Kajian Muslimah di kantor saya hari ini diisi oleh Mbak Cici Tegal, tentang Bersyukur, yang sangat inspiratif dan juga disertai tips-tips yang mudah untuk dilakukan. Semoga bermanfaat.
Kajian diawali dengan sharing dari Mbak Cici bahwa sebaiknya kita memiliki ayat-ayat tertentu dari Al Qur’an, yang kita jadikan pegangan untuk kita baca di saat kita dalam kesulitan. Misalnya, ayat tentang kekuatan bersedekah, bahwa jika kita bersedekah, Allah akan berikan balasan 10 kali lipat, 7 kali lipat.
Kehidupan artis yang “banyak yang enak-enak”, di satu sisi merupakan berkah, merupakan kenikmatan. Namun yang perlu diwaspadai adalah kita sering kali menjadi lupa kepada Allah jika kita sedang mendapatkan kesenangan.
Di kala dalam kesulitan biasanya kita semakin mendekatkan diri kepada Allah, shalat sunnah, shalat tahajjud. Namun ketika kita sedang diberi kemudahan, rezeki dalam bentuk pekerjaan yang menyibukkan, kita seringkali jadi “kendor” dalam beribadah.
Maka yang terbaik adalah ketika kita mendapatkan kesenangan, segera bersyukur dengan mengucapkan Alhamdulillah, tapi juga segera mengucapkan Astaghfirullah, agar terjaga dari perbuatan buruk.
1 ayat lain yang juga selalu menjadi pegangan Mbak Cici adalah “Kullu nafsin dzaaiqotul maut”, bahwa semua yang hidup akan mati. Ini akan membuat kita berusaha menghindar dari perbuatan buruk, karena kita bisa saja mati saat itu dan berakhir buruk.
Mbak Cici memberikan gambar gelas yang berisi air setengahnya. Bisa ada dua pandangan dalam melihat gelas tersebut, yang pertama adalah “Tinggal setengah”, dan yang kedua adalah “Masih setengah”.
Dua pilihan kata yang terasa sederhana, tetapi menghasilkan makna dan suasana hati yang sangat berbeda.
Ketika kita melihat “tinggal setengah”, maka kita merasa air itu tidak mencukupi, kurang, sebentar lagi habis. Ketika melihat seperti ini, kita akan mengucap “Innalilahi”, sebagai ungkapan bahwa kita mengalami musibah.
Jika kita melihat “Masih setengah”, membuat kita lega, bahwa keadaan tersebut lebih baik daripada tidak ada air sama sekali. Ketika kita melihat demikian, kita mengucap “Alhamdulillah” sebagai tanda syukur.
Dalam surat Ibrahim ayat 7 disebutkan bahwa jika kita bersyukur, Allah akan tambahkan bagi kita.
Dalam The Secret, karya Rhonda Byrne, bahwa alam semesta itu “hidup”, dan di dalamnya selalu ada tarik menarik. Yang buruk akan menarik yang buruk, yang baik akan menarik yang baik.
Jika kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari, ada kalanya ketika di pagi hari mengalami keburukan yang akhirnya berkepanjangan seharian. Yang pagi hari kejedot lemari lah, yang air ketika mandi nggak nyala lah, yang ritsleting baju macet lah, yang jalanan juga macet berat lah..
Itu adalah bentuk respon alam atas pemikiran buruk kita. Ketika kita berpikir buruk, maka keburukan pun akan terus berdatangan.
Mbak Cici mengikuti terapi bersyukur kepada Ust. Ardian Parlindungan, yang dimulai dengan ucapan terima kasih di pagi hari, bahwa kita masih hidup, sehat, lengkap. Mulailah hari dengan berpikir optimis, bahwa kita siap menerima segala kenikmatan dari Allah di hari itu.
Dilanjutkan dengan minum air putih (Mbak Cici minum air putih plus perasan jeruk), yang didahului dengan ucapan “Bismillah” disertai keyakinan bahwa akan memberikan kebaikan.
Ayat yang juga sangat membuat optimis ketika sedih adalah dalam surat Adh Dhuha. Yang walaupun ditujukan kepada Rasulullah, yang juga untuk kita. Bahwa Allah tidak akan meninggalkan kita, dan Allah tidak membenci kita. Bahwa ketika kita yatim, sendiri, Allah lah yang akan melindungi. Ketika kita bingung, Allah akan berikan petunjuk. Ketika kita kekurangan, Allah akan berikan kecukupan.
Kita sering kali tidak menyadarinya.
Dan, ini ada syaratnya, seperti yang ada pada lanjutan ayat di Adh Dhuha tersebut. Yaitu bahwa kepada anak yatim, kita jangan sewenang-wenang. Kepada peminta-minta, berikanlah sedekah. Dan yang terpenting adalah atas nikmat dari Allah, sebutkanlah nikmat-nikmat itu dengan bersyukur.
Rhonda Byrne menyebutkan bahwa bersyukur alat pengganda hebat sebagaimana pada surat Ibrahim tadi. Dan pada akhirnya ketika banyak kemudahan datang, maka bersyukur dapat mengubah hidup.
Jika setiap menerima gaji kita, kita bersyukur, maka insya Allah gaji tersebut akan cukup, dan Allah akan datangkan rezeki dari mana saja.
Dicontohkan Einsten mengucapkan terima kasih 100x sehari.
Dengan bersyukur, kita mengubah mindset. Jangan memikirkan yang tidak ada. Syukuri yang ada.
Ketika datang aneka tagihan, tetap senang, tetap bersyukur. Tagihan kartu kredit, bukankah kita sendiri yang menggunakan? Maka saat itu kita harus bersyukur, bahwa sudah “dibantu” untuk berbelanja oleh kartu kredit. Bersyukur bahwa kita punya kartu kredit, karena banyak orang yang tidak bisa memiliki kartu kredit.
Yang penting bersyukur dahulu. Bagaimana pun caranya. Nanti pasti ada jalannya. Percayalah bahwa Allah akan memberikan jalan. Yang buruk tidak udah dipikirkan.
Bersyukur juga dapat menjadi self healing. Pernah ada kisah nyata, seorang wanita yang mengalami kelainan pada jantungnya. Selama 4 bulan wanita tersebut berkonsentasi, bersyukur atas keberadaan jantungnya, dan membayangkan jantung tersebut sehat. Dan setelah diperiksa lagi, jantungnya sudah sehat.
Jika merasa sulit bersyukur, cobalah mengkhayal.
Setiap sebelum tidur, sujud syukur, ingat-ingatlah segala kenikmatan yang telah Allah berikan hari itu. Setiap bangun pagi, Alhamdulillah siap menerima segala kenikmatan dari Allah hari itu. Silakan dicoba selama 3 hari. Hidup akan terasa lebih ringan.
Ketika kita kesal pada suatu keadaan, atau pada seseorang, segera lupakan, alihkan, pikirkan hal yang lain. Karena ketika kita kesal, segala hal yang buruk akan datang. Fokuslah kepada yang menyenangkan kita, yang kita sukai, yang kita sedang fokus mengerjakannya.
Sedikit di luar topik, tips untuk mengajak pengajian bagi kalangan yang luas dan heterogen seperti kalangan artis. Mbak Cici biasanya mengajak ke pengajian ustadz yang lucu, dengan kegiatan yang menyenangkan dengan sisipan dakwah seringan mungkin. Harus pelan-pelan, tidak bisa langsung, dan jangan menghakimi. Semua orang perlu proses, yang bisa jadi berjalan puluhan tahun.
Friday, October 28, 2011
Tuesday, October 25, 2011
Dunia vs Akhirat
Sistem pendidikan dan kehidupan saat ini sangat didominasi oleh materialisme dan kapitalisme. Hehe, bahasanya isme-isme banget ya :-) Maksudnya, secara umum, yang menjadi kerangka berpikir dalam seseorang menempuh pendidikan dan lalu melakukan pekerjaan adalah untuk tujuan ekonomi, yaitu untuk mencari uang.
Seorang anak disekolahkan sejak SD, SMP, SMA, sampai kuliah, agar dapat memiliki pekerjaan yang baik, memperoleh penghasilan, dan hidup layak. Ada memang yang memiliki tujuan untuk mencari ilmu, tetapi rasanya sangat jarang ya. Kalau pun ada, sering kali ujungnya adalah tetap untuk menjadi sumber penghasilan.
Dalam model kehidupan seperti itu, aspek akhirat biasanya menjadi nomer kesekian. Sehingga hidup menjadi benar-benar untuk mengejar materi, kekayaan, semakin banyak, dan semakin banyak, untuk dirinya sendiri dan untuk keluarganya. Ada juga memang yang baik hati, bersedia berbagi. Bagus jika demikian :-)
Tingkat berikutnya, melakukan perubahan kerangka berpikir bahwa seluruh kegiatan menempuh pendidikan, bekerja, dan memperoleh penghasilan adalah bagian dari ibadah. Toh memang muslim yang kaya lebih disukai Allah daripada muslim yang miskin. Dan bukankah dengan menjadi kaya, banyak amal soleh yang bisa dilakukan.
Yang paling baik sebetulnya, adalah sebagaimana pada Al Qur’an :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi. (Al Qashash : 77)”
Maka kewajiban untuk mengejar akhirat, mempelajari ilmu akhirat, itulah yang paling utama. Itulah yang bersifat fardhu ain, tiap-tiap manusia berkewajiban untuk mempelajari dan memahaminya. Kehidupan dunia sekedar pada tingkat “jangan kamu melupakan”.
Tadi pagi saya sempat berdiskusi dengan anak saya tentang perlunya uang. Anak saya teringat dengan salah satu buku komik Smurf yang bercerita tentang adanya uang yang justru malah membuat desa Smurf yang sebelumnya damai dengan sistem barter menjadi penuh pertikaian.
Anak saya lalu mengusulkan, sebaiknya kita kembali ke sistem barter. Namun perlu dipastikan bahwa dalam suatu masyarakat, misalnya skala RT, masing-masing orang memiliki peran untuk kehidupan masyarakat tersebut. Ada yang bertani, ada yang beternak, ada yang membuat kain, ada yang membuat pakaian. Hehehe, menarik juga ya.. :-)
Mungkin kita tidak perlu ekstrim kembali ke sistem barter. Tetapi satu hal yang penting dalam pembahasan tersebut adalah, bahwa untuk aspek kehidupan dunia, yang terpenting adalah bahwa setiap peran dalam masyarakat, ada yang menguasainya. Agar kehidupan masyarakat dapat berjalan dengan baik, tetap dalam rangka menunjang kehidupan akhirat.
Sedangkan peran utama kehidupan, proporsi terbesar waktu, kegiatan utama yang terlihat di dalam keseharian, adalah kegiatan mencari ilmu akhirat, berbagi ilmu akhirat, dan melakukan ibadah semaksimal mungkin.
Kira-kira apa bisa terwujud ya? :-)
Seorang anak disekolahkan sejak SD, SMP, SMA, sampai kuliah, agar dapat memiliki pekerjaan yang baik, memperoleh penghasilan, dan hidup layak. Ada memang yang memiliki tujuan untuk mencari ilmu, tetapi rasanya sangat jarang ya. Kalau pun ada, sering kali ujungnya adalah tetap untuk menjadi sumber penghasilan.
Dalam model kehidupan seperti itu, aspek akhirat biasanya menjadi nomer kesekian. Sehingga hidup menjadi benar-benar untuk mengejar materi, kekayaan, semakin banyak, dan semakin banyak, untuk dirinya sendiri dan untuk keluarganya. Ada juga memang yang baik hati, bersedia berbagi. Bagus jika demikian :-)
Tingkat berikutnya, melakukan perubahan kerangka berpikir bahwa seluruh kegiatan menempuh pendidikan, bekerja, dan memperoleh penghasilan adalah bagian dari ibadah. Toh memang muslim yang kaya lebih disukai Allah daripada muslim yang miskin. Dan bukankah dengan menjadi kaya, banyak amal soleh yang bisa dilakukan.
Yang paling baik sebetulnya, adalah sebagaimana pada Al Qur’an :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi. (Al Qashash : 77)”
Maka kewajiban untuk mengejar akhirat, mempelajari ilmu akhirat, itulah yang paling utama. Itulah yang bersifat fardhu ain, tiap-tiap manusia berkewajiban untuk mempelajari dan memahaminya. Kehidupan dunia sekedar pada tingkat “jangan kamu melupakan”.
Tadi pagi saya sempat berdiskusi dengan anak saya tentang perlunya uang. Anak saya teringat dengan salah satu buku komik Smurf yang bercerita tentang adanya uang yang justru malah membuat desa Smurf yang sebelumnya damai dengan sistem barter menjadi penuh pertikaian.
Anak saya lalu mengusulkan, sebaiknya kita kembali ke sistem barter. Namun perlu dipastikan bahwa dalam suatu masyarakat, misalnya skala RT, masing-masing orang memiliki peran untuk kehidupan masyarakat tersebut. Ada yang bertani, ada yang beternak, ada yang membuat kain, ada yang membuat pakaian. Hehehe, menarik juga ya.. :-)
Mungkin kita tidak perlu ekstrim kembali ke sistem barter. Tetapi satu hal yang penting dalam pembahasan tersebut adalah, bahwa untuk aspek kehidupan dunia, yang terpenting adalah bahwa setiap peran dalam masyarakat, ada yang menguasainya. Agar kehidupan masyarakat dapat berjalan dengan baik, tetap dalam rangka menunjang kehidupan akhirat.
Sedangkan peran utama kehidupan, proporsi terbesar waktu, kegiatan utama yang terlihat di dalam keseharian, adalah kegiatan mencari ilmu akhirat, berbagi ilmu akhirat, dan melakukan ibadah semaksimal mungkin.
Kira-kira apa bisa terwujud ya? :-)
Friday, October 21, 2011
Minta Doa ketika Berangkat Haji, Terbalik?
Ada satu kegiatan yang dilakukan di Indonesia oleh mereka yang akan berangkat haji.
Yaitu membuat acara selamatan / syukuran, dan dalam acara tersebut calon jamaah haji akan memohon maaf atas kesalahan dan meminta doa agar perjalanan lancar dan menjadi haji mabrur.
Acara ini sudah dilakukan di Indonesia sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Dan kemungkinan, acara ini dibuat karena dulu, berangkat haji sangat sulit, bisa kembali ke tanah air, bisa juga tidak. Perjalanan dengan kapal laut memakan waktu berbulan-bulan lamanya. Maka, memang bisa dimengerti jika calon jamaah haji membutuhkan doa, dan perlu pamit dan mohon maaf atas segala kesalahan, karena bisa jadi tidak akan kembali lagi ke tanah air.
Dan mungkin mirip-mirip dengan semangat “mohon maaf” ketika Lebaran, bahwa agar dapat fokus beribadah haji, diharapkan segala “sangkutan” dengan sesama manusia sudah diselesaikan.
Saat ini, walaupun pada kegiatan haji masih ada kemungkinan kesulitan akibat banyaknya jamaah haji berkumpul dari berbagai negara pada satu waktu, namun sebenarnya perjalanan sudah sangat simpel. Untuk perjalanannya, tidak ada bedanya dengan perjalanan ke luar negeri lainnya. Keamanan dan tingkat keselamatan sudah sangat baik, prosentase jamaah yang tidak kembali sudah sangat rendah. Maka boleh dibilang,”tidak urgen lagi” untuk meminta maaf dan meminta doa.
Saya pernah mendengar ceramah dari ustadz, bahwa meminta doa ketika akan berangkat haji, sebenarnya terbalik.
Para jamaah haji akan pergi ke tanah suci, tempat ibadah dapat dilakukan dengan fokus, ibadah dijanjikan balasan berlipat ganda, banyak lokasi-lokasi untuk memanjatkan doa yang makbul.
Maka ini bisa dianalogikan seperti seseorang yang akan menghadap ke raja. Dan raja itu dapat mengabulkan berbagai permintaan rakyatnya. Maka, jika kita pada posisi tersebut, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan minta doa kepada teman-teman kita? Justru seharusnya sebaliknya, teman-teman kita yang akan “titip berbagai permintaan”, dan yang sangat baik adalah kita menawarkan kepada teman-teman kita, akan “menitipkan permintaan apa”.
Sehingga, calon jamaah haji, sebaiknya bukan minta doa, tetapi justru meminta titipan doa. Yang nanti akan disampaikan ketika “menghadap” di tanah suci.
Demikian pembahasan kali ini, mudah-mudahan dapat dipertimbangkan :-)
Yaitu membuat acara selamatan / syukuran, dan dalam acara tersebut calon jamaah haji akan memohon maaf atas kesalahan dan meminta doa agar perjalanan lancar dan menjadi haji mabrur.
Acara ini sudah dilakukan di Indonesia sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Dan kemungkinan, acara ini dibuat karena dulu, berangkat haji sangat sulit, bisa kembali ke tanah air, bisa juga tidak. Perjalanan dengan kapal laut memakan waktu berbulan-bulan lamanya. Maka, memang bisa dimengerti jika calon jamaah haji membutuhkan doa, dan perlu pamit dan mohon maaf atas segala kesalahan, karena bisa jadi tidak akan kembali lagi ke tanah air.
Dan mungkin mirip-mirip dengan semangat “mohon maaf” ketika Lebaran, bahwa agar dapat fokus beribadah haji, diharapkan segala “sangkutan” dengan sesama manusia sudah diselesaikan.
Saat ini, walaupun pada kegiatan haji masih ada kemungkinan kesulitan akibat banyaknya jamaah haji berkumpul dari berbagai negara pada satu waktu, namun sebenarnya perjalanan sudah sangat simpel. Untuk perjalanannya, tidak ada bedanya dengan perjalanan ke luar negeri lainnya. Keamanan dan tingkat keselamatan sudah sangat baik, prosentase jamaah yang tidak kembali sudah sangat rendah. Maka boleh dibilang,”tidak urgen lagi” untuk meminta maaf dan meminta doa.
Saya pernah mendengar ceramah dari ustadz, bahwa meminta doa ketika akan berangkat haji, sebenarnya terbalik.
Para jamaah haji akan pergi ke tanah suci, tempat ibadah dapat dilakukan dengan fokus, ibadah dijanjikan balasan berlipat ganda, banyak lokasi-lokasi untuk memanjatkan doa yang makbul.
Maka ini bisa dianalogikan seperti seseorang yang akan menghadap ke raja. Dan raja itu dapat mengabulkan berbagai permintaan rakyatnya. Maka, jika kita pada posisi tersebut, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan minta doa kepada teman-teman kita? Justru seharusnya sebaliknya, teman-teman kita yang akan “titip berbagai permintaan”, dan yang sangat baik adalah kita menawarkan kepada teman-teman kita, akan “menitipkan permintaan apa”.
Sehingga, calon jamaah haji, sebaiknya bukan minta doa, tetapi justru meminta titipan doa. Yang nanti akan disampaikan ketika “menghadap” di tanah suci.
Demikian pembahasan kali ini, mudah-mudahan dapat dipertimbangkan :-)
Wednesday, October 19, 2011
Beberapa Ketentuan untuk Panitia Kurban
Ceramah Dzuhur kali ini tentang Kurban, disampaikan oleh Ust. Ade Purnama. Sekali lagi mohon maaf saya hadir tidak dari awal, sehingga topik yang saya peroleh terutama berkaitan dengan kepanitiaan kurban sebagai berikut. Semoga bermanfaat.
Bagi pemotong kurban, tidak diperbolehkan memberikan upah dari kambing kurban. Jangan pula salah satu kambing dipotong terlebih dahulu untuk dimasak dan dimakan bersama oleh para pemotong kurban. Untuk upah pemotong kurban harus disiapkan dana operasional, termasuk dana untuk makan siang.
Pemotong tidak berhak untuk memperoleh bagian dari kurban. Apa lagi kepala, kulit, dan lain-lain yang sebenarnya bisa bernilai jual cukup tinggi, yang lebih baik diberikan kepada penerima kurban.
Pada dasarnya, bersamaan dengan kewajiban berkurban adalah pemberi kurban melaksanakan sendiri pemotongan, pencincangan, sampai pembagian hewan kurban. Maka jika hal itu diwakilkan kepada orang lain, wajar jika diperlukan biaya operasional.
Pemberi kurban sebaiknya tidak meminta bagian dari kurban, namun jika diberi, tidak perlu menolak.
Yang perlu diingat ketika melakukan pembagian hewan kurban, bahwa adil bukan berarti sama. Jamaah yang hanya datang ketika kurban, cukup diberikan 1 kantong kurban. Namun jamaah yang rajin memakmurkan masjid, kurang mampu dengan keluarga yang besar, dapat diberikan lebih, misalnya 4-6 kantong kurban, dan dapat juga diberikan tambahan kepala atau kulit hewan kurban.
Kulit hewan kurban jangan dijual oleh panitia. Yang terbaik adalah dibagikan kepada penerima kurban. Jika kemudian dijual oleh penerima kurban tersebut, maka hal itu dibolehkan.
Dalam zakat ada hak amil, dalam kurban tidak ada hak amil.
Maka panitia juga tidak berhak atas daging kurban. Jika dirasa perlu diberikan “uang lelah”, dapat digunakan dari dana operasional. Kalaupun akhirnya panitia menerima bagian daging kurban, bukan karena ia menjadi panitia, tetapi karena ia sebagai mustahik, yang dalam daftar termasuk yang berhak menerima kurban, misalnya sebagai jamaah masjid yang rajin.
Bagi pemotong kurban, tidak diperbolehkan memberikan upah dari kambing kurban. Jangan pula salah satu kambing dipotong terlebih dahulu untuk dimasak dan dimakan bersama oleh para pemotong kurban. Untuk upah pemotong kurban harus disiapkan dana operasional, termasuk dana untuk makan siang.
Pemotong tidak berhak untuk memperoleh bagian dari kurban. Apa lagi kepala, kulit, dan lain-lain yang sebenarnya bisa bernilai jual cukup tinggi, yang lebih baik diberikan kepada penerima kurban.
Pada dasarnya, bersamaan dengan kewajiban berkurban adalah pemberi kurban melaksanakan sendiri pemotongan, pencincangan, sampai pembagian hewan kurban. Maka jika hal itu diwakilkan kepada orang lain, wajar jika diperlukan biaya operasional.
Pemberi kurban sebaiknya tidak meminta bagian dari kurban, namun jika diberi, tidak perlu menolak.
Yang perlu diingat ketika melakukan pembagian hewan kurban, bahwa adil bukan berarti sama. Jamaah yang hanya datang ketika kurban, cukup diberikan 1 kantong kurban. Namun jamaah yang rajin memakmurkan masjid, kurang mampu dengan keluarga yang besar, dapat diberikan lebih, misalnya 4-6 kantong kurban, dan dapat juga diberikan tambahan kepala atau kulit hewan kurban.
Kulit hewan kurban jangan dijual oleh panitia. Yang terbaik adalah dibagikan kepada penerima kurban. Jika kemudian dijual oleh penerima kurban tersebut, maka hal itu dibolehkan.
Dalam zakat ada hak amil, dalam kurban tidak ada hak amil.
Maka panitia juga tidak berhak atas daging kurban. Jika dirasa perlu diberikan “uang lelah”, dapat digunakan dari dana operasional. Kalaupun akhirnya panitia menerima bagian daging kurban, bukan karena ia menjadi panitia, tetapi karena ia sebagai mustahik, yang dalam daftar termasuk yang berhak menerima kurban, misalnya sebagai jamaah masjid yang rajin.
Tuesday, October 18, 2011
Hamil Di Luar Nikah - Kapan Dinikahkan?
Ceramah kali ini disampaikan oleh Ust. Syahroni Mardani, tentang surat Al Ahqaf 15, dan kaitannya dengan kehamilan di luar nikah.
Al Qur’an Surat Al Ahqaf 15 :
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandung dengan susah paya, dan melahirkannya dengan susah paya (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabilah ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a. "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberikan kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri."
Berkaitan dengan periode kehamilan dan menyusui dalam ayat tersebut, dihubungkan dengan kejadian hamil di luar nikah, maka untuk perempuan yang hamil di luar nikah apakah sebaiknya segera dinikahkan, atau menunggu sampai melahirkan?
Dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa seorang ibu hamil dan menyusui selama 30 bulan. Di ayat yang lain dinyatakan bahwa menyusui dilakukan sampai 2 tahun, atau 24 bulan. Maka dapat disimpulkan bahwa usia termuda kehamilan untuk dapat dilahirkan adalah 6 bulan.
Hamil yang tidak diperbolehkan untuk menikah adalah hamil yang terhormat. Yaitu hamil, yang kemudian suaminya meninggal, maka masa iddah adalah sampai melahirkan.
Untuk kasus hamil di luar nikah, maka ada 2 pendapat.
Pendapat pertama, sebaiknya segera dinikahkan, untuk kemaslahatan. Jika jarak antara menikah dan melahirkan lebih dari 6 bulan, maka dapat “terlihat” sebagai kehamilan yang sah di masyarakat.
Pendapat kedua, menunda sampai melahirkan, dengan meng-qiyas-kan atau menganalogikan dengan kasus hamil terhormat.
Al Qur’an Surat Al Ahqaf 15 :
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandung dengan susah paya, dan melahirkannya dengan susah paya (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabilah ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a. "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberikan kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri."
Berkaitan dengan periode kehamilan dan menyusui dalam ayat tersebut, dihubungkan dengan kejadian hamil di luar nikah, maka untuk perempuan yang hamil di luar nikah apakah sebaiknya segera dinikahkan, atau menunggu sampai melahirkan?
Dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa seorang ibu hamil dan menyusui selama 30 bulan. Di ayat yang lain dinyatakan bahwa menyusui dilakukan sampai 2 tahun, atau 24 bulan. Maka dapat disimpulkan bahwa usia termuda kehamilan untuk dapat dilahirkan adalah 6 bulan.
Hamil yang tidak diperbolehkan untuk menikah adalah hamil yang terhormat. Yaitu hamil, yang kemudian suaminya meninggal, maka masa iddah adalah sampai melahirkan.
Untuk kasus hamil di luar nikah, maka ada 2 pendapat.
Pendapat pertama, sebaiknya segera dinikahkan, untuk kemaslahatan. Jika jarak antara menikah dan melahirkan lebih dari 6 bulan, maka dapat “terlihat” sebagai kehamilan yang sah di masyarakat.
Pendapat kedua, menunda sampai melahirkan, dengan meng-qiyas-kan atau menganalogikan dengan kasus hamil terhormat.
Memasuki Usia 40 : Apa Rencanamu?
Ceramah kali ini disampaikan oleh Ust. Syahroni Mardani, saya buat dalam dua tulisan, yang pertama tentang Usia 40.
Di usia 40 tahun, biasanya orang mengalami banyak ujian dan masalah. Di usia tersebut usia pernikahan pada umumnya mencapai usia 15 tahun, kita menjadi orang tua, dan juga masih memiliki orang tua.
Sebelum usia 40 tahun orang masih berfokus pada kebutuhan dunia, misalnya kemapanan, karir, rumah, kendaraan.
Di usia 40 tahun target dunia ini kebanyakan sudah tercapai.
Maka di usia 40 tahun perlu didefinisikan target hidup yang baru.
Merujuk ke Al Qur’an Surat Al Ahqaf 15 :
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandung dengan susah paya, dan melahirkannya dengan susah paya (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabilah ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a. "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberikan kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.
Dari ayat tersebut, maka ada 5 hal yang dimintakan kepada Allah agar dapat dilakukan setelah berusia 40 tahun :
1. Bersyukur kepada Allah
2. Berterima kasih kepada orang tua, dan berbuat baik kepada orang tua
3. Beramal soleh dengan yang Allah ridhai, antara lain semakin memperbaiki shalat
4. Diberikan kebaikan dengan cara memberikan kebaikan kepada anak cucu
5. Bertobat kepada Allah SWT
6. Diberi petunjuk agar termasuk orang yang berserah diri
Semoga kita semua dapat memasuki usia 40 dengan menjadi manusia yang lebih baik.
Di usia 40 tahun, biasanya orang mengalami banyak ujian dan masalah. Di usia tersebut usia pernikahan pada umumnya mencapai usia 15 tahun, kita menjadi orang tua, dan juga masih memiliki orang tua.
Sebelum usia 40 tahun orang masih berfokus pada kebutuhan dunia, misalnya kemapanan, karir, rumah, kendaraan.
Di usia 40 tahun target dunia ini kebanyakan sudah tercapai.
Maka di usia 40 tahun perlu didefinisikan target hidup yang baru.
Merujuk ke Al Qur’an Surat Al Ahqaf 15 :
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandung dengan susah paya, dan melahirkannya dengan susah paya (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabilah ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a. "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberikan kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.
Dari ayat tersebut, maka ada 5 hal yang dimintakan kepada Allah agar dapat dilakukan setelah berusia 40 tahun :
1. Bersyukur kepada Allah
2. Berterima kasih kepada orang tua, dan berbuat baik kepada orang tua
3. Beramal soleh dengan yang Allah ridhai, antara lain semakin memperbaiki shalat
4. Diberikan kebaikan dengan cara memberikan kebaikan kepada anak cucu
5. Bertobat kepada Allah SWT
6. Diberi petunjuk agar termasuk orang yang berserah diri
Semoga kita semua dapat memasuki usia 40 dengan menjadi manusia yang lebih baik.
Hadits - Rendah Hati
"Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap rendah hati hingga tak seorangpun yang bangga atas yang lain dan tidak ada yang berbuat aniaya terhadap yang lain"
HR Muslim 2853
(Copy paste dari email Hikmah Pagi di kantor)
HR Muslim 2853
(Copy paste dari email Hikmah Pagi di kantor)
Monday, October 17, 2011
Menuntut Ilmu dalam Islam
Ceramah Kamis diisi oleh Ust. Muhsinin Fauzi tentang Menuntut Ilmu. Mohon maaf saya datang terlambat, maka pembahasan langsung ke tengah-tengah.
Dalam Islam, ilmu dibagi dua, yaitu ilmu akhirat yang bersifat fardhu ain, yaitu wajib dikuasai oleh setiap muslim dan ilmu dunia untuk memenuhi kebutuhan di dunia yang bersifat fardhu kifayah.
Dengan kondisi saat ini, pandangan masing-masing orang berbeda-beda, tidak ada panduan dari Allah, maka terjadi kesalahan dalam memilih pemimpin. Karena orang akan memilih pemimpin yang sejenis dengan mereka masing-masing. Akhirnya lahirlah keputusan-keputusan yang tidak bersandar pada ilmu.
Salah satu cabang iman adalah taat kepada pemimpin Negara, yaitu waliyul amr. Memilih imam adalah kewajiban. Imam / khalifah adalah orang yang diamanahi Allah mengganti rasulullah, membawa muslimin selamat dunia akhirat. Bukan sekedar membawa kesejahteraan di dunia. Tugas waliyul amr adalah menjaga agama rakyat dan menjaga kemaslahatan masyarakat.
Jika tidak ada ada ilmu, yang terjadi adalah pemimpin yang sesat dan menyesatkan.
Juga dalam hadits Muawiah bin Abi Sufyan radhiallahu anhuma dia berkata:
Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah faqihkan dia terhadap agama.” (HR. Al-Bukhari no. 69 dan Muslim no. 1719) Ilmu wajib, tradisi
Maka sebaliknya, barangsiapa yang tidak Allah pahamkan agama, tidak akan menjadi baik
Merujuk kepada kebiasaan para sahabat dan tabiin, maka tugas untuk mengajarkan ilmu agama kepada anak-anak dilakukan oleh ayahnya. Ayah lah yang mengajarkan Aqidah, Hadits, Al Qur'an, Sirah, Fiqih.
Dalam sistem pendidikan di Indonesia saat ini ada beberapa metode dengan masing-masing kelebihan dan kekurangannya. Metode Islam Terpadu lengkap antara ilmu dunia dan ilmu agama, namun dirasa cukup berat karena menghabiskan waktu hampir sehari penuh. Sekolah alam lebih menekankan kepada kepemimpinan dan kreativitas, namun dari aspek keilmuan menjadi kurang mendalam. Sekolah madrasah, materi terlalu banyak dengan waktu yang singkat, sehingga kurang berhasil mengajarkan ilmu agama maupun ilmu dunia.
Salah satu pendekatan yang baik untuk diimplementasikan adalah mengakomodasi cara belajar yang berbeda pada tiap anak, meliputi visual, kinestetik, dan auditori.
Orang yang berilmu berbeda dengan orang yang tidak berilmu.
Abu Ad-Darda radhiallahu anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudahnya jalan ke surga. Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan serang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Daud no. 3157 dengan sanad yang hasan).
Sebagai contoh, Imam Syafii, maka selama 13 abad manusia menyerap ilmunya.
Dengan ilmu,lebih mudah memperoleh cara untuk mencari kemuliaan akhirat. Dengan ilmu, kualitas amal dengan lebih mudah didapatkan.
Berkaitan dengan ilmu, maka ada tiga kewajiban muslim, yaitu tholabun ilmu (menuntut ilmu), mengamalkan ilmu, dan nashrun ilmu (mengajarkan ilmu).
Ketiga kewajiban tersebut berdiri sendiri yang saling mendukung. Ketiganya wajib secara mandiri. Muslim wajib untuk belajar, muslim wajib untuk mengamalkan, muslim wajib untuk mengajarkan.
Bahkan belajar dikatakan sejajar dengan jihad. Jika dianalogikan dengan perusahaan, maka jihad adalah peran marketing / sales untuk mendapatkan pelanggan, atau rekrutmen untuk mendapatkan pegawai, sedangkan belajar/mengajar adalah peran customer service / SDM dalam pembinaan pelanggan / karyawan tersebut.
Dengan adanya peran nashrun ilmu, ada peran besar yang menjamin, menggaransi tegaknya agama. Jika seluruh masyarakat muslim menguasai ilmu agama sebagai kewajiban yang bersifat fardhu ain, maka agama akan tegak. Setiap muslim akan mengambil peran.
Definisi ulama, yaitu mereka yang mengenal / ma’rifat kepada Allah dan memahami hukum Allah. Maka setiap muslim adalah ulama.
Dalam Al Qur’an surat Fathir 28, Allah berfirman : “Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.”
Pada dasarnya setiap muslim pun takut pada Allah, maka setiap muslim adalah ulama, yang wajib mengajarkan ilmu.
Setiap ayah punya murid, yaitu anaknya. Kalau perlu, kita beri “reward” pada anak jika mendengarkan ajaran kita. Jika anak sudah diajari, maka “sasaran” pengajaran bisa diperluas ke lingkungan kecil, yang terus diperluas ke masyarakat luas. Subhanallah.
Sumber copy paste hadits : http://al-atsariyyah.com
Dalam Islam, ilmu dibagi dua, yaitu ilmu akhirat yang bersifat fardhu ain, yaitu wajib dikuasai oleh setiap muslim dan ilmu dunia untuk memenuhi kebutuhan di dunia yang bersifat fardhu kifayah.
Dengan kondisi saat ini, pandangan masing-masing orang berbeda-beda, tidak ada panduan dari Allah, maka terjadi kesalahan dalam memilih pemimpin. Karena orang akan memilih pemimpin yang sejenis dengan mereka masing-masing. Akhirnya lahirlah keputusan-keputusan yang tidak bersandar pada ilmu.
Salah satu cabang iman adalah taat kepada pemimpin Negara, yaitu waliyul amr. Memilih imam adalah kewajiban. Imam / khalifah adalah orang yang diamanahi Allah mengganti rasulullah, membawa muslimin selamat dunia akhirat. Bukan sekedar membawa kesejahteraan di dunia. Tugas waliyul amr adalah menjaga agama rakyat dan menjaga kemaslahatan masyarakat.
Jika tidak ada ada ilmu, yang terjadi adalah pemimpin yang sesat dan menyesatkan.
Juga dalam hadits Muawiah bin Abi Sufyan radhiallahu anhuma dia berkata:
Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah faqihkan dia terhadap agama.” (HR. Al-Bukhari no. 69 dan Muslim no. 1719) Ilmu wajib, tradisi
Maka sebaliknya, barangsiapa yang tidak Allah pahamkan agama, tidak akan menjadi baik
Merujuk kepada kebiasaan para sahabat dan tabiin, maka tugas untuk mengajarkan ilmu agama kepada anak-anak dilakukan oleh ayahnya. Ayah lah yang mengajarkan Aqidah, Hadits, Al Qur'an, Sirah, Fiqih.
Dalam sistem pendidikan di Indonesia saat ini ada beberapa metode dengan masing-masing kelebihan dan kekurangannya. Metode Islam Terpadu lengkap antara ilmu dunia dan ilmu agama, namun dirasa cukup berat karena menghabiskan waktu hampir sehari penuh. Sekolah alam lebih menekankan kepada kepemimpinan dan kreativitas, namun dari aspek keilmuan menjadi kurang mendalam. Sekolah madrasah, materi terlalu banyak dengan waktu yang singkat, sehingga kurang berhasil mengajarkan ilmu agama maupun ilmu dunia.
Salah satu pendekatan yang baik untuk diimplementasikan adalah mengakomodasi cara belajar yang berbeda pada tiap anak, meliputi visual, kinestetik, dan auditori.
Orang yang berilmu berbeda dengan orang yang tidak berilmu.
Abu Ad-Darda radhiallahu anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudahnya jalan ke surga. Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan serang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Daud no. 3157 dengan sanad yang hasan).
Sebagai contoh, Imam Syafii, maka selama 13 abad manusia menyerap ilmunya.
Dengan ilmu,lebih mudah memperoleh cara untuk mencari kemuliaan akhirat. Dengan ilmu, kualitas amal dengan lebih mudah didapatkan.
Berkaitan dengan ilmu, maka ada tiga kewajiban muslim, yaitu tholabun ilmu (menuntut ilmu), mengamalkan ilmu, dan nashrun ilmu (mengajarkan ilmu).
Ketiga kewajiban tersebut berdiri sendiri yang saling mendukung. Ketiganya wajib secara mandiri. Muslim wajib untuk belajar, muslim wajib untuk mengamalkan, muslim wajib untuk mengajarkan.
Bahkan belajar dikatakan sejajar dengan jihad. Jika dianalogikan dengan perusahaan, maka jihad adalah peran marketing / sales untuk mendapatkan pelanggan, atau rekrutmen untuk mendapatkan pegawai, sedangkan belajar/mengajar adalah peran customer service / SDM dalam pembinaan pelanggan / karyawan tersebut.
Dengan adanya peran nashrun ilmu, ada peran besar yang menjamin, menggaransi tegaknya agama. Jika seluruh masyarakat muslim menguasai ilmu agama sebagai kewajiban yang bersifat fardhu ain, maka agama akan tegak. Setiap muslim akan mengambil peran.
Definisi ulama, yaitu mereka yang mengenal / ma’rifat kepada Allah dan memahami hukum Allah. Maka setiap muslim adalah ulama.
Dalam Al Qur’an surat Fathir 28, Allah berfirman : “Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.”
Pada dasarnya setiap muslim pun takut pada Allah, maka setiap muslim adalah ulama, yang wajib mengajarkan ilmu.
Setiap ayah punya murid, yaitu anaknya. Kalau perlu, kita beri “reward” pada anak jika mendengarkan ajaran kita. Jika anak sudah diajari, maka “sasaran” pengajaran bisa diperluas ke lingkungan kecil, yang terus diperluas ke masyarakat luas. Subhanallah.
Sumber copy paste hadits : http://al-atsariyyah.com
Hadits : 10 Hari Pertama Dzulhijjah
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda :
“Tiada hari-hari yang mana amal shalih lebih disukai oleh Allah daripada dalam sepuluh hari permulaan bulan Dzulhijjah”.
Para shahabat bertanya: “Wahai rasulullah, walaupun berjuang pada jalan Allah?”.
Beliau bersabda :”Walaupun berjuang pada jalan Allah, kecuali seseorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya kemudian ia tidak menginginkan balasan apa-apa dari yang dikorbankannya itu”.
(H.R. Bukhari)
Dari Umar Radhiyallahu 'Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid".
Imam Bukhari Rahimahullah menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhuma keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orangpun mengikuti takbirnya.
Dan Ishaq, Rahimahullah, meriwayatkan dari fuqaha', tabiin bahwa pada hari-hari ini mengucapkan : Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Ilallah, wa-Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamdu
(H.R. Imam Ahmad)
(Copy paste dari email Hikmah Pagi di kantor)
“Tiada hari-hari yang mana amal shalih lebih disukai oleh Allah daripada dalam sepuluh hari permulaan bulan Dzulhijjah”.
Para shahabat bertanya: “Wahai rasulullah, walaupun berjuang pada jalan Allah?”.
Beliau bersabda :”Walaupun berjuang pada jalan Allah, kecuali seseorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya kemudian ia tidak menginginkan balasan apa-apa dari yang dikorbankannya itu”.
(H.R. Bukhari)
Dari Umar Radhiyallahu 'Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid".
Imam Bukhari Rahimahullah menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhuma keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orangpun mengikuti takbirnya.
Dan Ishaq, Rahimahullah, meriwayatkan dari fuqaha', tabiin bahwa pada hari-hari ini mengucapkan : Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Ilallah, wa-Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamdu
(H.R. Imam Ahmad)
(Copy paste dari email Hikmah Pagi di kantor)
Friday, October 14, 2011
Jawaban Kegelisahan
Pernah mengalami kegelisahan? Kekhawatiran?
Yang terasa cukup pelik, yang terasa sulit dicari pemecahannya? Yang terasa hampir membuat putus asa?
Dan dalam keterpurukan itu Allah tiba-tiba saja memberikan jawabannya.
Dan ada kalanya jawaban itu bukan berupa jawaban atas persoalan itu sendiri. Tetapi berupa titik terang, bahwa sebenarnya kita tidak perlu gelisah, bahwa kita tidak perlu khawatir.
Dan ketika ini terjadi, hati sudah bisa menjadi sangat tenang.
Maka memang doa yang paling tepat bukanlah “kabulkan semua permintaanku” tetapi “hilangkan rasa sedihku, hilangkan rasa takutku”.
Persoalannya mungkin masih ada, tetapi kita sudah berani menghadapinya. Paling tidak satu langkah maju sudah terjadi.
Dan yakinlah bahwa Allah begitu dekat, pertolongan-Nya begitu dekat.
Yang terasa cukup pelik, yang terasa sulit dicari pemecahannya? Yang terasa hampir membuat putus asa?
Dan dalam keterpurukan itu Allah tiba-tiba saja memberikan jawabannya.
Dan ada kalanya jawaban itu bukan berupa jawaban atas persoalan itu sendiri. Tetapi berupa titik terang, bahwa sebenarnya kita tidak perlu gelisah, bahwa kita tidak perlu khawatir.
Dan ketika ini terjadi, hati sudah bisa menjadi sangat tenang.
Maka memang doa yang paling tepat bukanlah “kabulkan semua permintaanku” tetapi “hilangkan rasa sedihku, hilangkan rasa takutku”.
Persoalannya mungkin masih ada, tetapi kita sudah berani menghadapinya. Paling tidak satu langkah maju sudah terjadi.
Dan yakinlah bahwa Allah begitu dekat, pertolongan-Nya begitu dekat.
Insya Allah - Maher Zain
Everytime you feel like you cannot go on
You feel so lost
That your so alone
All you is see is night
And darkness all around
You feel so helpless
You can’t see which way to go
Don’t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side
Insha Allah x3
Insya Allah you’ll find your way
Everytime you commit one more mistake
You feel you can’t repent
And that its way too late
Your’re so confused, wrong decisions you have made
Haunt your mind and your heart is full of shame
Don’t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side
Insha Allah x3
Insya Allah you’ll find your way
Insha Allah x3
Insya Allah you’ll find your way
Turn to Allah
He’s never far away
Put your trust in Him
Raise your hands and pray
OOO Ya Allah
Guide my steps don’t let me go astray
You’re the only one that showed me the way,
Showed me the way x2
Insyaallah x3
Insya Allah we’ll find the way
You feel so lost
That your so alone
All you is see is night
And darkness all around
You feel so helpless
You can’t see which way to go
Don’t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side
Insha Allah x3
Insya Allah you’ll find your way
Everytime you commit one more mistake
You feel you can’t repent
And that its way too late
Your’re so confused, wrong decisions you have made
Haunt your mind and your heart is full of shame
Don’t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side
Insha Allah x3
Insya Allah you’ll find your way
Insha Allah x3
Insya Allah you’ll find your way
Turn to Allah
He’s never far away
Put your trust in Him
Raise your hands and pray
OOO Ya Allah
Guide my steps don’t let me go astray
You’re the only one that showed me the way,
Showed me the way x2
Insyaallah x3
Insya Allah we’ll find the way
Hadits : Qurban
Hadits Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata:
“Wahai Rasulullah SAW, apakah kurban itu?”
Rasulullah menjawab: “Kurban adalah sunahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.”
Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan kurban itu?”
Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”
Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”
Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.”
(H.R. Ahmad dan Ibnu Majah)
(Copy paste dari email Hikmah Pagi di kantor)
“Wahai Rasulullah SAW, apakah kurban itu?”
Rasulullah menjawab: “Kurban adalah sunahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.”
Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan kurban itu?”
Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”
Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”
Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.”
(H.R. Ahmad dan Ibnu Majah)
(Copy paste dari email Hikmah Pagi di kantor)
Subscribe to:
Posts (Atom)