleh-oleh? Bagaimana kita bisa beritikaf, menghabiskan waktu bersama Al Qur'an di masjid-masjid Allah, jika kita sedang berada di perjalanan yang sangat macet?

Mungkin perlu dievaluasi lagi apakah memang kita harus mudik di hari Lebaran.

Kan silaturrahim? Silaturrahim dapat dilakukan kapan saja. Rasanya sama sekali tidak ada hubungannya antara Idul Fitri dan silaturrahim.

Kan di hari Lebaran semua keluarga bisa bertemu secara bersamaan? Sebenarnya ini juga bisa diatur. Cari saja jadwal pertemuan keluarga besar secara bersamaan. Semua cuti di jadwal tersebut. Biaya lebih murah, perjalanan lebih tenang karena tidak macet. Dan di bulan Ramadhan kita bisa fokus dengan ibadah.

*sekedar pemikiran yang semoga menginspirasi :-)

No comments: