Thursday, August 16, 2012

27 Ramadhan - Bermasyarakat ala Rasulullah

Hari terakhir ceramah Ramadhan di kantor, disampaikan oleh Ustadz Syahroni Mardani, Lc. Semoga bermanfaat.

Rasulullah aktif bergaul di masyarakat. Ketika terjadi banjir di Mekkah yang sampai merusak ka’bah, sebelum Rasulullah menjadi Nabi, beliau ikut membersihkan ka’bah dan menjadi pemberi solusi dalam kesepakatan pemilihan siapa yang mengembalikan hajar aswad.

Maka “menjadi anak gaul adalah sunnah nabi”. Muslim yang bergaul dan sabar lebih baik daripada muslim yang tidak bergaul dan tidak sabar. Karena memang dalam pergaulan pasti terdapat tantangan.

Rasulullah adalah pribadi yang rendah hati dan tawadhu, sehingga beliau disenangi orang. Dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah berkata bahwa orang yang memiliki barang berhak untuk membawa barangnya sendiri, kecuali jika ia tidak kuta, ia dapat meminta tolong kepada yang lain. Tentunya dengan niat baik karena Allah.

Dalam hadits disebutkan bahwa harta yang disedekahkan tidak akan berkurang. Mereka yang suka memaafkan akan dimuliakan. Dan yang rendah hati karena Allah akan diangkat derajatnya oleh Allah.

Dikisahkan Rasulullah sedang berjalan dengan sahabat yang bernama Qays. Saat itu Rasulullah naik kuda, sedangkan Qays berjalan kaki di sampingnya. Rasulullah pun meminta Qays agar naik ke kuda beliau, namun Qays menolak. Lalu Rasulullah berkata bahwa jika akan berjalan bersama, agar naik ke kuda beliau. Jika tidak mau naik ke kuda beliau, lebih baik berjalan terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah merasa tidak nyaman ketika berjalan berkuda sedangkan ada teman seperjalanan yang berjalan kaki.

Ketika Rasulullah hijrah dari Mekkah ke Madinah, kaum Anshar tidak mengetahui yang mana Rasulullah, dan yang mana Abu Bakar. Hal ini karena Rasulullah tidak memiliki pakaian khusus sebagai nabi, tetap mengenakan pakaian biasa saja.

Rasulullah memiliki unta yang bernama Al Adba, yang tidak pernah terkalahkan (barangkali karena memang kencang, atau karena sahabat tidak ingin mendahului unta Rasulullah). Suatu hari ada seorang Arab dari perkampungan yang untanya mendahului unta Rasulullah. Sahabat pun merasa tidak nyaman. Rasulullah lalu bersabda, “Siapa yang menyombongkan diri dunia akan direndahkan oleh Allah SWT.”

Rasulullah peduli pada orang lain. Setelah shalat, beliau menghadap ke jamaah, untuk mengetahui siapa saja yang hadir dan tidak hadir, karena sakit misalnya.

Dalam hadits disebutkan bahwa barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir, hendaknya memuliakan tamu, memuliakan tetangga, dan berkata yang baik atau diam.

Dalam hadits lain disebutkan bahwa Islam yang paling baik adalah memberi makan untuk orang lain dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal maupun yang belum kamu kenal.

Memberi makan termasuk untuk orang miskin maupun kepada teman dan kerabat. Yang juga baik adalah mengundang orang untuk makan bersama. Dengan makan bersama akan terjalin silaturahim. Orang yang sering mengundang maka, akan disukai orang. Janganlah kita termasuk orang yang “syuhha”, yaitu  bakhil berlebihan, bukan hanya bagi orang lain tetapi juga bagi diri sendiri.

Mengundang makan adalah tradisi dalam Islam, misalnya pada walimah akikah ataupun walimah ursy (pernikahan).  Minimal memotong 1 kambing, dan tidak ada batas maksimal. Mereka yang diundang tetapi tidak datang, maka termasuk maksiat kepada Allah. Dapat dikatakan wajib untuk datang, dan sunnah untuk makan.

Rasulullah selalu tersenyum, dan mengucapkan salam, dan menegur yang kenal maupun yang belum kenal. Dan beliau mengucapkan salam terlebih dahulu.

Abdullah bin Umar berjalan di Mekkah bersama Abdullah bin Fulan (maaf tidak terdengar namanya), kemudian mereka berjumpa dengan orang tua, Abdullah bin Umar pun menyapa, memberikan sorban, dan memintanya naik ke kudanya. Ketika ditanya, ternyata orang tua tersebut adalah kawan almarhum ayahnya, Umar bin Khattab. Maka salah satu cara berbakti pada orang tua yang telah wafat adalah dengan menghormati kawan-kawan beliau.

No comments: