Ceramah disampaikan oleh Ustadz Fahmi
Salim, Lc di Mushalla
Tarbiyah, tanggal 1 Rajab
1438 atau 30 Maret 17.
Ada 10 hikmah
yang bisa kita peroleh dari kisah Nabi Musa dan Fir’aun dalam Al Qur’an.
1 Rencana Allah pasti terlaksana
Allah punya
cara untuk menyelamatkan risalahnya. Orang kafir ingin memadamkan cahaya Islam,
tapi Allah akan menjaga sampai akhir zaman. Ada ataupun tidak ada kita.
Bayi Musa
yang tak berdaya, Allah selamatkan dari pembunuhan bayi laki-laki, masuk ke istana
dan justru nantinya melawan Fir’aun. Ketika Allah perintahkan untuk mendatangi
Fir’aun, Nabi Musa gentar karena yang dihadapi adalah orang tuanya, yang
memiliki kekuasaan dan kekuatan yang besar. Tapi Allah mengingatkan beliau bahwa
dulu ketika masih bayi dan belum seperti sekarang, Allah selamatkan Nabi Musa.
Maka sekarang pergi saja, Allah yang akan menyelesaikan.
2 Hati manusia ada dalam genggaman Allah
Dalam surat
Al Qashash, bayi Musa yang masih merah dan baru saja lahir, belum sempat ada
keterikatan dengan ibunya, dihanyutkan ke sungai Nil. Allah kemudian melunakkan
hati istri Firaun dan mengambil bayi Musa sebagai permata hati kerajaan. Allah
berikan kekuatan hati untuk ibu Musa untuk melepaskan bayi Musa, dan
memerintahkan kakak perempuan bayi Musa untuk mengikuti.
Hikmah bagi
kita, dakwah harus kekuatan hati, karena takdir Allah akan bekerja, kita harus
tetap pasrah.
Karena ada
keajaiban, bayi Musa tidak mau berhenti menangis walaupun sudah dicoba disusui
oleh berbagai ibu susu. Sampai akhirnya kerajaan membuat sayembara, dan saudari
bayi Musa ikut serta, lalu menunjukkan kepada mereka wanita yang akan membuat
bayi itu tidak menangis lagi. Allah kembalikan Musa pada ibunya, agar ia tenang
dan tidak sedih, karena janji Allah pasti benar.
Hidup harus
kita arungi dengan yakin, tabah, dan tawakal, dengan kepercayaan bahwa yang
terjadi pasti yang terbaik. Dan akan tiba nikmat yang tidak terduga.
3 Kita tidak bisa mengatur iman orang lain
Fir’aun
merasa sebagai tuhan, namun istrinya mengakui Allah sebagai tuhannya. Dalam
surat At Tahrim, istri Fir’aun disebut dengan “imroah” bukan “zauj” atau
“ahli”, atau artinya adalah perempuan Fir’aun, bukan istri atau keluarga.
Karena
Fir’aun hanya bisa menguasai fisiknya, tapi bukan hatinya
Istri Fir’aun
berdoa, “Bangunkan untukku rumah di surga dan selamatkan aku dari Firaun.”
Sebaliknya
dengan Nabi Nuh dan Nabi Luth, orang-orang soleh dengan istri yang melanggar
perintah Allah.
4 Rumah bersifat rahasia
Fir’aun dan istrinya
adalah suami istri yang hidup dalam satu rumah, tetapi bisa menjadi asing satu
sama lain, karena yang bisa menyatukan adalah hati yang tunduk pada Allah.
5 Kekuatan tentara tidak bisa menghalangi
seseorang beriman, yang tidak gentar dengan ancaman apa pun
Penyihir di
masa Nabi Musa bisa dianalogikan dengan media saat ini, yang memutarbalikkan
berita bagi masyarakat.
Para
penyihir ketika sadar bahwa kalah menghadapi mukjizat Nabi Musa, lalu diancam
oleh Fir’aun ketika akan pindah menjadi beriman, dan Fir’aun berkata bahwa
semua yang ada di sana saat itu berada dalam kekuasannya, dan menuduh mereka
melakukan makar agar bisa mengeluarkan penduduk dari Mesir. Lalu Fir’aun
mengancam akan menghukum cincang potong tangan kaki secara silang.
Sebelumnya
ketika akan dilakukan lomba antara Nabi Musa dan Fir’aun, mereka menanyakan apa
yang akan mereka dapatkan. Fir’aun menjanjikan kedekatan dengan Fir’aun, nikmat
fasilitas. Fir’aun mendapatkan loyalitas atas fasilitas dunia yang semu.
Ketika para
penyihir berbalik menuju Allah. Maka mereka berkata bahwa Fir'aun dendam pada
kami karena kami beriman pada Allah. Dan mereka berdoa untuk diberikan
kesabaran, dan matikan kami muslim.
Begitulah
penguasa yang zalim, ketika dalam kondisi terdesak akan menuduh makar. Dan orang
beriman harus sabar karena akan diuji.
6 Pejuang kebenaran menghadapi penguasa
zalim
Pejuang
kebenaran akan mendapat tuduhan makar, akan dianggap memperjualbelikan agama,
akan dianggap merusak.
Pada surat
Gafir 26, Fir'aun menuduh bahwa ada pengacau mengancam masa depan Mesir. Dan
menyampaikan bahwa ia khawatir dengan rakyatnya, bahwa Musa suka
memutarbalikkan fakta, dan melakukan politisasi agama supaya rakyat tidak
tunduk pada Fira'un, dan akan mengganti agama orang Mesir. Padahal justru
Fir'aun yang akan melakukan hal itu.
7 Hamba sahaya budak yang menciptakan
algojo bagi penguasa
Fir'aun pada
awal memegang kekuasaan adalah seorang yang baik, sederhana, humble dan
memukau.
Kemudian
rakyat memuja Fir'aun bahkan sampai mengkultuskan, dan ia pun menjadi tiran.
Maka rakyat
jangan terlalu mengkultuskan pemimpin
dan harus berani menasihati penguasa.
Firaun
berkata, "Wahai kaumku, kekuasaan Mesir berada dalam kendaliku. Sungai Nil
mengalir di bawah kakiku. Bukankah aku lebih baik dari Musa?”
Rakyat Mesir
di masa itu adalah contoh rakyat yang fasik, dan contoh bahwa kesombongan
mengakibatkan perpecahan.
8 Bila Allah ingin menolong, Allah akan
berikan sarananya yang dapat dalam bentuk yang sederhana
Untuk Nabi
Musa saat itu, Allah berikan tongkat, yang ternyata bisa digunakan untuk
mengalahkan penyihir dan dipukulkan ke laut Merah.
Jangan
meremehkan persenjataan yang terlihat remeh dan sederhana. Doa adalah senjata
terkuat orang beriman. Hubungan dengan Allah subhanahu wata’ala.
9 Hukum kausalitas hanya berlaku bagi
manusia, tidak berlaku bagi Allah
Air netral,
bisa menyelamatkan Nabi Musa, bisa menghancurkan dan menenggelamkan Fir’aun.
Segala isi
muka bumi bisa menjadi tentara Allah
10 Penyesalan tidak berguna
Dalam surat
Ghafir dijelaskan bahwa para pengikut keburukan ketika masuk ke neraka
memprotes, bahwa mereka hanya rakyat kecil, yang hanya mengikuti saja ajakan
pemimpin mereka. Dan para pemimpin meminta mereka diam karena sudah sama-sama
di neraka.