Perubahan, dari sesuatu yang kita rasa sudah terbaik, biasanya memang terasa berat
Harus diyakinkan dalam hati, bahwa perubahan itu adalah yang terbaik untuk kita
Bahwa pasti sudah Allah skenariokan, dengan rencana hasil akhir yang terindah
Tugas kita saat itu adalah berdoa, memohon kekuatan, agar dapat menerima perubahan
Dan berdoa, semoga Allah jadikan perubahan itu menuju kebaikan
Kata Jose Mari Chan : Life is a constant change
Kata Bon Jovi : Only God would know the reason, but I bet He must’ve had a plan
Tetap semangat, hidup terlalu singkat untuk dijalani dengan keluh
Tetap semangat, begitu banyak hal yang bisa disyukuri
Wednesday, December 21, 2011
Monday, December 19, 2011
Keserakahan dan Keeksklusifan
Pagi ini, dua hal ini terpikir oleh saya, dan rasanya dua hal ini menjadi akar segala permasalahan di dunia ini. Hehehe maaf kalau over lebay. Sudah over, lebay pula :-)
Keserakahan, membuat manusia mencari materi sebanyak-banyaknya. Hehe basic itu mah yah :-) Lanjutannya, perusahaan-perusahaan mencari untung sebesar-besarnya, agar dari tahun ke tahun terus meningkat.
Keputusan dijalankannya suatu industri bukan lagi pentingnya suatu benda bagi seseorang, bukan lagi manfaatnya benda bagi seseorang, apa lagi pemikiran ke arah akhirat. Benda diproduksi, dan harus dicari pembelinya, bagaimana pun caranya. Produksi dilakukan seagresif mungkin dengan biaya serendah mungkin, bagaimana pun caranya.
Akibatnya, diabaikanlah halal haram, dilupakanlah dampak pada lingkungan, dianggap tiadalah dampak pada kesehatan. Bagi konsumen, semakin buram batas antara benda yang benar-benar dibutuhkan dengan benda yang diinginkan, dengan benda yang sekedar “menunjang penampilan”.
Keeksklusifan, membuat orang memandang orang lain dengan cara mencari perbedaan. Pihak yang berbeda sedikit saja, tidak boleh bergabung dengan pihak “kita”. Selalu ada “kita” dan “mereka”. Selalu ada rasa bahwa “kita” lebih baik dari “mereka”.
Dari sini muncullah berbagai perpecahan, baik yang sekedar berbeda paham sehingga tidak mau diskusi bersama, bahkan sampai yang memicu pertentangan fisik.
Ketika keserakahan dan keeksklusifan bergabung, semakin tak tentu arahlah percaturan kehidupan. Pergerakan industri yang didasari keserakahan diwarnai pula oleh persaingan antar perusahaan, yang saling menjatuhkan. Di sisi konsumen, keserakahan dan keekskusifan membuat orang terus berbelanja untuk “menentukan kelasnya” bagi mereka yang ada di kelas menengah ke ataaaas. Atau mencari cara yang “semurah-murahnya tapi tetap bergengsi ” dengan barang bajakan bagi mereka yang di kelas menengah.
Saya kurang suka dengan model pembahasan yang mengkritik tanpa memberikan solusi.
Jadi apa solusinya?
Solusinya ada di al-Qashash ayat 77..
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi..."
Sebagaimana pernah saya copy paste di tulisan tentang nasihat terbalik dan dunia vs akhirat berikut.
Kapan-kapan saya coba elaborasi lagi yaa.. Sementara silakan direnungkan dulu.. :-)
Keserakahan, membuat manusia mencari materi sebanyak-banyaknya. Hehe basic itu mah yah :-) Lanjutannya, perusahaan-perusahaan mencari untung sebesar-besarnya, agar dari tahun ke tahun terus meningkat.
Keputusan dijalankannya suatu industri bukan lagi pentingnya suatu benda bagi seseorang, bukan lagi manfaatnya benda bagi seseorang, apa lagi pemikiran ke arah akhirat. Benda diproduksi, dan harus dicari pembelinya, bagaimana pun caranya. Produksi dilakukan seagresif mungkin dengan biaya serendah mungkin, bagaimana pun caranya.
Akibatnya, diabaikanlah halal haram, dilupakanlah dampak pada lingkungan, dianggap tiadalah dampak pada kesehatan. Bagi konsumen, semakin buram batas antara benda yang benar-benar dibutuhkan dengan benda yang diinginkan, dengan benda yang sekedar “menunjang penampilan”.
Keeksklusifan, membuat orang memandang orang lain dengan cara mencari perbedaan. Pihak yang berbeda sedikit saja, tidak boleh bergabung dengan pihak “kita”. Selalu ada “kita” dan “mereka”. Selalu ada rasa bahwa “kita” lebih baik dari “mereka”.
Dari sini muncullah berbagai perpecahan, baik yang sekedar berbeda paham sehingga tidak mau diskusi bersama, bahkan sampai yang memicu pertentangan fisik.
Ketika keserakahan dan keeksklusifan bergabung, semakin tak tentu arahlah percaturan kehidupan. Pergerakan industri yang didasari keserakahan diwarnai pula oleh persaingan antar perusahaan, yang saling menjatuhkan. Di sisi konsumen, keserakahan dan keekskusifan membuat orang terus berbelanja untuk “menentukan kelasnya” bagi mereka yang ada di kelas menengah ke ataaaas. Atau mencari cara yang “semurah-murahnya tapi tetap bergengsi ” dengan barang bajakan bagi mereka yang di kelas menengah.
Saya kurang suka dengan model pembahasan yang mengkritik tanpa memberikan solusi.
Jadi apa solusinya?
Solusinya ada di al-Qashash ayat 77..
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi..."
Sebagaimana pernah saya copy paste di tulisan tentang nasihat terbalik dan dunia vs akhirat berikut.
Kapan-kapan saya coba elaborasi lagi yaa.. Sementara silakan direnungkan dulu.. :-)
Thursday, December 15, 2011
Mulai Menghafal Al Qur'an, Dari Mana?
Salah satu pertanyaan yang sering muncul ketika akan memulai menghafal Al Qur'an adalah, dari mana sebaiknya mulai menghafal Al Qur'an?
Apakah dari Juz 1 (Al Fatihah - Al Baqarah), atau dari Juz 30 (An Naas dst sampai An Naba), atau dari Juz 30 (An Naba dst sampai An Naas), atau dari surat-surat pilihan (Yaasiin, Ar Rahman, Al Waqiah, dsb)?
Dari berbagai diskusi, pada dasarnya pilihan mana pun bisa dilakukan, hanya memang ada beberapa plus minus dari masing-masing pilihan tersebut.
Pertama, jika dimulai dari Juz 1 yaitu surat Al Baqarah.
Ada yang menyatakan proses menghafal lebih mudah, karena kata-kata di surat Al Baqarah relatif lebih mudah, dan lebih "familiar", dan lebih banyak pengulangan.
Ayat-ayat Al Baqarah yang panjang memudahkan dalam merangkai hafalan. Namun karena bacaan surat ini relatif jarang kita dengar sebelumnya, proses menghafal benar-benar dari awal.
Kedua, jika dimulai dari Juz 30, dari An Naas dst sampai An Naba.
Dengan metode ini, biasanya hafalan terus dilakukan secara mundur, sampai juz 27 atau 25, bahkan ada yang terus mundur sampai Juz 1.
Biasanya sering diterapkan untuk menghafal di sekolah-sekolah. Metode ini lebih membuat kita termotivasi, karena diawali dengan surat-surat yang pendek, sehingga dalam waktu relatif singkat kita sudah "berprestasi" menghafal "beberapa surat".
Dan surat-surat ini pun biasanya sudah sering kita dengar, sehingga proses menghafalkan pada dasarnya tinggal menyempurnakan apa yang sudah sering kita dengar itu.
Kekurangannya, karena sudah sering terdengar, kita sering "menganggap mudah" sehingga menjadi kurang teliti dalam membacanya (panjang pendek bacaan, bacaan huruf-huruf yang mirip).
Di samping itu, karena biasanya surat-surat ini sudah pernah kita hafal di saat bacaan kita masih belum sempurna, sering kali ada bacaan yang salah kita hafal, yang memerlukan upaya tambahan untuk memperbaiknya.
Ketiga, jika dimulai dari Juz 30, dari An Naba dst sampai An Naas.
Metode ini di satu sisi memulai dari surat-surat pendek, tetapi di sisi lain, dimulainya dari yang terpanjang :-)
Dengan metode ini, biasanya hafalan dilakukan maju mundur, yaitu juz 30 dari An Naba - An Naas, juz 29 dari Al Mulk - Al Mursalat, sampai juz 27 atau juz 25, lalu dilanjutkan dengan Juz 1 sampai Juz 24 atau juz 26.
Ada yang mengatakan metode ini cukup sulit, karena kata-kata di juz 30 itu kurang familiar, plus kita memulai dari surat yang paling panjang, yang paling jarang didengar.
Namun positifnya, kita memulai dari yang "relatif lebih sulit" untuk dilanjutkan dengan yang berangsur-angsur semakin mudah, sampai An Naas.
Dan ada yang menyatakan juga, walaupun juz amma awal itu sulit dihafalkan, tetapi jika sudah hafal, lebih "langgeng" terhafalnya.
Keempat, jika dimulai dari surat-surat pilihan.
Di satu sisi akan lebih memotivasi, karena biasanya surat itu dipilih karena ada keutamaannya. Surat-surat ini pun relatif sudah sering didengar, sehingga mirip dengan pilihan kedua. Yaitu proses menghafalkan pada dasarnya tinggal menyempurnakan apa yang sudah sering kita dengar itu. Dengan kekurangan pada ketidaktelitian membacanya (panjang pendek bacaan, bacaan huruf-huruf yang mirip) karena merasa "sudah sering dengar" serta kemungkinan adanya bacaan yang terlanjur salah kita hafal, yang memerlukan upaya tambahan untuk memperbaiknya.
Kekurangan lain adalah, jika "surat pilihan" sudah habis, motivasi bisa jadi menurun. Selain itu, karena menghafal tidak berurutan, akan diperlukan upaya tambahan ketika akan menghafalkan keseluruhan secara berurutan.
Demikian plus minus dari masing-masing metode, berdasarkan informasi yang pernah saya peroleh :-)
Akan pilih yang mana? Pilih mana pun boleh, yang penting segera dimulai, selagi masih ada kesempatan..
Tetap semangaaaaat :-D
Apakah dari Juz 1 (Al Fatihah - Al Baqarah), atau dari Juz 30 (An Naas dst sampai An Naba), atau dari Juz 30 (An Naba dst sampai An Naas), atau dari surat-surat pilihan (Yaasiin, Ar Rahman, Al Waqiah, dsb)?
Dari berbagai diskusi, pada dasarnya pilihan mana pun bisa dilakukan, hanya memang ada beberapa plus minus dari masing-masing pilihan tersebut.
Pertama, jika dimulai dari Juz 1 yaitu surat Al Baqarah.
Ada yang menyatakan proses menghafal lebih mudah, karena kata-kata di surat Al Baqarah relatif lebih mudah, dan lebih "familiar", dan lebih banyak pengulangan.
Ayat-ayat Al Baqarah yang panjang memudahkan dalam merangkai hafalan. Namun karena bacaan surat ini relatif jarang kita dengar sebelumnya, proses menghafal benar-benar dari awal.
Kedua, jika dimulai dari Juz 30, dari An Naas dst sampai An Naba.
Dengan metode ini, biasanya hafalan terus dilakukan secara mundur, sampai juz 27 atau 25, bahkan ada yang terus mundur sampai Juz 1.
Biasanya sering diterapkan untuk menghafal di sekolah-sekolah. Metode ini lebih membuat kita termotivasi, karena diawali dengan surat-surat yang pendek, sehingga dalam waktu relatif singkat kita sudah "berprestasi" menghafal "beberapa surat".
Dan surat-surat ini pun biasanya sudah sering kita dengar, sehingga proses menghafalkan pada dasarnya tinggal menyempurnakan apa yang sudah sering kita dengar itu.
Kekurangannya, karena sudah sering terdengar, kita sering "menganggap mudah" sehingga menjadi kurang teliti dalam membacanya (panjang pendek bacaan, bacaan huruf-huruf yang mirip).
Di samping itu, karena biasanya surat-surat ini sudah pernah kita hafal di saat bacaan kita masih belum sempurna, sering kali ada bacaan yang salah kita hafal, yang memerlukan upaya tambahan untuk memperbaiknya.
Ketiga, jika dimulai dari Juz 30, dari An Naba dst sampai An Naas.
Metode ini di satu sisi memulai dari surat-surat pendek, tetapi di sisi lain, dimulainya dari yang terpanjang :-)
Dengan metode ini, biasanya hafalan dilakukan maju mundur, yaitu juz 30 dari An Naba - An Naas, juz 29 dari Al Mulk - Al Mursalat, sampai juz 27 atau juz 25, lalu dilanjutkan dengan Juz 1 sampai Juz 24 atau juz 26.
Ada yang mengatakan metode ini cukup sulit, karena kata-kata di juz 30 itu kurang familiar, plus kita memulai dari surat yang paling panjang, yang paling jarang didengar.
Namun positifnya, kita memulai dari yang "relatif lebih sulit" untuk dilanjutkan dengan yang berangsur-angsur semakin mudah, sampai An Naas.
Dan ada yang menyatakan juga, walaupun juz amma awal itu sulit dihafalkan, tetapi jika sudah hafal, lebih "langgeng" terhafalnya.
Keempat, jika dimulai dari surat-surat pilihan.
Di satu sisi akan lebih memotivasi, karena biasanya surat itu dipilih karena ada keutamaannya. Surat-surat ini pun relatif sudah sering didengar, sehingga mirip dengan pilihan kedua. Yaitu proses menghafalkan pada dasarnya tinggal menyempurnakan apa yang sudah sering kita dengar itu. Dengan kekurangan pada ketidaktelitian membacanya (panjang pendek bacaan, bacaan huruf-huruf yang mirip) karena merasa "sudah sering dengar" serta kemungkinan adanya bacaan yang terlanjur salah kita hafal, yang memerlukan upaya tambahan untuk memperbaiknya.
Kekurangan lain adalah, jika "surat pilihan" sudah habis, motivasi bisa jadi menurun. Selain itu, karena menghafal tidak berurutan, akan diperlukan upaya tambahan ketika akan menghafalkan keseluruhan secara berurutan.
Demikian plus minus dari masing-masing metode, berdasarkan informasi yang pernah saya peroleh :-)
Akan pilih yang mana? Pilih mana pun boleh, yang penting segera dimulai, selagi masih ada kesempatan..
Tetap semangaaaaat :-D
Tuesday, December 13, 2011
Hadits : Bersin dan Menguap
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw., beliau bersabda :
“Sesungguhnya Allah itu suka pada bersin dan benci pada menguap. Bila salah seorang diantara kamu sekalian bersin dan memuji Allah Ta’ala (membaca hamdalah) maka wajib bagi setiap muslim yang mendengarnya untuk mengucapkan : “Yarhamukallah” (Semoga Allah mengasihi kamu).
Adapun menguap, maka itu berasal dari syetan; bila salah seorang di antara kamu sekalian menguap maka ia harus menahannya sekuat tenaga, karena bila ada salah seorang diantara kamu sekalian itu menguap maka syetan menertawakannya."
(HR Bukhari)
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw., beliau bersabda :
“Bila salah seorang di antara kamu sekalian bersin maka hendaklah ia mengucapkan : Alhamdulillah; dan bagi saudara atau kawannya hendaknya mengucapkan : “Yarhamukallaah.
Bila ada yang mengucapkan : Yarhamukallaah, maka orang yang bersin itu hendaklah mengucapkan : Yarhamukallaahu wa yushlihu baalakum (Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu dan semoga pula Allah senantiasa menunjukkan kebaikan pada hatimu)”.
(HR Bukhari)
(Copy paste dari email Hikmah Pagi di kantor)
“Sesungguhnya Allah itu suka pada bersin dan benci pada menguap. Bila salah seorang diantara kamu sekalian bersin dan memuji Allah Ta’ala (membaca hamdalah) maka wajib bagi setiap muslim yang mendengarnya untuk mengucapkan : “Yarhamukallah” (Semoga Allah mengasihi kamu).
Adapun menguap, maka itu berasal dari syetan; bila salah seorang di antara kamu sekalian menguap maka ia harus menahannya sekuat tenaga, karena bila ada salah seorang diantara kamu sekalian itu menguap maka syetan menertawakannya."
(HR Bukhari)
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw., beliau bersabda :
“Bila salah seorang di antara kamu sekalian bersin maka hendaklah ia mengucapkan : Alhamdulillah; dan bagi saudara atau kawannya hendaknya mengucapkan : “Yarhamukallaah.
Bila ada yang mengucapkan : Yarhamukallaah, maka orang yang bersin itu hendaklah mengucapkan : Yarhamukallaahu wa yushlihu baalakum (Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu dan semoga pula Allah senantiasa menunjukkan kebaikan pada hatimu)”.
(HR Bukhari)
(Copy paste dari email Hikmah Pagi di kantor)
Friday, December 9, 2011
8 Karakter Muslimah Produktif dan Bahagia
Pengajian kali ini disampaikan oleh Ustadzah Siti Masitoh dengan topik Muslimah yang Produktif dan Bahagia.
Ceramah diawali dengan kisah hijrah yang sudah cukup sering kita dengar yaitu kisah seorang pembunuh yang telah membunuh 99 orang. Bisa dibaca di sini.
Hijrah dapat dilakukan secara fisik, yaitu berpindah tempat, dan dapat juga dilakukan secara non fisik, berupa perubahan menuju perilaku yang lebih baik.
Muslimah yang bahagia dan produktif memiliki 8 karakter sebagai berikut :
Pertama, salimul aqidah, yaitu akidah yang bersih.
Akidah seorang muslimah harus benar-benar murni, dengan sebenar-benar tauhid, bersih dari segala jenis kemusyrikan. Tidak ada lagi kepercayaan pada ramalan bintang, tidak ada lagi kepercayaan pada orang yang dianggap memiliki indra keenam.
Kedua, shahihul ibadah, yaitu ibadah yang shahih.
Segala ibadah harus dilakukan berdasarkan Al Qur'an dan hadits, berdasarkan yang dicontohkan Rasulullah. Jika kita melakukan yang tidak dicontohkan, maka akan tertolak.
Ketiga, matinul khuluq, yaitu akhlak yang utuh dan kokoh.
Dengan akhlak yang mencontoh kepada Rasulullah, yang digambarkan seperti Al Qur'an berjalan. Terasa mustahil untuk diikuti? Yang penting kita memulai mengikuti sesuai kemampuan kita, sedikit demi sedikit berusaha untuk mencontoh Rasulullah dengan sunnah-sunnahnya. Walaupun merupakan sunnah, yang tidak diwajibkan, dan tidak berdosa jika ditinggalkan, tetapi di dalamnya justru ada keutamaan.
Misalnya, makan dengan tangan kanan, karena Rasulullah menyatakan bahwa setan makan minum tangan kiri. Atau shalat malam, yang Rasulullah lakukan sampai kakinya bengkak, padahal Allah sudah mengampuni seluruh dosa yang telah lalu dan akan datang, namun hal itu adalah bentuk "mensyukuri nikmat yang Allah berikan", demikian sabda Rasulullah.
Keempat, qowiyyul jizm, yaitu jasmani yang kuat.
Muslimah harus memiliki jasmani yang kuat, karena muslimah memiliki banyak aktivitas, berkaitan dengan anak, suami, pekerjaan, juga ibadah kepada Allah. Maka waktu harus diatur dengan sangat baik. Gunakan waktu luang untuk hal yang bermanfaat, untuk menambah wawasan.
Kelima, mujahadatul linafsih, yaitu bersungguh-sungguh menundukkan hawa nafsu.
Keenam, qadirun alal kasbi, yaitu mandiri.
Dapat melakukan segala sesuatu tanpa bergantung kepada orang lain. Bagi muslimah yang punya penghasilan, maka dapat bebas menggunakan penghasilannya tersebut untuk berinfaq. Uang yang diberikan dari suami, harus dimintakan izinnya dahulu, kecuali jika sudah diperjanjikan di awal bahwa istri diperkenankan menggunakan uang tersebut sesuai keinginan istri.
Ketujuh, munuzomun fi suunihi, yaitu pandai mengurus segala urusan.
Dapat mengelola segala urusannya dengan baik. Jangan suka menunda pekerjaan, meskipun sepele. Karena jika sepele sepele dikumpulkan, akhirnya menjadi banyak pele :-)
Kedelapan, nafiun lighoirihi, yaitu bermanfaat bagi orang lain.
Yaitu berusaha memberi manfaat bagi orang lain. Orang lain akan senang jika dibantu, diberi uang, diberi pemikiran. Dapat dikatakan, percuma hidup jika tidak bermanfaat untuk orang lain. Paling tidak, kita bermanfaat untuk keluarga kita.
Pembahasan dilanjutkan dengan tanya jawab, salah satunya mengenai gangguan jin. Jika kita masih sering malas, banyak menunda berbuat kebaikan, ada kemungkinan pada diri kita banyak jin yang berdiam. Bisa dilakukan ruqyah untuk diri sendiri, atau ruqyah oleh orang lain.
Jika ada orang yang menurut kita perlu di-ruqyah, tetapi yang bersangkutan tidak mau (biasanya karena pengaruh dari jinnya tersebut), maka ruqyah bisa dilakukan dari jarak jauh, dengan menyebut nama orang tersebut.
Pada prinsipnya, bagaimana pun, jangan bersahabat dengan jin.
Untuk itu kita perlu terus melakukan tarbiyah dzatiyah, pelatihan diri, agar tidak dikuasai oleh jin yang ada pada diri kita.
Ceramah diawali dengan kisah hijrah yang sudah cukup sering kita dengar yaitu kisah seorang pembunuh yang telah membunuh 99 orang. Bisa dibaca di sini.
Hijrah dapat dilakukan secara fisik, yaitu berpindah tempat, dan dapat juga dilakukan secara non fisik, berupa perubahan menuju perilaku yang lebih baik.
Muslimah yang bahagia dan produktif memiliki 8 karakter sebagai berikut :
Pertama, salimul aqidah, yaitu akidah yang bersih.
Akidah seorang muslimah harus benar-benar murni, dengan sebenar-benar tauhid, bersih dari segala jenis kemusyrikan. Tidak ada lagi kepercayaan pada ramalan bintang, tidak ada lagi kepercayaan pada orang yang dianggap memiliki indra keenam.
Kedua, shahihul ibadah, yaitu ibadah yang shahih.
Segala ibadah harus dilakukan berdasarkan Al Qur'an dan hadits, berdasarkan yang dicontohkan Rasulullah. Jika kita melakukan yang tidak dicontohkan, maka akan tertolak.
Ketiga, matinul khuluq, yaitu akhlak yang utuh dan kokoh.
Dengan akhlak yang mencontoh kepada Rasulullah, yang digambarkan seperti Al Qur'an berjalan. Terasa mustahil untuk diikuti? Yang penting kita memulai mengikuti sesuai kemampuan kita, sedikit demi sedikit berusaha untuk mencontoh Rasulullah dengan sunnah-sunnahnya. Walaupun merupakan sunnah, yang tidak diwajibkan, dan tidak berdosa jika ditinggalkan, tetapi di dalamnya justru ada keutamaan.
Misalnya, makan dengan tangan kanan, karena Rasulullah menyatakan bahwa setan makan minum tangan kiri. Atau shalat malam, yang Rasulullah lakukan sampai kakinya bengkak, padahal Allah sudah mengampuni seluruh dosa yang telah lalu dan akan datang, namun hal itu adalah bentuk "mensyukuri nikmat yang Allah berikan", demikian sabda Rasulullah.
Keempat, qowiyyul jizm, yaitu jasmani yang kuat.
Muslimah harus memiliki jasmani yang kuat, karena muslimah memiliki banyak aktivitas, berkaitan dengan anak, suami, pekerjaan, juga ibadah kepada Allah. Maka waktu harus diatur dengan sangat baik. Gunakan waktu luang untuk hal yang bermanfaat, untuk menambah wawasan.
Kelima, mujahadatul linafsih, yaitu bersungguh-sungguh menundukkan hawa nafsu.
Keenam, qadirun alal kasbi, yaitu mandiri.
Dapat melakukan segala sesuatu tanpa bergantung kepada orang lain. Bagi muslimah yang punya penghasilan, maka dapat bebas menggunakan penghasilannya tersebut untuk berinfaq. Uang yang diberikan dari suami, harus dimintakan izinnya dahulu, kecuali jika sudah diperjanjikan di awal bahwa istri diperkenankan menggunakan uang tersebut sesuai keinginan istri.
Ketujuh, munuzomun fi suunihi, yaitu pandai mengurus segala urusan.
Dapat mengelola segala urusannya dengan baik. Jangan suka menunda pekerjaan, meskipun sepele. Karena jika sepele sepele dikumpulkan, akhirnya menjadi banyak pele :-)
Kedelapan, nafiun lighoirihi, yaitu bermanfaat bagi orang lain.
Yaitu berusaha memberi manfaat bagi orang lain. Orang lain akan senang jika dibantu, diberi uang, diberi pemikiran. Dapat dikatakan, percuma hidup jika tidak bermanfaat untuk orang lain. Paling tidak, kita bermanfaat untuk keluarga kita.
Pembahasan dilanjutkan dengan tanya jawab, salah satunya mengenai gangguan jin. Jika kita masih sering malas, banyak menunda berbuat kebaikan, ada kemungkinan pada diri kita banyak jin yang berdiam. Bisa dilakukan ruqyah untuk diri sendiri, atau ruqyah oleh orang lain.
Jika ada orang yang menurut kita perlu di-ruqyah, tetapi yang bersangkutan tidak mau (biasanya karena pengaruh dari jinnya tersebut), maka ruqyah bisa dilakukan dari jarak jauh, dengan menyebut nama orang tersebut.
Pada prinsipnya, bagaimana pun, jangan bersahabat dengan jin.
Untuk itu kita perlu terus melakukan tarbiyah dzatiyah, pelatihan diri, agar tidak dikuasai oleh jin yang ada pada diri kita.
Thursday, December 8, 2011
Hijrah Mudah untuk Muslimah
Secara umum, perempuan identik dengan tiga yang sepertinya negatif, yang padahal berakar dari sesuatu yang belum tentu negatif, sehingga bisa diubah, ditransformasikan, dihijrahkan menjadi sesuatu yang positif.
Tiga hal itu adalah gossip, belanja, dan sifat emosional. Apa benar bisa berubah menjadi hal yang positif? Bisaaaa..
Pertama, gossip.
Gossip sebenarnya berawal dari keinginan untuk update informasi.
Keinginan ini bisa diubah sedikit saja, yaitu hijrah jenis informasi yang kita ingin update. Daripada update informasi tentang selebriti, tetangga, bos, teman kantor, bukankah lebih bermanfaat jika kita update informasi tentang perkembangan dunia, perkembangan teknologi, agama, dan ilmu lain yang bermanfaat? Maka kalau kita di depan TV, daripada nonton siaran infotainment, lebih baik cari siaran berita. Daripada baca tabloid gossip, lebih baik baca majalah berita, majalah resep, buku kesehatan, atau buku kisah istri-istri Rasulullah. Daripada makan siang sambil menggosip lebih baik makan siang dengan cepat lalu ikut pengajian di mushalla.
Kedua, hobi belanja.
Hobi belanja ini, berawal dari keinginan untuk mempercantik diri.
Transformasinya adalah, mengubah sasaran yang dipercantik. Kecantikan fisik pakaian, sepatu, tas, kamar, dapur, rumah, meja kerja, kendaraan, HP, dan semua yang saat ini menemani kita, hanya akan menemani kita di dunia ini saja. Padahal kita hidup di dunia hanya sebentar, hanya seperti pagi hari yang segera berlalu. Maka yang paling penting untuk dipercantik adalah rumah kita di akhirat nanti. Maka hijrahkan belanja kecantikan kita ke kecantikan akhirat. Banyaklah memberikan infaq, shadaqah, perbanyak ibadah. Daripada belanja tas baru padahal tas lama masih ada, lebih baik menyumbang ke korban bencana alam. Daripada beli HP baru padahal HP lama masih bagus hanya sedikit lemot saja, lebih baik menyantuni anak yatim.
Ketiga, sifat emosional.
Sifat emosinal berawal dari perasaan yang halus dan sensitif yang sayangnya sering mengakibatkan marah-marah, mudah tersinggung, dan ngambek.
Sifat emosional dan perasaan halus ini bisa ditransformasikan dengan mengubah sasarannya. Daripada berperasaan yang halus dan sensitif kepada omongan orang lain lalu sering marah, ngambek, dan tersinggung, lebih baik berperasaan halus dan sensitif terhadap orang yang perlu bantuan, kepada ajakan menuju kebaikan, kepada anak kita yang membutuhkan kesabaran dan bimbingan, kepada bawahan kita yang perlu pengertian kita.
Bagaimana, mudah kan untuk berhijrah?
Di bulan Muharram, bulan hijrahnya Rasulullah, mari kita ubah citra muslimah, menjadi muslimah yang berdaya. Muslimah ayo berhijrah!
Tiga hal itu adalah gossip, belanja, dan sifat emosional. Apa benar bisa berubah menjadi hal yang positif? Bisaaaa..
Pertama, gossip.
Gossip sebenarnya berawal dari keinginan untuk update informasi.
Keinginan ini bisa diubah sedikit saja, yaitu hijrah jenis informasi yang kita ingin update. Daripada update informasi tentang selebriti, tetangga, bos, teman kantor, bukankah lebih bermanfaat jika kita update informasi tentang perkembangan dunia, perkembangan teknologi, agama, dan ilmu lain yang bermanfaat? Maka kalau kita di depan TV, daripada nonton siaran infotainment, lebih baik cari siaran berita. Daripada baca tabloid gossip, lebih baik baca majalah berita, majalah resep, buku kesehatan, atau buku kisah istri-istri Rasulullah. Daripada makan siang sambil menggosip lebih baik makan siang dengan cepat lalu ikut pengajian di mushalla.
Kedua, hobi belanja.
Hobi belanja ini, berawal dari keinginan untuk mempercantik diri.
Transformasinya adalah, mengubah sasaran yang dipercantik. Kecantikan fisik pakaian, sepatu, tas, kamar, dapur, rumah, meja kerja, kendaraan, HP, dan semua yang saat ini menemani kita, hanya akan menemani kita di dunia ini saja. Padahal kita hidup di dunia hanya sebentar, hanya seperti pagi hari yang segera berlalu. Maka yang paling penting untuk dipercantik adalah rumah kita di akhirat nanti. Maka hijrahkan belanja kecantikan kita ke kecantikan akhirat. Banyaklah memberikan infaq, shadaqah, perbanyak ibadah. Daripada belanja tas baru padahal tas lama masih ada, lebih baik menyumbang ke korban bencana alam. Daripada beli HP baru padahal HP lama masih bagus hanya sedikit lemot saja, lebih baik menyantuni anak yatim.
Ketiga, sifat emosional.
Sifat emosinal berawal dari perasaan yang halus dan sensitif yang sayangnya sering mengakibatkan marah-marah, mudah tersinggung, dan ngambek.
Sifat emosional dan perasaan halus ini bisa ditransformasikan dengan mengubah sasarannya. Daripada berperasaan yang halus dan sensitif kepada omongan orang lain lalu sering marah, ngambek, dan tersinggung, lebih baik berperasaan halus dan sensitif terhadap orang yang perlu bantuan, kepada ajakan menuju kebaikan, kepada anak kita yang membutuhkan kesabaran dan bimbingan, kepada bawahan kita yang perlu pengertian kita.
Bagaimana, mudah kan untuk berhijrah?
Di bulan Muharram, bulan hijrahnya Rasulullah, mari kita ubah citra muslimah, menjadi muslimah yang berdaya. Muslimah ayo berhijrah!
Tuesday, December 6, 2011
Yuk Mendongeng untuk Anak
Hari Minggu yang lalu anak saya ikut lomba “story telling” di salah satu lembaga bahasa di Jakarta.
Acara dibuka oleh salah seorang guru di lembaga tersebut, yang menjelaskan bahwa lomba “story telling” ini dibuat untuk “menciptakan” sebanyak mungkin “story teller”, pendongeng, di masa depan.
Dari mendongeng, banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh :
1. Mengembangkan imajinasi anak
Dengan dongeng yang disampaikan secara lisan, anak akan membayangkan apa yang diceritakan, dan di sanalah imajinasi berkembang.
2. Menambah pengetahuan anak
Dalam dongeng bisa dimasukkan berbagai pengetahuan, dan karena disampaikan secara menarik, anak belajar dalam suasana yang menyenangkan.
3. Anak menyerap banyak kosa kata
Dongeng yang disampaikan dengan lisan membuat anak mempelajari banyak kata. Apa lagi jika dongeng disampaikan dalam bahasa Inggris, maka kosa kata Bahasa Inggris anak-anak akan sangat berkembang (masalahnya mamanya sanggup nggak mendongeng bahasa Inggris, hehe..)
4. Anak mengerti akan moral
Dalam dongeng, dengan interaksi antar tokohnya, dapat disampaikan pesan moral, yang membuat anak memahami tentang moral tanpa perlu merasa digurui atau dinasehati.
5. Mendekatkan hubungan orang tua dan anak
Ketika mendongeng, maka anak akan bersama orang tua paling tidak selama 15 sampai 30 menit, dengan suasana yang rileks. Hal ini akan semakin mendekatkan hubungan orang tua dan anak.
Mendongeng, yang paling mudah dilakukan dengan membaca buku dongeng. Buku seperti ini sangat banyak dijual, tinggal dipilih cerita mana yang menurut kita bermanfaat untuk anak.
Cara lain yang saya rasa lebih signifikan manfaatnya adalah mendongeng langsung tanpa buku. Jadi cerita dikarang oleh orang tua, saat itu juga. Di sana akan muncul dinamika, karena anak bisa langsung berinteraksi, menyampaikan ide untuk cerita, terjadi diskusi ke berbagai topik.
Inilah cerita si Mung Mung yang sudah saya ceritakan ke anak-anak saya sampai ke episode ke-40-an, dan saat ini si Mung Mung sedang bermain ke luar angkasa bertemu dengan temannya, si Fish Free :-)
Yuk, mulai mendongeng untuk anak-anak kita, mumpung anak-anak masih mau mendengarkan :-)
Acara dibuka oleh salah seorang guru di lembaga tersebut, yang menjelaskan bahwa lomba “story telling” ini dibuat untuk “menciptakan” sebanyak mungkin “story teller”, pendongeng, di masa depan.
Dari mendongeng, banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh :
1. Mengembangkan imajinasi anak
Dengan dongeng yang disampaikan secara lisan, anak akan membayangkan apa yang diceritakan, dan di sanalah imajinasi berkembang.
2. Menambah pengetahuan anak
Dalam dongeng bisa dimasukkan berbagai pengetahuan, dan karena disampaikan secara menarik, anak belajar dalam suasana yang menyenangkan.
3. Anak menyerap banyak kosa kata
Dongeng yang disampaikan dengan lisan membuat anak mempelajari banyak kata. Apa lagi jika dongeng disampaikan dalam bahasa Inggris, maka kosa kata Bahasa Inggris anak-anak akan sangat berkembang (masalahnya mamanya sanggup nggak mendongeng bahasa Inggris, hehe..)
4. Anak mengerti akan moral
Dalam dongeng, dengan interaksi antar tokohnya, dapat disampaikan pesan moral, yang membuat anak memahami tentang moral tanpa perlu merasa digurui atau dinasehati.
5. Mendekatkan hubungan orang tua dan anak
Ketika mendongeng, maka anak akan bersama orang tua paling tidak selama 15 sampai 30 menit, dengan suasana yang rileks. Hal ini akan semakin mendekatkan hubungan orang tua dan anak.
Mendongeng, yang paling mudah dilakukan dengan membaca buku dongeng. Buku seperti ini sangat banyak dijual, tinggal dipilih cerita mana yang menurut kita bermanfaat untuk anak.
Cara lain yang saya rasa lebih signifikan manfaatnya adalah mendongeng langsung tanpa buku. Jadi cerita dikarang oleh orang tua, saat itu juga. Di sana akan muncul dinamika, karena anak bisa langsung berinteraksi, menyampaikan ide untuk cerita, terjadi diskusi ke berbagai topik.
Inilah cerita si Mung Mung yang sudah saya ceritakan ke anak-anak saya sampai ke episode ke-40-an, dan saat ini si Mung Mung sedang bermain ke luar angkasa bertemu dengan temannya, si Fish Free :-)
Yuk, mulai mendongeng untuk anak-anak kita, mumpung anak-anak masih mau mendengarkan :-)
Kajian Pagi di Blackberry Messenger
Sejak dua hari yang lalu, saya menerima kajian pagi di Blackberry saya.
Datangnya dari Ust. Syarif Matnadjih, di PIN 22E5CDE4.
Kajiannya singkat saja, tentang hadits Shahih Bukhari beserta sedikit ulasannya.
Yuk add di BBM masing-masing yaa..
Insya Allah banyak manfaatnya, seperti yang disampaikan Ust. Syarif pada undangannya, "belajar sepanjang masa, demi menyiapkan pertemuan dengan-Nya."
Datangnya dari Ust. Syarif Matnadjih, di PIN 22E5CDE4.
Kajiannya singkat saja, tentang hadits Shahih Bukhari beserta sedikit ulasannya.
Yuk add di BBM masing-masing yaa..
Insya Allah banyak manfaatnya, seperti yang disampaikan Ust. Syarif pada undangannya, "belajar sepanjang masa, demi menyiapkan pertemuan dengan-Nya."
10 Muharram dan Yatim
Dari Pengajian Kesembilan Kitab Hadits Sahih Bukhari Ust. Syarif Matnadjih (PIN 22E5CDE4, silakan add jika ingin menerima kajian ini setiap harinya) :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي حَازِمٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ سَمِعْتُ سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا وَقَالَ بِإِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى
Nabi saw bersabda :
"Aku dan yang memelihara yatim di Syurga seperti ini, sembari beliau membentangkan jari telunjuk dan jari tengah"
(HR. Bukhari : 5304)
Hari ini bertepatan dengan 10 Muharrom dan sebagian mayarakat Indonesia menjadikan tanggal 10 Muharram sebagai 'Hari Raya Yatim'.
Tidak ada dalil yang menguatkan anggapan ini, tetapi alquran dan alhadits banyak sekali bercerita tentang keutamaan berlaku baik kepada anak yatim.
Maka lebih tepat bila menjadikan sepanjang hari adalah menjadi 'hari raya' anak yatim, dimana kita berlomba memberikan yang terbaik kepada mereka (baca: yatim), memelihara dan menyantuni mereka adalah bagaikan memelihara dan menyantuni 'putra-putri' Nabi Saw, karena Nabi adalah Abal Yataama (bapaknya anak-anak yatim), kabar gembira buat mereka yang memelihara yatim adalah 'kepastian' masuk Syurga dan berdekatan dengan Nabi saw di Syurga..
Ya Rabb... Lembutkan hati kami terhadap para yatim dan berikan kami kemampuan memelihara mereka di rumah kami... أمِينْ يَا مُجِيبَ السَّائِلِينْ
Selamat Menunaikan Puasa Sunnah 'Asyuro
Wallahu A'lam Bisshowaab
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي حَازِمٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ سَمِعْتُ سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا وَقَالَ بِإِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى
Nabi saw bersabda :
"Aku dan yang memelihara yatim di Syurga seperti ini, sembari beliau membentangkan jari telunjuk dan jari tengah"
(HR. Bukhari : 5304)
Hari ini bertepatan dengan 10 Muharrom dan sebagian mayarakat Indonesia menjadikan tanggal 10 Muharram sebagai 'Hari Raya Yatim'.
Tidak ada dalil yang menguatkan anggapan ini, tetapi alquran dan alhadits banyak sekali bercerita tentang keutamaan berlaku baik kepada anak yatim.
Maka lebih tepat bila menjadikan sepanjang hari adalah menjadi 'hari raya' anak yatim, dimana kita berlomba memberikan yang terbaik kepada mereka (baca: yatim), memelihara dan menyantuni mereka adalah bagaikan memelihara dan menyantuni 'putra-putri' Nabi Saw, karena Nabi adalah Abal Yataama (bapaknya anak-anak yatim), kabar gembira buat mereka yang memelihara yatim adalah 'kepastian' masuk Syurga dan berdekatan dengan Nabi saw di Syurga..
Ya Rabb... Lembutkan hati kami terhadap para yatim dan berikan kami kemampuan memelihara mereka di rumah kami... أمِينْ يَا مُجِيبَ السَّائِلِينْ
Selamat Menunaikan Puasa Sunnah 'Asyuro
Wallahu A'lam Bisshowaab
Monday, December 5, 2011
Pastikan Hadits yang Sahih
Seringkali kita menerima informasi hikmah, ajakan ibadah, yang dikatakan merujuk kepada hadits Rasulullah.
Ternyata, banyak juga hadits lemah, hadits palsu, bahkan yang ternyata sama sekali bukan hadits.
Untuk itu, kita perlu memiliki cara referensi agar bisa memastikan suatu hadits adalah sahih.
Berikut copy paste dari broadcast message di blackberry messenger, cara dan referensi jika kita menerima informasi yang dikatakan bersumber dari hadits :
(1). Tanyakan kepada yang mengirim pesan, hadits tersebut riwayat siapa? Dari kitab mana?
(2). Jika ia menggunakan nama Imam Bukhari dan Muslim, maka tanyakan dalam Shahih Bukhari dan Muslim, no berapa? atau Juz dan Halaman berapa? atau dalam Bab apa? Supaya bisa dilacak kebenarannya.
(3). Jika menerima informasi tentang hadits harap langsung tanyakan dulu sumber haditsnya kepada mereka yang menguasai ilmunya. Jangan langsung disebarkan. Sebab bila itu hadits palsu maka kita ikut menyebarkan kebohongan atas nama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
(4).Usahakan di rumahada kitab pokok bagi seorang muslim yaitu:
a. Kitab Al Qur'an dan Tafsir dari Ulama ahli Tafsir yang Masyhur.
b. Kitab Shahih Bukhari dan kitab Shahih Muslim serta Syarahnya(Tafsirnya).
c. Kitab hadits yang telah diteliti keshahihan oleh ahli hadits.
d. Kitab Fiqh dari Ulama Ahlus Sunnah yang Faqqih (betul-betul ahli fiqh.
Dengan demikian kedustaan-kedustaan tentang Allah dan Rasul-Nya serta Agama dapat ditangkal.
Semoga bermanfaat.
Ternyata, banyak juga hadits lemah, hadits palsu, bahkan yang ternyata sama sekali bukan hadits.
Untuk itu, kita perlu memiliki cara referensi agar bisa memastikan suatu hadits adalah sahih.
Berikut copy paste dari broadcast message di blackberry messenger, cara dan referensi jika kita menerima informasi yang dikatakan bersumber dari hadits :
(1). Tanyakan kepada yang mengirim pesan, hadits tersebut riwayat siapa? Dari kitab mana?
(2). Jika ia menggunakan nama Imam Bukhari dan Muslim, maka tanyakan dalam Shahih Bukhari dan Muslim, no berapa? atau Juz dan Halaman berapa? atau dalam Bab apa? Supaya bisa dilacak kebenarannya.
(3). Jika menerima informasi tentang hadits harap langsung tanyakan dulu sumber haditsnya kepada mereka yang menguasai ilmunya. Jangan langsung disebarkan. Sebab bila itu hadits palsu maka kita ikut menyebarkan kebohongan atas nama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
(4).Usahakan di rumahada kitab pokok bagi seorang muslim yaitu:
a. Kitab Al Qur'an dan Tafsir dari Ulama ahli Tafsir yang Masyhur.
b. Kitab Shahih Bukhari dan kitab Shahih Muslim serta Syarahnya(Tafsirnya).
c. Kitab hadits yang telah diteliti keshahihan oleh ahli hadits.
d. Kitab Fiqh dari Ulama Ahlus Sunnah yang Faqqih (betul-betul ahli fiqh.
Dengan demikian kedustaan-kedustaan tentang Allah dan Rasul-Nya serta Agama dapat ditangkal.
Semoga bermanfaat.
Puasa 9 dan 10 Muharram
Copy paste dari broadcast message Blackberry, semoga bermanfaat :-)
Bismillah, Saudara2, bpk/ibu Rahimakumullah.
Saya dapat pertanyaan tentangg BBM hadits di bawah:
Fadhillah Bulan Muharram..
"Barang siapa berpuasa pada 9-10 Muharram (besok Senin & Selasa), maka seolah-olah ia telah melakukan ibadah selama 2 tahun, dan siapapun yang mengingatkan orang lain fadhillah ini, seolah-olah ia telah melakukan ibadah selama 80 tahun"
Penjelasan : Tidak ada dalil pahala ibadah 2 tahun dan pahala ibadah 80 tahun, ini adakah hadits palsu/maudhu'.
Yang benar adalah hadits ini :
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
Dari Abu Qatadah radhiyallohu anhu bahwa Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam bersabda, “Puasa hari ‘Asyuro aku berharap kepada Allah akan menghapuskan dosa tahun lalu” [ HR. Tirmidzi (753), Ibnu Majah (1738) dan Ahmad(22024).
Hadits semakna dengan ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shohih beliau (1162) ]
Bagi yang ingin berpuasa ‘Asyuro hendaknya berpuasa juga sehari sebelumnya
Ibnu Abbas radhiyallohu ‘anhuma berkata :
Ketika Rasulullah shallallohu alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan kaum muslimin berpuasa, mereka (para shahabat) menyampaikan, "Ya Rasulullah ini adalah hari yang diagungkan Yahudi dan Nasrani". Maka Rasulullah shallallohu alaihi wasallam pun bersabda :
فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
:"Jika tahun depan insya Allah (kita bertemu kembali dengan bulan Muharram), kita akan berpuasa juga pada hari kesembilan (tanggal sembilan).“
Akan tetapi belum tiba Muharram tahun depan hingga Rasulullah shallallohu alaihi wasallam wafat di tahun tersebut [ HR. Muslim (1134) ]
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ صُومُوا التَّاسِعَ وَالْعَاشِرَ وَخَالِفُوا الْيَهُودَ
Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma beliau berkata, “Berpuasalah pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharram, berbedalah dengan orang Yahudi” [ Diriwayatkan dengan sanad yang shohih oleh Baihaqi di As Sunan Al Kubro (8665) dan Ath Thobari di Tahdzib Al Aatsaar(1110)]
Bismillah, Saudara2, bpk/ibu Rahimakumullah.
Saya dapat pertanyaan tentangg BBM hadits di bawah:
Fadhillah Bulan Muharram..
"Barang siapa berpuasa pada 9-10 Muharram (besok Senin & Selasa), maka seolah-olah ia telah melakukan ibadah selama 2 tahun, dan siapapun yang mengingatkan orang lain fadhillah ini, seolah-olah ia telah melakukan ibadah selama 80 tahun"
Penjelasan : Tidak ada dalil pahala ibadah 2 tahun dan pahala ibadah 80 tahun, ini adakah hadits palsu/maudhu'.
Yang benar adalah hadits ini :
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
Dari Abu Qatadah radhiyallohu anhu bahwa Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam bersabda, “Puasa hari ‘Asyuro aku berharap kepada Allah akan menghapuskan dosa tahun lalu” [ HR. Tirmidzi (753), Ibnu Majah (1738) dan Ahmad(22024).
Hadits semakna dengan ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shohih beliau (1162) ]
Bagi yang ingin berpuasa ‘Asyuro hendaknya berpuasa juga sehari sebelumnya
Ibnu Abbas radhiyallohu ‘anhuma berkata :
Ketika Rasulullah shallallohu alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan kaum muslimin berpuasa, mereka (para shahabat) menyampaikan, "Ya Rasulullah ini adalah hari yang diagungkan Yahudi dan Nasrani". Maka Rasulullah shallallohu alaihi wasallam pun bersabda :
فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
:"Jika tahun depan insya Allah (kita bertemu kembali dengan bulan Muharram), kita akan berpuasa juga pada hari kesembilan (tanggal sembilan).“
Akan tetapi belum tiba Muharram tahun depan hingga Rasulullah shallallohu alaihi wasallam wafat di tahun tersebut [ HR. Muslim (1134) ]
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ صُومُوا التَّاسِعَ وَالْعَاشِرَ وَخَالِفُوا الْيَهُودَ
Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma beliau berkata, “Berpuasalah pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharram, berbedalah dengan orang Yahudi” [ Diriwayatkan dengan sanad yang shohih oleh Baihaqi di As Sunan Al Kubro (8665) dan Ath Thobari di Tahdzib Al Aatsaar(1110)]
Friday, December 2, 2011
Sabar
Ceramah Dzuhur kali ini diisi oleh Ust. M. Muhit Murtadha. Mohon maaf saya tidak datang dari awal, mudah-mudahan bermanfaat.
Dalam hal kesabaran dan ketakwaan, maka manusia dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok.
Pertama adalah mereka yang sabar dan juga bertakwa, yaitu mereka yang ahli ibadah, dan juga kuat dan mampu untuk bersabar ketika ditimpa musibah.
Kedua adalah mereka yang bertakwa tetapi tidak bersabar, yaitu mereka yang ahli ibadah, namun tidak kuat dan tidak mampu untuk bersabar dalam musibah.
Ketiga adalah mereka yang memiliki kesabaran tetapi tidak bertakwa, yaitu orang-orang yang memiliki perilaku kurang baik, tetapi konsisten dalam ketidakbaikan tersebut.
Keempat yang terburuk adalah mereka yang tidak memiliki ketakwaan, juga tidak memiliki kesabaran.
Ada beberapa adab dalam bersabar :
Pertama, bersabar dilakukan di awal peristiwa itu terjadi.
Dikisahkan ada seorang wanita yang putranya meninggal dunia, dan wanita ini sangat bersedih, menangis tersedu-sedu di makam putranya itu. Rasulullah melewati wanita tersebut dan mengingatkan agar ia bertakwa dan bersabar. Wanita ini tanpa menoleh mengusir Rasulullah. Maka Rasulullah pun berlalu. Lalu seseorang yang melihat kejadian tersebut menyampaikan kepada wanita itu bahwa tadi yang menegur adalah Rasulullah. Wanita itu pun mendatangi Rasulullah. Rasulullah pun menjelaskan bahwa kesabaran itu pada pukulan pertama.
Kedua, mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi roji’un waktu ada musibah dan membaca doa, memohon agar diberikan pahala dalam musibah dan diberikan ganti yang lebih baik.
Ketiga, berusaha menenangkan menahan fisik dan lisan. Yaitu menahan untuk tidak memukul, membanting, merusak, serta menahan lisan agar tidak mengucapkan kata-kata yang tidak baik.
Salah satu bentuk kesabaran adalah berusaha untuk tidak menunjukkan bekas musibah.
Seperti pada kisah Ummu Sulaim, ketika anaknya meninggal dunia pada saat suaminya, Abu Thalhah sedang tidak ada di rumah. Ketika suaminya tiba di rumah dan menanyakan kabar anaknya yang memang sedang sakit, Ummu Sulaim menjawab, “Anak kita lebih tenang dari sebelumnya.” Lalu Ummu Sulaim pun melayani suaminya, menyiapkan makan, dan melakukan hubungan suami istri. Ketika kondisi sudah tenang, barulah Ummu Sulaim menyampaikan bahwa putra mereka telah meninggal.
Abu Thalhah pun marah dan melaporkan istrinya itu kepada Rasulullah. Rasulullah pun bertanya, apakah semalam Abu Thalhah berhubungan suami istri, Abu Thalhah mengiyakan, dan Rasulullah mendoakan agar hubungan itu diberkahi. Beberapa waktu kemudian ternyata Ummu Sulaim mengandung dan lahir seorang anak yang dinamai Abdullah yang kemudian memiliki banyak keturunan yang hafal Al Qu’ran.
Ada seorang sahabat juga yang tidak menunjukkan kesedihan ketika terjadi musibah, dan ketika sahabat lain bertanya tentang hal itu, ia menjawab, “Mengapa harus berlarut-larut dalam kesedihan, bukankah Allah menjanjikan 3 hal bagi mereka yang mengalami musibah lalu mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi rojiun, yaitu shalawat dari Allah, rahmat, serta termasuk dalam orang yang mendapatkan petunjuk."
Salah satu tanda seseorang mengagungkan Allah adalah ketika tidak merasa perlu mengadukan musibah kepada siapapun. Karena salah satu harta simpanan kebaikan adalah ketika dapat menyembunyikan rasa duka. Dan justru gembira ketika ada musibah, karena di sana ada pahala yang besar.
Dalam hal kesabaran dan ketakwaan, maka manusia dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok.
Pertama adalah mereka yang sabar dan juga bertakwa, yaitu mereka yang ahli ibadah, dan juga kuat dan mampu untuk bersabar ketika ditimpa musibah.
Kedua adalah mereka yang bertakwa tetapi tidak bersabar, yaitu mereka yang ahli ibadah, namun tidak kuat dan tidak mampu untuk bersabar dalam musibah.
Ketiga adalah mereka yang memiliki kesabaran tetapi tidak bertakwa, yaitu orang-orang yang memiliki perilaku kurang baik, tetapi konsisten dalam ketidakbaikan tersebut.
Keempat yang terburuk adalah mereka yang tidak memiliki ketakwaan, juga tidak memiliki kesabaran.
Ada beberapa adab dalam bersabar :
Pertama, bersabar dilakukan di awal peristiwa itu terjadi.
Dikisahkan ada seorang wanita yang putranya meninggal dunia, dan wanita ini sangat bersedih, menangis tersedu-sedu di makam putranya itu. Rasulullah melewati wanita tersebut dan mengingatkan agar ia bertakwa dan bersabar. Wanita ini tanpa menoleh mengusir Rasulullah. Maka Rasulullah pun berlalu. Lalu seseorang yang melihat kejadian tersebut menyampaikan kepada wanita itu bahwa tadi yang menegur adalah Rasulullah. Wanita itu pun mendatangi Rasulullah. Rasulullah pun menjelaskan bahwa kesabaran itu pada pukulan pertama.
Kedua, mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi roji’un waktu ada musibah dan membaca doa, memohon agar diberikan pahala dalam musibah dan diberikan ganti yang lebih baik.
Ketiga, berusaha menenangkan menahan fisik dan lisan. Yaitu menahan untuk tidak memukul, membanting, merusak, serta menahan lisan agar tidak mengucapkan kata-kata yang tidak baik.
Salah satu bentuk kesabaran adalah berusaha untuk tidak menunjukkan bekas musibah.
Seperti pada kisah Ummu Sulaim, ketika anaknya meninggal dunia pada saat suaminya, Abu Thalhah sedang tidak ada di rumah. Ketika suaminya tiba di rumah dan menanyakan kabar anaknya yang memang sedang sakit, Ummu Sulaim menjawab, “Anak kita lebih tenang dari sebelumnya.” Lalu Ummu Sulaim pun melayani suaminya, menyiapkan makan, dan melakukan hubungan suami istri. Ketika kondisi sudah tenang, barulah Ummu Sulaim menyampaikan bahwa putra mereka telah meninggal.
Abu Thalhah pun marah dan melaporkan istrinya itu kepada Rasulullah. Rasulullah pun bertanya, apakah semalam Abu Thalhah berhubungan suami istri, Abu Thalhah mengiyakan, dan Rasulullah mendoakan agar hubungan itu diberkahi. Beberapa waktu kemudian ternyata Ummu Sulaim mengandung dan lahir seorang anak yang dinamai Abdullah yang kemudian memiliki banyak keturunan yang hafal Al Qu’ran.
Ada seorang sahabat juga yang tidak menunjukkan kesedihan ketika terjadi musibah, dan ketika sahabat lain bertanya tentang hal itu, ia menjawab, “Mengapa harus berlarut-larut dalam kesedihan, bukankah Allah menjanjikan 3 hal bagi mereka yang mengalami musibah lalu mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi rojiun, yaitu shalawat dari Allah, rahmat, serta termasuk dalam orang yang mendapatkan petunjuk."
Salah satu tanda seseorang mengagungkan Allah adalah ketika tidak merasa perlu mengadukan musibah kepada siapapun. Karena salah satu harta simpanan kebaikan adalah ketika dapat menyembunyikan rasa duka. Dan justru gembira ketika ada musibah, karena di sana ada pahala yang besar.
Subscribe to:
Posts (Atom)