Ada satu kegiatan yang dilakukan di Indonesia oleh mereka yang akan berangkat haji.
Yaitu membuat acara selamatan / syukuran, dan dalam acara tersebut calon jamaah haji akan memohon maaf atas kesalahan dan meminta doa agar perjalanan lancar dan menjadi haji mabrur.
Acara ini sudah dilakukan di Indonesia sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Dan kemungkinan, acara ini dibuat karena dulu, berangkat haji sangat sulit, bisa kembali ke tanah air, bisa juga tidak. Perjalanan dengan kapal laut memakan waktu berbulan-bulan lamanya. Maka, memang bisa dimengerti jika calon jamaah haji membutuhkan doa, dan perlu pamit dan mohon maaf atas segala kesalahan, karena bisa jadi tidak akan kembali lagi ke tanah air.
Dan mungkin mirip-mirip dengan semangat “mohon maaf” ketika Lebaran, bahwa agar dapat fokus beribadah haji, diharapkan segala “sangkutan” dengan sesama manusia sudah diselesaikan.
Saat ini, walaupun pada kegiatan haji masih ada kemungkinan kesulitan akibat banyaknya jamaah haji berkumpul dari berbagai negara pada satu waktu, namun sebenarnya perjalanan sudah sangat simpel. Untuk perjalanannya, tidak ada bedanya dengan perjalanan ke luar negeri lainnya. Keamanan dan tingkat keselamatan sudah sangat baik, prosentase jamaah yang tidak kembali sudah sangat rendah. Maka boleh dibilang,”tidak urgen lagi” untuk meminta maaf dan meminta doa.
Saya pernah mendengar ceramah dari ustadz, bahwa meminta doa ketika akan berangkat haji, sebenarnya terbalik.
Para jamaah haji akan pergi ke tanah suci, tempat ibadah dapat dilakukan dengan fokus, ibadah dijanjikan balasan berlipat ganda, banyak lokasi-lokasi untuk memanjatkan doa yang makbul.
Maka ini bisa dianalogikan seperti seseorang yang akan menghadap ke raja. Dan raja itu dapat mengabulkan berbagai permintaan rakyatnya. Maka, jika kita pada posisi tersebut, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan minta doa kepada teman-teman kita? Justru seharusnya sebaliknya, teman-teman kita yang akan “titip berbagai permintaan”, dan yang sangat baik adalah kita menawarkan kepada teman-teman kita, akan “menitipkan permintaan apa”.
Sehingga, calon jamaah haji, sebaiknya bukan minta doa, tetapi justru meminta titipan doa. Yang nanti akan disampaikan ketika “menghadap” di tanah suci.
Demikian pembahasan kali ini, mudah-mudahan dapat dipertimbangkan :-)
No comments:
Post a Comment