Ceramah disampaikan oleh Ustadz Muhsinin Fauzi di Mushalla Tarbiyah, tanggal 23 Jumadil Akhir 1438 atau 22 Maret 2017.
5 hak
seorang muslim atas muslim lain, yang dari sisi lain maka adalah kewajiban
seorang muslim kepada muslim yang lain, adalah :
1 Menjawab
salam
2 Menengok yang
sakit
3 Menshalatkan
jenazah
4 Memenuhi
undangan
5 Mendoakan yang
bersin
Kelima hal
tersebut adalah bagian dari memantapkan budaya Islam.
Budaya dapat
dilihat dalam 3 tingkatan :
1 Bahasa, symbol,
pakaian, humor, merk
2 Nilai dan
etika perilaku
3 Pandangan
hidup dan asumsi dasar
Bila
terdapat perbedaan antara tingkat 1 dan tingkat 2 dan 3, maka itu adalah
penipuan, atau dalam Islam disebut sebagai munafiq.
Bila
dinyatakan di tingkat 2 tetapi tidak diwujudkan di tingkat 1, maka tidak
terlihat. Contohnya beberapa kalangan yang menyatakan, “yang penting hatinya”,
tapi tidak ada symbol yang ditampilkan.
Hal yang
paling tampak ada di tingkat 1. Untuk menentukan apakah Islam ada di suatu
masyarakat, maka dicek dengan apakah ada adzan di daerah tersebut.
Budaya yang
bukan agama, seringkali hanya sampai tingkat 2, tidak sampai ke tingkat 3.
Muslim memiliki
aturan yang baku dan sangat detil. Dan di masyarakat, disengaja atau tidak
disengaja, ada pihak-pihak yang membuat peraturan yang berbeda dengan aturan
muslim, seperti makan dengan tangan kiri, makan dengan berdiri, atau potongan rambut
tertentu.
Sebagai
tanda bahwa kita tidak setuju dengan budaya tidak Islami, bila ada pesta dengan
makan berdiri, maka kita bisa duduk di bawah, bila ada kloset duduk, kita
jongkok di atas kloset tersebut. Karena produk seharusnya disesuaikan dengan
budaya lokal, itu adalah kearifan lokal. Di Saudi Arabia seluruh kloset
jongkok, seharusnya di Indonesia juga bisa demikian.
Assalamualaikum
dan selamat pagi jelas berbeda, dari yang terdengar pun berbeda, apa lagi maknanya.
Dalam kajian
budaya, budaya adalah bagian terpenting dari peradaban. Teknologi adalah proses
menuju budaya. Ketika budaya ambruk, maka pengetahuan pun akan ambruk.
Di
Indonesia, ketika umat Islam berusaha meluruskan adat istiadat yang tidak syar'I,
maka akan mendapatkan perlawanan yang sangat berat. Karena adat istiadat telah
menjadi bagian dari budaya yang tak tergoyahkan. Mengubah budaya lebih sulit
daripada mengubah kekuasaan, karena kekuasaan ada satu orang yang disasar.
Budaya
seperti Rahim, lembut, tidak tampak, tetapi kokoh. Berbeda dengan dinding yang jelas terlhat
tapi mudah untuk digempur.
Analogi
dalam dakwah, ketika pengajian dibuat, orang tidak melawan, tapi tidak hadir.
Kembali ke
tema, dalam hadits Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa pahala untuk orang yang
menshalatkan jenazah adalah 1 qirath dan bagi yang hadir di penguburan adalah 2
qirath. 1 qirath adalah sebesar gunung Uhud.
Hikmah
waqiiyah dari orang yang rajin mengurus jenazah adalah ketika ia wafat
pengurusannya jenazahnya akan dihadiri banyak orang. Allah akan gerakkan hati
orang untuk hadir.
Ada kisah
yang bisa dibaca di ngelmu.com, kisah nyata yang dialami oleh Ustadz Muhsinin
tentang tetangganya, seorang perempuan guru Al Qur’an, yang juga sering
mengurus jenazah, dan mencukur bayi yang baru lahir.
Beliau wafat
ketika sedang menyimak muridnya membaca Al Qur’an. Awalnya terlihat mengantuk
dan dibangunkan, masih sempat mengoreksi bacaan Al Qur’an muridnya, kemudian
terlihat mengantuk lagi dang dibangunkan, kemudian tertidur dan wafat dengan
memegang Al Qur’an, tersungkur di hadapan Al Qur'an.
Begitu banyak
orang yang menshalatkan, masjid 2 lantai penuh, dan shalat jenazah dilakukan 2
kali. Beliau bukan tokoh besar, tapi Allah gerakkan hati untuk datang.
Hikmah sangat
terasa ketika kita berada di makam. Dari orang yang meninggal kita bisa
mendapat banyak pelajaran.
Pada ceramah
jenazah, Ustadz Muhsinin biasanya menyampaikan, “Akhirnya semua orang berhenti
di sini. Kita boleh mempunyai cita-cita. Tapi semua orang berhenti di sini. Dan
semua tidak tahu kapan akan berhenti.”
Orang akan meninggal
sesuai apa yang disukai.
Bagi yang
memiliki kesempatan untuk dimakamkan dengan upacara militer, sebetulnya tidak
perlu, pemakaman dengan cara Islam lebih khidmat dan lebih syar’i.
Hikmah dari peristiwa
meninggal lebih masuk di hati dari 1000 ceramah. Namun tidak semua orang bisa
mengambil hikmah.
No comments:
Post a Comment