Monday, May 25, 2015

Menggapai Taqwa

Ceramah Dzuhur disampaikan oleh Ustadz Ahmad Romli Zubair, Lc.

Taqwa artinya melakukan perintah dalam keadaan lapang ataupun sempit, serta berupaya meninggalkan yang dilarang.

Taqwa adalah tanda kemuliaan sebagaimana pada surat Al Hujurat ayat 13 dikatakan bahwa inna akramakum indallahi atqaakum, sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.

Umar bin Khattab pernah bertanya kepada sahabat, “Apa arti taqwa?” Sahabat bertanya kembali, “Apakah engkau pernah melalui jalan yang penuh dengan duri, apa yang kaulakukan?” Umar bin Khattab menjawab, “Aku berjalan dengan berhati-hati”, Sahabat menjawab, “Seperti itulah taqwa.”

Hendaknya kita terus memperbaiki amal soleh, karena hati yang dalam bahasa Arab disebut qalbun yang bersifat mudah berbolak-balik. Kita perlu terus memperbaiki niat, karena niat ikhlas adalah syarat diterimanya amal. 

Untuk menggapai taqwa, ada 4 hal yang dapat dilakukan.


Pertama, Al Mu’ahadah, yaitu mengingat perjanjian dengan Allah, yang kita ucapkan dalam doa iftitah, dalam Al Fatihah, dan janji pada Allah ketika kita berusia 4 bulan dalam kandungan, “Bala syahidna”.

Salah satu doa yang penting adalah agar segala amal kita diterima :
Allahumma inni as’aluka ilman nafian wa rizqan halalan wa toyyibab wa amalan mutaqabalan

Kedua, Al Muhasabah, yaitu menghitung amal yang sudah kita lakukan tiap malam. Apakah hari itu kita melakukan ghibah, apakah kita shalat berjamaah, apakah sudah bersedekah.

Hendaknya kita menghisab diri kita sendiri sebelum dihisab oleh Allah di hari akhir nanti.

Dalam surat Al Hasyr ayat 18 dikatakan Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);

Banyak orang yang lahirnya terlihat seperti ahlul jannah, tetapi ternyata seorang ahli neraka. Dan juga sebaliknya. 

Ada kisah seorang Majusi penyembah api yang disebut oleh Rasulullah sebagai ahlul jannah. Sahabat pun mendatangi orang Majusi tersebut dan bertanya apa yang menyebabkan dia menjadi seorang ahlul jannah. Dia pun berkata bahwa ada seorang perempuan tua yang setiap hari meminta api kepadanya untuk memasak, dan selalu ia berikan. Sahabat itu pun berkata, bahwa ia adalah ahlul jannah karena amalnya itu. Maka orang Majusi itu pun mengucapkan syahadat.

Maka kita jangan menghakimi orang lain, karena kita tidak mengetahui apa yang akan menjadi akhir bagi orang tersebut.

Dalam surat Al Hasyr dikatakan bahwa 1 hari di padang Mahsyar panjangnya 50 ribu tahun. 

Ketiga, Al Muraqabah, yaitu merasa diawasi Allah SWT. 
Sebagaimana pada hadits tentang islam, iman, dan ihsan antara lain pada link ini : 

Ihsan adalah beribadah seolah-olah engkau melihat Allah, dan walaupun engkau tak dapat melihat Allah, sesungguhnya Allah melihatmu.

Banyaklah datang ke majelis ta’lim. Karena andaikata ada seorang ahli maksiat yang datang ke sebuah majelis ta’lim dengan tidak sengaja, tidak berniat untuk belajar, hanya kebetulan mampir, ia pun akan diampuni dosanya. Apa lagi orang yang memang berniat untuk mencari ilmu. 

Keempat, Al Mujahadah, yaitu bersungguh-sungguh di jalan Allah.



Bila kita mengetahui besarnya pahala shalat berjamaah, dalam keadaan sakit pun kita akan berangkat untuk shalat berjamaah. Nikmat iman akan menghapuskan rasa sakit, rasa lelah, dan rasa penat.

Ketika Shalahuddin al Ayyubi memilih pasukan untuk menaklukkan Masjidil Aqsha, dipilih mereka yang di malam sebelumnya melakukan tilawah dan qiyamul lail.

Kelima, Al Mu’aqabah, yaitu menghukum diri ketika lalai.

Kisah Umar bin Khattab ketika beliau melihat kebun, sampai jamaah shalat asar selesai. Beliau sangat menyesal dan menjual separuh kebun tersebut.

Misalnya kita jangan sampai meninggalkan shalat sunnah sebelum subuh, dan menetapkan hukuman bagi diri kita bila kita meninggalkannya.  

No comments: