Thursday, April 7, 2011

Indahnya Menjadi Ahli Masjid

Kamis siang ini, Ceramah Dzuhur disampaikan oleh Ust. Sukeri Abdillah, MBA., dengan judul Keutamaan Ahli Masjid.

Salah satu keutamaan Ahli Masjid adalah sebagaimana pada hadits, “Jika engkau melihat seseorang yang ke masjid setiap shalat 5 waktu, maka catatlah bahwa ia adalah seorang mukmin.” Maka tanda orang beriman adalah kehadirannya ke masjid di setiap shalat 5 waktu.

Selain itu, rumah Allah di bumi adalah masjid. Dan Allah mewajibkan diri-Nya untuk memuliakan org yang mengunjungi rumah-Nya Hal ini berkaitan dengan hadits, “Ciri-ciri orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tamu.”
Maka Allah pun akan memuliakan mereka yang hadir di rumah-Nya.

Adapun kita sebagai tamu di rumah Allah, adab ketika memasuki masjid adalah segera melakukan shalat 2 rakaat tahiyatul masjid. Bahkan kita disarankan untuk tidak menyapa siapa pun sebelum melakukan shalat sunnah tersebut, walaupun orang itu adalah orang yang sangat kita hormati.

Ada sebuah kisah tentang seorang pedagang yang hijrah dari Sumatera ke Jakarta. Ia memulai usahanya dengan berdagang kecil-kecilan di pasar. Sebelum mulai berdagang, ia terlebih dahulu shalat subuh di masjid di dekat pasar itu. Jika tiba waktu dhuha, maka dagangan ia tinggalkan, dan ia pun melakukan shalat Dhuha. Jika menjelang waktu shalat, ia bersiap 30 menit sebelumnya, dan melakukan shalat. Dzuhur, Ashar, dan Maghrib di masjid. Selesai Maghrib, ia tinggal di masjid, mendengarkan berbagai kajian, yang semakin memperluas wawasan keislamannya.

Saat ini dia telah menjadi pengusaha sukses, dengan zakat mal sejumlah Rp 150 juta setiap tahunnya. Jika 150 juta adalah 2.5%, maka simpanannya adalah sebesar Rp 6 milyar. Belum lagi hasil usahanya setiap tahun. Namun ia tetap rendah hati, tidak silau dengan kemilau dunia. Menurutnya, jabatan, harta, tidak lebih hanya sebagai fasilitas. Jika telah dirasakan, tidak ada perbedaan yang nyata antara mobil murah dengan mobil termahal sekalipun.

Di usianya yang telah 80 tahun saat ini, beliau masih selalu shalat Subuh di masjid, dan tiba 30 menit sebelum adzan berkumandang. Beliau masih sangat energik, dan tidak menderita sedikit pun penyakit kronis. Penyakit-penyakit ringan biasanya sembuh diobati dengan madu. Tidak pernah dalam hidupnya beliau menggunakan obat-obat kimia.

Ini menjadi bukti, bahwa mereka yang menjadi Ahli Masjid, akan dihormati Allah, dijaga oleh Allah, baik di dalam masjid maupun di luar masjid. Mereka akan senantiasa berada dalam kelompok org yg selalu berada dalam hidayah Allah. Allah akan mudahkan dan bantu agar mereka senantiasa ringan untuk datang ke masjid.

Kembali ke pengusaha ahli masjid tadi, beliau juga tidak pernah putus shalat tahajjud dan dhuha sejak hijrah ke Jakarta itu. Pernah ditanyakan, apakah pernah merasa berat untuk shalat tahajjud? Jawabannya mengagumkan, “Justru saya merasa berat untuk melanjutkan tidur, ketika jam biologis sudah membangunkan saya untuk shalat tahajjud.” Subhanallah, bagi ahli masjid, Allah akan ringankan hati dan raganya agar terus dapat mendatangi masjid-Nya.

Seperti hadits yang sudah sering kita dengar, tentang perumpamaan sebuah sungai yang mengalir di depan rumah seseorang, dan ia mandi di sana 5 kali sehari, apakah ada kotoran yang tersisa? Sungguh tidak ada. Maka demikian pula dengan shalat 5 waktu, Allah hapuskan dosanya seiring dengan shalatnya, seiring dengan kehadirannya di masjid. Sesungguhnya setiap langkah ke masjid menghapus dosa langkah sebelumnya. Seperti daun kering yang ditiup angin.

Jika kita coba bayangkan, seseorang yang shalat 5 waktu ke masjid, lalu di luar waktu-waktu shalat itu ia bekerja, menunaikan kewajiban, mencari nafkah. Akankan ada kesempatan untuk melakukan maksiat? Sungguh tidak akan sempat! Ia akan menjadi sangat sibuk, menata waktunya sebaik mungkin, agar sempat untuk melakukan shalat 5 waktu di masjid.

Saat ini masih banyak muslim yang belum merasakan pentingnya, indahnya, utamanya menjadi ahli masjid. Bahkan ketika adzan shalat Jum’at telah berkumandang, masih ada mereka yang masih bertransaksi dengan pedagang di luar masjid, masih merokok, masih makan di kantin masjid. Jika kita perhatikan kehidupan mereka, maka Allah akan jadikan kehidupan biasa saja. Mereka sering kali belum meraih kehidupan yang maksimal, karena mereka juga belum memberikan yang maksimal pada Allah.

Lalu siapa yang berperan untuk menyebarluaskan keutamaan menjadi ahli masjid ini? Hal ini harus disebarluaskan secara getok tular. Kita semua harus berperan sebagai pendakwah bagi orang di sekitar kita, kita perlakukan semua orang di sekitar kita sebagai sasaran dakwah kita. Agar kita dapat melakukannya dengan ikhlas, lakukan dengan tanpa pamrih kecuali pada Allah, dan lakukan untuk makhluk hanya jika memberi dengan cinta.

Kita bisa belajar banyak dari orang Jepang, yang tetap tertib dan tenang ketika menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami beberapa waktu yang lalu. Pendidikan di Jepang dimulai di setiap rumah, dan di lingkungan. Bayi sejak berusia 3 bulan, dititipkan di penitipan anak dan diajarkan kemandirian. Anak di usia TK diajarkan rasa malu untuk berbuat salah. Ketika ia dibantu untuk memasang sepatu, misalnya, maka ia akan lepaskan kembali sepatu itu, ia ulangi memasangnya seperti yang telah dicontohkan. Di usia SD, anak diajarkan tentang kemandirian, tanggung jawab, dan rasa malu melakukan kesalahan. Setelah SMA, mereka bekerja mencari uang untuk kuliah.

Para guru mengajar dengan penuh tanggung jawab. Bagi mereka, mengajar bukan sekedar memastikan para murid lulus, tapi juga mereka bertanggung jawab sampai para murid itu bekerja bahkan sampai akhir hayat para guru. Maka mereka berusaha mewariskan seluruh ilmunya, agar para murid bisa menjadi lebih baik dari para gurunya.

Dari masyarakat Jepang, kita bisa belajar tentang keutamaan dalam kehidupan. Namun sebenarnya Islam punya kekuatan yang lebih. Islam punya konsep keimanan, koneksi Ilahiyah. Maka marilah kita berbagi, getok tolar, agar kita semakin mendapatkan kemakmuran dengan berbagi.

Di hari akhir nanti, ada 7 kelompok manusia yang mendapatkan naungan, salah satunya adalah orang yang hatinya terikat ke masjid. Subhanallah. Perlindungan Allah bagi ahli masjid sungguh luas, di dalam masjid, di dunia, bahkan sampai di padang mahsyar hari akhir. Marilah kita berdoa semoga keluarga kita termasuk ke dalam golongan ahlul masjid.. Aamiin....

No comments: