Dari Kajian
Muslimah Mushalla Tarbiyah oleh Ustadzah Erika, hari Jumat, 24
Jumadil Akhir 1438, 23 Maret 2017.
Orang
munafik di akhirat nanti akan berada di kerak neraka, lebih buruk daripada
orang kafir yang berada di neraka jahannam selama-lamanya.
3 ciri orang
munafik adalah :
1 bila
berjanji, ia ingkar
2 bila
berbicara, ia berbohong
3 bila
diberi amanah, ia berkhianat
Salah satu
ciri saja ada pada kita, maka kita harus berintrospeksi, kalau-kalau kita
termasuk orang munafik.
Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam sangat menghindari berbohong. Dalam suatu riwayat
disampaikan bahwa suatu waktu ada
seorang muslim berlari melewati Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, yang
sedang dikejar oleh orang kafir dan akan dibunuh. Setelah muslim itu berlalu,
datanglah orang kafir yang mengejarnya dan bertanya apakah Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam melihat orang tadi. Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam lalu mundur dua langkah dan menjawab, “Selama saya di sini, saya tidak
melihat ada orang yang lewat.”
Beberapa
prinsip yang digunakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam saat itu adalah,
bahwa sesama muslim harus saling melindungi, waspada bila seorang non muslim
berbicara karena belum tentu benar, serta tidak boleh berbohong.
Bahkan bercanda
pun tidak diperbolehkan untuk berbohong.
Bila kita
berjanji, maka sedapat mungkin harus kita tepati, kecuali ada udzur syar’i
yaitu halangan-halangan yang dapat dibenarkan secara syariah, seperti sakit
atau jalan sangat macet.
Ketika kita
melihat ciri-ciri orang munafik, hal itu tidak dimaksudkan agar kita bisa
menunjuk orang lain sebagai orang munafik. Tetapi dengan kriteria-kriteria yang
ada, kita bisa lebih hati-hati dengan teman-teman yang memiliki ciri orang
munafik, dan bila sangat ekstrim, ada kemungkinan sebaiknya kita tinggalkan.
Selanjutnya
ciri-ciri lebih detil tentang orang munafik ada pada Al Qur’an surat An Nisa
ayat 138-146.
Pada ayat
138 dinyatakan bahwa “bassyir” yang artinya berikan kabar gembira, dalam hal ini
bagi orang munafik, bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. Hal ini
dapat dimaknai bahwa pada dasarnya tidak ada berita gembira bagi orang munafik.
Pada ayat
139 dijelaskan ciri pertama orang munafik, yaitu orang yang mengambil orang
kafir sebagai “auliya” dan meninggalkan orang mukmin. Pembahasan makna auliya
antara pemimpin, sahabat, dan teman setia adalah makna yang seluruhnya benar.
Hal ini
mirip dengan perdebatan antara shalat subuh dengan doa qunut atau tanpa doa
qunut, sampai menimbulkan permusuhan antara dua pihak yang berbeda itu, dan
justru malah berteman dengan muslim yang tidak shalat subuh, misalnya.
Makna auliya
pada dasarnya sama dengan yang selama ini digunakan dalam Bahasa Indonesia,
yaitu wali, misalnya wali murid, yaitu orang yang bertanggung jawab, berkuasa,
memimpin.
Pada ayat 140,
dijelaskan bahwa bila kita mendengar ayat Allah diperolok-olok, maka sebaiknya
kita tidak duduk bersama dengan kelompok orang tersebut. Karena kita akan sama
dengan orang-orang tersebut, dan walaupun kita tidak ikut menyetujui, bila kita
diam, maka kita dianggap setuju. Dan bahwa orang munafik dan orang kafir akan
bersama-sama di neraka jahannam bersama syaitan dan iblis.
Ciri
selanjutnya pada ayat 141, yaitu bahwa orang munafik akan menunggu peristiwa
yang akan terjadi pada orang mukmin. Bila mukmin menang, mereka mengaku bersama
orang mukmin, dan bila orang kafir yang menang, mereka mangaku bersama orang
kafir. Allah berjanji bahwa Allah tidak akan memenangkan orang kafir di akhirat.
Ciri
berikutnya pada ayat 142, yaitu bahwa orang munafik itu menipu Allah, shalat
dengan malas, shalat ketika dilihat orang karena riya, dan sangat sedikit
mengingat Allah.
Di ayat 143,
orang munafik dalam keadaan ragu ikut golongan yang mana. Mereka tidak ke
kanan, tidak juga ke kiri. Sementara Islam harus berpihak kepada yang haq.
Mereka selalu dalam keadaan bingung memilih mana yang benar, walaupun
tanda-tandanya sudah sangat jelas.
Isi ayat 138
diulang kembali pada ayat 144, bahwa orang munafik memilih orang kafir sebagai
wali dan meninggalkan orang mukmin. Di ayat ini Allah menyatakan apakah mereka
menginginkan untuk diazab Allah saat ini juga?
Di ayat 145
dijelaskan bahwa orang munafik ditempatkan pada tingkatan paling bawah dari
neraka. Dan tidak ada penolong.
Di ayat 146,
Allah memberikan peluang bagi orang munafik untuk bertaubat, namun dengan
persyaratan yang cukup sulit, yaitu bertaubat dan mengadakan perbaikan dan
istiqamah dan ikhlas. Pada persyaratan
ini digunakan kata “dan” yang menunjukkan bahwa semua syarat itu harus
dipenuhi, barulah taubat seorang munafik bisa diterima.
Tidak cukup
dengan hanya bertaubat atas dosa yang dilakukan, orang munafik harus melakukan
perbaikan yaitu memperbaiki orang-orang yang pernah diajak melakukan hal-hal
yang salah tadi. Selanjutnya, harus menjalankannya dengan istiqamah dan juga
ikhlas, yang bagi mukmin pun merupakan hal yang tidak mudah.
Contoh
penggunaan lain kata “dan” sebagai persyaratan adalah pada surat Al Ashr, yang
menyatakan bahwa semua orang dalam keadaan merugi kecuali mereka yang beriman
dan beramal soleh dan mengajak kepada kebenaran dan mengajak dengan kesabaran.
Muslim harus
bersama, karena setan bersama dengan orang yang sendirian. Ciri-ciri mukmin
adalah orang yang melakukan perbaikan (ishlah), dan istiqamah serta ikhlas.
Harus
diyakini bahwa satu kebaikan, sedekah misalnya, akan diberikan balasan 10 kali
lipat dari nilai nominal walaupun tidak sama persis (dalam bentuk uang tunai
sebagaimana yang kita berikan), tapi bisa berupa dihindarkan dari musibah.
Ada seorang
ulama yang berinfaq 100 dinar dan sangat yakin bahwa akan mendapatkan balasan
sebesar 1000 dinar. Dan tepat saat itu utusan raja membagikan uang dari raja
dalam kantung-kantung yang masing-masing berisi 100 dinar. Ulama ini sedang
tidak ada di rumahnya ketika kantung untuknya disampaikan. Ketika ia tiba, dia
melihat bahwa hanya ada 9 kantung untuknya, yaitu 900 dinar. Ulama ini lalu
bertanya kepada sang utusan bahwa seharusnya ia mendapatkan 10 kantung, dan
ketika diperiksa kembali memang ada 1 kantung yang terjatuh.
Kepada orang
tua, bila ada perbedaan pemahaman, kita harus tetap menyampaikan kebenaran
dengan kesabaran dan dengan cara yang baik.
Bagaimana dengan pendapat bahwa sistem demokrasi adalah bukan sistem Islam dan seharusnya
ditinggalkan saja?
Indonesia adalah negeri sekuler. Dan di dunia belum ada
negara yang menjalankan hukum Islam 100%. Yang tertinggi saat ini adalah Sudan,
sekitar 90%. Saudi sekitar 50%. Apa yang tidak bisa dibetulkan semua jangan
ditinggalkan semua.
Keterlibatan
Islam dalam politik sudah ada sejak masa Rasulullah shalallahu ‘alalihi
wasallam yang ketika tiba di Madinah selain membangun masjin, beliau membuat Piagam
Madinah yaitu perjanjian dengan kaum Yahudi, antara lain menentukan batas-batas
wilayah tempat tinggal kaum Yahudi dan kaum muslimin.
Dalam perang
Khandak atau perang Al Ahzab, yang artinya sekutu, dalam hal ini sekutu antara
muslim dan Yahudi. Pada perang tersebut atas saran Salman Al Farisi, dibuat
parit yang memblokade. Ketika muslim tidak menyerah walaupun persediaan makanan
makin menipis, Allah turunkan angina puting beliung dan perang pun berakhir.
Dari contoh
tersebut sangat jelas bahwa Allah melihat usaha kita, bukan hasil. Allah yang
akan memainkan selanjutnya, semua terjadi atas izin Allah.
Sebaiknya tetap kita hargai. Mereka yang menggunakan hijab tapi
masih “buka tutup”, sebetulnya jauh lebih baik daripada “buka terus”. Karena
hidayah itu berproses.
Tapi penting
untuk juga memastikan bahwa kita melakukan sesuatu bukan hanya karena
ikut-ikutan.
No comments:
Post a Comment