Tuesday, August 7, 2012

18 Ramadhan - Menjemput Rezeki dan Menjadi Insan Terbaik


Ceramah kali ini disampaikan oleh ustadz sekaligus motivator dan inspirator, Jamil Azzaini.

Seringkali banyak orang muda yang minta saran ingin kaya. orang kaya ingin tambah kaya, orang kaya khawatir jatuh miskin.

Jika ada orang yang kaya raya lalu menjadi bangkrut, biasanya adalah mereka yang berfokus pada “aku”, pada diri sendiri, dan egois. Menerima tetapi tidak member.

Seharusnya, jika kita ingin sukses, maka kita harus mensukseskan orang lain. Fokus pada “kita”. Maka disebut “terima kasih”, setelah terima, lalu kasih (berikan) ke orang lain.

Jika berfokus kepada “kita”, kita akan bahagia. Manusiakan setiap orang, perlakukan dengan baik, banyak memberi dan jangan pelit. Jika kita berfokus kepada “kita”, kita akan dipermudah oleh alam.

Energi yang kita keluarkan akan kembali kita. Sesuai dengan hukum kekekalan energi. Jika kita memberikan kebaikan, kita akan mendapat kebaikan. Jika kita menebar keburukan kita akan mendapat keburukan. Jika belum dirasakan saat ini, suatu saat akan kita rasakan.

Untuk sukses dalam bisnis, perlu cara professional dan cara spiritual. Lakukan shalat dhuha 4 atau 6 rakaat. Berikan sedekah, kalau perlu dengan seluruh tabungan yang dimiliki. Karena matematika Allah berbeda.

Jadilah makelar rezeki. Tidak perlu takut kalah kaya, kalah populer, kalah pintar, kalah terkenal. Buat orang lain menjadi kaya, populer, pintar dan terkenal.

Bisnis yang sukses adalah bisnis yang tetap “jalan” walaupun ditinggal “jalan-jalan”.

Syarat pertama, jadilah pemain, jangan menjadi penonton ataupun komentator. Tidak akan mendapat hasil.
Syarat kedua, hindari kata “tetapi”. “Saya ingin bisnis, tetapi tidak punya modal, tetapi tidak punya waktu”.

Tiga tips untuk dapat menjadi makelar rezeki.

Pertama, tentukan jejak apa yang ingin ditinggalkan di muka bumi, untuk jadi alasan masuk ke surga nanti? Harus berupa kebaikan yang member manfaat ke orang lain bukan cuma bermanfaat bagi diri sendiri. Ibadah tidak boleh egois. Amal yang terus berlanjut setelah mati, adalah amal yang bermanfaat bagi orang lain : amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang soleh.

Kebarhasilan kita mendidik anak baru dapat dilihat adalah jika nanti anak kita sudah mendidik anaknya sendiri.

Apa yang kita ingin anak kita lihat, ketika di google diketikkan nama kita?

Kedua, temukan apa yang menjadi kekuatan kita. Jika kita selama ini tidak sukses dalam karir, mungkin karena kita justru menggunakan kelemahan kita.

Ciri bahwa sesuatu adalah kekuatan kita adalah :
Pertama, kita enjoy melakukannya. Waktu tak terbatas pun, di hari Senin setelah libur pun, kita lakukan dengan gembira.
Kedua, bertumbuh dengan kemampuan yang terus meningkat. Sebagaimana dalam hadits, barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia merugi, dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin, maka celaka. Jangan sampai dari tahun ke tahun kita tetap sama.
Ketiga, dihargai orang, dibayar mahal.

Melakukan sesuatu dengan kekuatan adalah mengoptimalkan bentuk syukur. Dalam Al Qur’an disebutkan jika kita bersyukur, Allah akan tambahkan. Jika kita merasa belum ada pertambahan, mungkin kita belum cukup bersyukur, karena belum mengoptimalkan kekuatan kita.

Carilah kekuatan kita, tanyakan kepada orang-orang terdekat, istri / suami kita. Untuk anak kita pun, cari kekuatannya, dan berikan pendidikan sesuai kekuatan mereka.

Ketiga, perbaiki mental yaitu integritas (sesuai antara yang dikatakan dengan yang dikerjakan) dan memberikan yang terbaik agar kita mendapatkan yang terbaik. Tanyakan pada keluarga kita, apa yang membuat mereka paling bahagia, dan lakukan itu untuk mereka.

Jangan lakukan yang baik-baik, lakukan yang terbaik, lakukan yang kita cintai.

No comments: