Mamaku sangat-sangat luar biasa.
Waktu aku kecil, di tahun 80-an, kebanyakan ibu teman-temanku menjadi ibu rumah tangga. Mama berbeda, Mama bekerja sebagai pegawai negeri. Namun, setiap hari Mama tetap sempat menyiapkan sarapan pagi, melepas kami berangkat ke sekolah dan sudah kembali ke rumah jam 3 sore.
Dan satu lagi bedanya Mama. Di kala ibu-ibu temanku umumnya lulusan SD, atau paling-paling SMP, Mama lulusan perguruan tinggi terkenal di Bandung. Di sana Mama berjumpa dengan Papa sampai akhirnya menikah.
Aku adalah anak sulung dari tiga bersaudara yang semuanya perempuan. Aku dan adik-adikku berselisih umur sekitar 1,5 sampai 2 tahun, sehingga kami bersaudara hampir sebaya.
Entah berawal dari mana, aku termasuk anak yang sulit diatur. Jika diperintah sesuatu, aku malah tidak mau. Dan semakin aku dipaksa atau ditekan, semakin aku berkeras untuk melawan. Sikap buruk ini sangat mewarnai interaksiku dengan Mama.
Ada satu kejadian kecil yang masih kuingat sampai sekarang. Waktu itu hari sudah sore, kami bertiga sedang duduk di teras belakang bersama Mama. Aku dan adik-adikku sedang makan es krim, yang kami ambil masing-masing dari kulkas.
Mama minta padaku, "Tia, ambilkan Mama es krim dong."
Aku serta merta menjawab, "Tidak mau."
Mamaku mulai kesal, "Kan tinggal ke kulkas saja, ambilkan Tia!"
Aku semakin bersikukuh, "Tidak mau!"
Aku tidak ingat lagi apa reaksi Mama saat itu. Tetapi setiap kali kuingat kejadian itu, rasanya aku sangat sedih dan menyesal.
Mama visioner. Dia tahu yang terbaik untuk anak-anaknya. Dan jika dia yakin sesuatu baik, dia akan konsisten menjalankannya.
Salah satu program Mama adalah berenang. Kami bertiga sebenarnya cukup suka juga berenang, tapi karena harus berjalan kaki kira-kira selama 30 menit perjalanan, rasanya enggan juga untuk berangkat.
Biasanya kode Mama jika akan mengajak kami berenang adalah, "Hari cerah!"
Artinya kami harus segera bersiap-siap untuk berenang. Aaarrgh!
Mama sendiri yang mengajari kami berenang. Sampai akhirnya kami bisa berenang sampai sekarang.
Hebatnya lagi, Mama seperti punya indra keenam.
Di suatu sore aku dan adik-adik lapar, membayangkan betapa nikmatnya mi ayam yang kadang-kadang Mama bawakan dari kantor. Kala itu belum ada HP, jadi harapan-harapan tidak bisa langsung dikomunikasikan. Namun ajaibnya Mama, sore itu Mama bawa pulang mi ayam! Benar-benar melebihi teknologi komunikasi manapun.
Kembali ke sikapku yang suka melawan, bukannya Mama memarahi aku jika melawan, malah Mama melakukan hal yang amat sangat sebaliknya.
Mama memilih untuk tidak pernah menyuruhku.
Apapun itu. Pergi ke warung, membantu mencuci piring, membantu memasak, mencuci baju.
Mama lakukan semua sendiri, atau menunggu inisiatifku sendiri.
Pernah suatu saat aku sempat berbicara dengan Mama tentang hal ini. Apa penjelasan Mama?
"Daripada Mama suruh kamu, lalu kamu malah melawan Mama, kamu jadi berdosa. Lebih baik Mama tidak usah suruh kamu, Mama kerjakan sendiri saja"
Astaghfirullahal azhim. Subhanallah.
Kasih sayang Mama benar-benar sepanjang hayat, bahkan sampai lebih jauh dari itu, sampai akhirat.
Selamat ulang tahun Mama, semoga Allah membalas semua kebaikan Mama dengan pahala yang berlimpah-limpah, dan semoga di akhirat nanti Allah berikan untuk Mama sebuah istana yang indah megah di surga-Nya. Aamiin.
No comments:
Post a Comment