Thursday, March 30, 2017

Inspirasi Al Qur'an dari kisah Nabi Musa dan Fir’aun

Ceramah disampaikan oleh Ustadz Fahmi Salim, Lc di Mushalla Tarbiyah, tanggal 1 Rajab 1438 atau 30 Maret 17.

Ada 10 hikmah yang bisa kita peroleh dari kisah Nabi Musa dan Fir’aun dalam Al Qur’an.

1 Rencana Allah pasti terlaksana

Allah punya cara untuk menyelamatkan risalahnya. Orang kafir ingin memadamkan cahaya Islam, tapi Allah akan menjaga sampai akhir zaman. Ada ataupun tidak ada kita.

Bayi Musa yang tak berdaya, Allah selamatkan dari pembunuhan bayi laki-laki, masuk ke istana dan justru nantinya melawan Fir’aun. Ketika Allah perintahkan untuk mendatangi Fir’aun, Nabi Musa gentar karena yang dihadapi adalah orang tuanya, yang memiliki kekuasaan dan kekuatan yang besar. Tapi Allah mengingatkan beliau bahwa dulu ketika masih bayi dan belum seperti sekarang, Allah selamatkan Nabi Musa. Maka sekarang pergi saja, Allah yang akan menyelesaikan.

2 Hati manusia ada dalam genggaman Allah

Dalam surat Al Qashash, bayi Musa yang masih merah dan baru saja lahir, belum sempat ada keterikatan dengan ibunya, dihanyutkan ke sungai Nil. Allah kemudian melunakkan hati istri Firaun dan mengambil bayi Musa sebagai permata hati kerajaan. Allah berikan kekuatan hati untuk ibu Musa untuk melepaskan bayi Musa, dan memerintahkan kakak perempuan bayi Musa untuk mengikuti.

Hikmah bagi kita, dakwah harus kekuatan hati, karena takdir Allah akan bekerja, kita harus tetap pasrah.

Karena ada keajaiban, bayi Musa tidak mau berhenti menangis walaupun sudah dicoba disusui oleh berbagai ibu susu. Sampai akhirnya kerajaan membuat sayembara, dan saudari bayi Musa ikut serta, lalu menunjukkan kepada mereka wanita yang akan membuat bayi itu tidak menangis lagi. Allah kembalikan Musa pada ibunya, agar ia tenang dan tidak sedih, karena janji Allah pasti benar.

Hidup harus kita arungi dengan yakin, tabah, dan tawakal, dengan kepercayaan bahwa yang terjadi pasti yang terbaik. Dan akan tiba nikmat yang tidak terduga.

3 Kita tidak bisa mengatur iman orang lain

Fir’aun merasa sebagai tuhan, namun istrinya mengakui Allah sebagai tuhannya. Dalam surat At Tahrim, istri Fir’aun disebut dengan “imroah” bukan “zauj” atau “ahli”, atau artinya adalah perempuan Fir’aun, bukan istri atau keluarga.
Karena Fir’aun hanya bisa menguasai fisiknya, tapi bukan hatinya

Istri Fir’aun berdoa, “Bangunkan untukku rumah di surga dan selamatkan aku dari Firaun.”
Sebaliknya dengan Nabi Nuh dan Nabi Luth, orang-orang soleh dengan istri yang melanggar perintah Allah.

4 Rumah bersifat rahasia

Fir’aun dan istrinya adalah suami istri yang hidup dalam satu rumah, tetapi bisa menjadi asing satu sama lain, karena yang bisa menyatukan adalah hati yang tunduk pada Allah.

5 Kekuatan tentara tidak bisa menghalangi seseorang beriman, yang tidak gentar dengan ancaman apa pun

Penyihir di masa Nabi Musa bisa dianalogikan dengan media saat ini, yang memutarbalikkan berita bagi masyarakat.

Para penyihir ketika sadar bahwa kalah menghadapi mukjizat Nabi Musa, lalu diancam oleh Fir’aun ketika akan pindah menjadi beriman, dan Fir’aun berkata bahwa semua yang ada di sana saat itu berada dalam kekuasannya, dan menuduh mereka melakukan makar agar bisa mengeluarkan penduduk dari Mesir. Lalu Fir’aun mengancam akan menghukum cincang potong tangan kaki secara silang.

Sebelumnya ketika akan dilakukan lomba antara Nabi Musa dan Fir’aun, mereka menanyakan apa yang akan mereka dapatkan. Fir’aun menjanjikan kedekatan dengan Fir’aun, nikmat fasilitas. Fir’aun mendapatkan loyalitas atas fasilitas dunia yang semu. 

Ketika para penyihir berbalik menuju Allah. Maka mereka berkata bahwa Fir'aun dendam pada kami karena kami beriman pada Allah. Dan mereka berdoa untuk diberikan kesabaran, dan matikan kami muslim.

Begitulah penguasa yang zalim, ketika dalam kondisi terdesak akan menuduh makar. Dan orang beriman harus sabar karena akan diuji.

6 Pejuang kebenaran menghadapi penguasa zalim

Pejuang kebenaran akan mendapat tuduhan makar, akan dianggap memperjualbelikan agama, akan dianggap merusak.

Pada surat Gafir 26, Fir'aun menuduh bahwa ada pengacau mengancam masa depan Mesir. Dan menyampaikan bahwa ia khawatir dengan rakyatnya, bahwa Musa suka memutarbalikkan fakta, dan melakukan politisasi agama supaya rakyat tidak tunduk pada Fira'un, dan akan mengganti agama orang Mesir. Padahal justru Fir'aun yang akan melakukan hal itu.

7 Hamba sahaya budak yang menciptakan algojo bagi penguasa

Fir'aun pada awal memegang kekuasaan adalah seorang yang baik, sederhana, humble dan memukau.
Kemudian rakyat memuja Fir'aun bahkan sampai mengkultuskan, dan ia pun  menjadi tiran.

Maka rakyat jangan terlalu  mengkultuskan pemimpin dan harus berani menasihati penguasa.

Firaun berkata, "Wahai kaumku, kekuasaan Mesir berada dalam kendaliku. Sungai Nil mengalir di bawah kakiku. Bukankah aku lebih baik dari Musa?”

Rakyat Mesir di masa itu adalah contoh rakyat yang fasik, dan contoh bahwa kesombongan mengakibatkan perpecahan.

8 Bila Allah ingin menolong, Allah akan berikan sarananya yang dapat dalam bentuk yang sederhana

Untuk Nabi Musa saat itu, Allah berikan tongkat, yang ternyata bisa digunakan untuk mengalahkan penyihir dan dipukulkan ke laut Merah.

Jangan meremehkan persenjataan yang terlihat remeh dan sederhana. Doa adalah senjata terkuat orang beriman. Hubungan dengan Allah subhanahu wata’ala.

9 Hukum kausalitas hanya berlaku bagi manusia, tidak berlaku bagi Allah

Air netral, bisa menyelamatkan Nabi Musa, bisa menghancurkan dan menenggelamkan Fir’aun.
Segala isi muka bumi bisa menjadi tentara Allah

10 Penyesalan tidak berguna


Dalam surat Ghafir dijelaskan bahwa para pengikut keburukan ketika masuk ke neraka memprotes, bahwa mereka hanya rakyat kecil, yang hanya mengikuti saja ajakan pemimpin mereka. Dan para pemimpin meminta mereka diam karena sudah sama-sama di neraka. 

No comments: