Tuesday, April 18, 2017

Nasihat Thalhah bin Ubaidillah

Kajian disampaikan oleh Ustadz Muhit Muhammad Ishaq di Mushalla Tarbiyah, hari Kamis, 15 Rajab 1438 / 12 Apr 17.


Thalhah bin Ubaidillah termasuk orang-orang yang awal masuk Islam (assabiqunal awwalun) dan termasuk di antara 10 sahabat yang dijamin masuk surga.

Nama Thalhah bin Ubaidillah ditulis dengan tinta cahaya, karena telah menjadikan punggungnya sebagai perisai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ketika perang Uhud, sampai punggung menjadi seperti landak, dan tangannya kelelahan melindungi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Dari kejadian tersebut, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa Thalhah wajib masuk surga.

Bila Abu Bakar Ash Shiddiq berkata tentang perang Uhud, Abu Bakar menyebutnya sebagai “harinya Thalhah.”

Thalhah wafat pada tahun 36H di usia 64 tahun, di masa fitnah di masa kekuasaan Ali bin Abi Thalib.
Pembunuh Thalhah dan Zubair adalah merupakan bagian dari rekayasa Yahudi terhadap ulama yang
menonjol saat itu.


Nasihat Thalhah bin Ubaidillah - 1 :

Sesungguhnya kita merasakan harta kita sebagaimana orang pelit dengan hartanya. Mencintai harta adalah fitrah manusia. Tetapi kita belajar sabar dengan harta.

Sifat manusia terhadap harta sebagaimana pada surat Ali Imran ayat 14-15.

Perbedaan antara orang pelit dan orang dermawan, orang yang menggenggam tangannya dan membukanya, adalah pada kesabaran mengenali hakikat kekayaan, bahwa tidak akan lama di dunia. Bahwa harta yang kekal adalah yang telah dibelanjakan, bukan yang masih disimpan.

Hadits Ibnu Mas'ud, Rasulullah bertanya, “Siapa di antara kalian yang harta ahli warisnya lebih disukai dari harta miliknya sendiri? Para sahabat menjawab, “Tidak ada. Semua orang pasti lebih menyukai hartanya sendiri daripada harta ahli waris.” Rasulullah menjawab lagi, “Sesungguhnya harta milik sendiri adalah harta yang sudah dibelanjakan. Harta yang belum dibelanjakan sebenarnya adalah harta untuk ahli waris.”

Kebanyakan orang menyiapkan untuk ahli waris, bekerja sekuat tenaga.

Biografi Thalhah adalah terjemah praktis kedermawanan, terjemah hidup dari nasehatnya. Beliau memberikan tanpa diminta, bantuan dari tangannya bagaikan mengalir deras. Beliau tidak pernah membiarkan keluarga besarnya, Bani Taim hidup miskin.

Sebenarnya bila hal ini diimplementasikan dalam kehidupan kita, seharusnya tidak ada orang yang menjadi pengemis di jalanan. Karena dengan Mahaadil-nya Allah, tidak mungkin ada keluarga besar yang seluruhnya miskin, kemungkinan besar ada 1 / 2 keluarga yang kaya.

Bila fungsi negara bekerja, seharusnya semua orang adalah bagian dari RT, RW, Lurah, sehingga juga dapat dialokasikan bantuan.

Kembali kepada Thalhah bin Ubaidillah, beliau akan menanggung biaya keluarganya yang kurang mampu, dan membantu menikahkan yang sudah siap menikah tetapi tidak punya biaya untuk membayar mahar.


Nasihat Thalhah bin Ubaidillah – 2 :

Jangan bermusyawarah dengan orang yang pelit untuk urusan silaturahim, dengan orang pengecut untuk urusan perang, dengan anak muda untuk urusan anak gadis.


Pilihlah orang yang cocok untuk bermusyawarah, jangan sampai mengajak bermusyawarah kepada orang yang pemikirannya bertentangan dengan agenda yang akan dibahas. 

No comments: