Monday, March 27, 2017

Cabang Iman ke 64 – Menshalatkan Jenazah

Ceramah disampaikan oleh Ustadz Muhsinin Fauzi di Mushalla Tarbiyah, tanggal 23 Jumadil Akhir 1438 atau 22 Maret 2017. 

5 hak seorang muslim atas muslim lain, yang dari sisi lain maka adalah kewajiban seorang muslim kepada muslim yang lain, adalah :
1 Menjawab salam
2 Menengok yang sakit
3 Menshalatkan jenazah
4 Memenuhi undangan
5 Mendoakan yang bersin

Kelima hal tersebut adalah bagian dari memantapkan budaya Islam.

Budaya dapat dilihat dalam 3 tingkatan :
1 Bahasa, symbol, pakaian, humor, merk
2 Nilai dan etika perilaku
3 Pandangan hidup dan asumsi dasar

Bila terdapat perbedaan antara tingkat 1 dan tingkat 2 dan 3, maka itu adalah penipuan, atau dalam Islam disebut sebagai munafiq.
Bila dinyatakan di tingkat 2 tetapi tidak diwujudkan di tingkat 1, maka tidak terlihat. Contohnya beberapa kalangan yang menyatakan, “yang penting hatinya”, tapi tidak ada symbol yang ditampilkan.

Hal yang paling tampak ada di tingkat 1. Untuk menentukan apakah Islam ada di suatu masyarakat, maka dicek dengan apakah ada adzan di daerah tersebut.

Budaya yang bukan agama, seringkali hanya sampai tingkat 2, tidak sampai ke tingkat 3.

Muslim memiliki aturan yang baku dan sangat detil. Dan di masyarakat, disengaja atau tidak disengaja, ada pihak-pihak yang membuat peraturan yang berbeda dengan aturan muslim, seperti makan dengan tangan kiri, makan dengan berdiri, atau potongan rambut tertentu.  

Sebagai tanda bahwa kita tidak setuju dengan budaya tidak Islami, bila ada pesta dengan makan berdiri, maka kita bisa duduk di bawah, bila ada kloset duduk, kita jongkok di atas kloset tersebut. Karena produk seharusnya disesuaikan dengan budaya lokal, itu adalah kearifan lokal. Di Saudi Arabia seluruh kloset jongkok, seharusnya di Indonesia juga bisa demikian. 

Assalamualaikum dan selamat pagi jelas berbeda, dari yang terdengar pun berbeda, apa lagi maknanya.

Dalam kajian budaya, budaya adalah bagian terpenting dari peradaban. Teknologi adalah proses menuju budaya. Ketika budaya ambruk, maka pengetahuan pun akan ambruk.

Di Indonesia, ketika umat Islam berusaha meluruskan adat istiadat yang tidak syar'I, maka akan mendapatkan perlawanan yang sangat berat. Karena adat istiadat telah menjadi bagian dari budaya yang tak tergoyahkan. Mengubah budaya lebih sulit daripada mengubah kekuasaan, karena kekuasaan ada satu orang yang disasar.

Budaya seperti Rahim, lembut, tidak tampak, tetapi kokoh.  Berbeda dengan dinding yang jelas terlhat tapi mudah untuk digempur.
Analogi dalam dakwah, ketika pengajian dibuat, orang tidak melawan, tapi tidak hadir.

Kembali ke tema, dalam hadits Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa pahala untuk orang yang menshalatkan jenazah adalah 1 qirath dan bagi yang hadir di penguburan adalah 2 qirath. 1 qirath adalah sebesar gunung Uhud.

Hikmah waqiiyah dari orang yang rajin mengurus jenazah adalah ketika ia wafat pengurusannya jenazahnya akan dihadiri banyak orang. Allah akan gerakkan hati orang untuk hadir.

Ada kisah yang bisa dibaca di ngelmu.com, kisah nyata yang dialami oleh Ustadz Muhsinin tentang tetangganya, seorang perempuan guru Al Qur’an, yang juga sering mengurus jenazah, dan mencukur bayi yang baru lahir.

Beliau wafat ketika sedang menyimak muridnya membaca Al Qur’an. Awalnya terlihat mengantuk dan dibangunkan, masih sempat mengoreksi bacaan Al Qur’an muridnya, kemudian terlihat mengantuk lagi dang dibangunkan, kemudian tertidur dan wafat dengan memegang Al Qur’an, tersungkur di hadapan Al Qur'an.

Begitu banyak orang yang menshalatkan, masjid 2 lantai penuh, dan shalat jenazah dilakukan 2 kali. Beliau bukan tokoh besar, tapi Allah gerakkan hati untuk datang.

Hikmah sangat terasa ketika kita berada di makam. Dari orang yang meninggal kita bisa mendapat banyak pelajaran.

Pada ceramah jenazah, Ustadz Muhsinin biasanya menyampaikan, “Akhirnya semua orang berhenti di sini. Kita boleh mempunyai cita-cita. Tapi semua orang berhenti di sini. Dan semua tidak tahu kapan akan berhenti.”

Orang akan meninggal sesuai apa yang disukai.

Bagi yang memiliki kesempatan untuk dimakamkan dengan upacara militer, sebetulnya tidak perlu, pemakaman dengan cara Islam lebih khidmat dan lebih syar’i.

Hikmah dari peristiwa meninggal lebih masuk di hati dari 1000 ceramah. Namun tidak semua orang bisa mengambil hikmah.  

No comments: