Tuesday, June 5, 2012

Isra’ Mi’raj berdasarkan Hadits Sahih

Dari Kajian Muslimah di kantor, yang disampaikan oleh Ustadzah Hamidah.

Kisah tentang Isra’ Mi’raj ada dalam beberapa hadits shahih yaitu Bukhari : 3598, Nasa’i : 456, dan Muslim : 5228.

Dari yang pernah kita dengar, Isra Mi’raj adalah perjalanan nabi Muhammad, dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha (mampir atau langsung?) lalu dari Masjidil Aqsha ke langit ke tujuh / sidratul muntaha (benarkah? samakah sidratul muntaha dan langit ke-7?)

Isra’ artinya perjalanan malam. Bani Israil adalah keturunan dari Nabi Ishaq, kemudian Nabi Yakub yang memiliki nama lain Israil. Nabi Yakub memiliki nama lain Israil karena sering melakukan perjalanan malam hari dari Palestina ke Mesir menjenguk Nabi Yusuf yang menjadi penguasa di Mesir. Perjalanan dilakukan di malam hari, karena kondisi di siang hari sangat berat. Nabi Musa, Nabi Isa adalah bangsa Israil. Nabi Muhammad adalah Bani Ismail, keturunan Ismail. Dengan perjalanan Isra’ Mi’raj, Allah memberikan kemuliaan kepada nabi Muhammad, yang bukan sekedar Isra’, tetapi juga Mi’raj.

Nabi Muhammad dijemput oleh Jibril untuk melakukan Isra’, dari Masjidl Haram menuju Masjidil Aqsha, dan mampir di 3 tempat. Di semua tempat tersebut Rasulullah turun, dan diperintahkan untuk shalat, dan Jibril bertanya, “Tahukah engkau di mana tadi engkau shalat”, Rasulullah tidak tahu, dan Jibril menjelaskan. 3 tempat tersebut adalah yaitu Thayyibah (Madinah, dan Jibril jelaskan bahwa nanti akan hijrah ke sana), Thursina (tempat Nabi Musa menerima wahyu), dan Baitul Lahm (tempat nabi Isa dilahirkan).

Sampai di Palestina, di Masjidil Aqsha, Allah telah membangkitan para nabi yang menyambut Rasulullah. Hal ini menjelaskan bahwa Rasulullah adalah nabi terakhir. Nabi-nabi sebelumnya adalah nabi untuk suatu kaum. Rasulullah adalah nabi untuk seluruh umat manusia.
Jibril lalu memerintahkan Rasulullah : “Majulah ke tempat imam, pimpin para nabi untuk shalat di bawah kepemimpinanmu”.

Selanjutnya perjalanan Mi’raj, menuju ‘Arsy Allah, tempat di atas tempat segalanya.
Dalam perjalanan Mi’raj, Rasulullah mampir di 9 tempat :

Langit pertama, berjumpa dengan Nabi Adam.
Langit kedua, berjumpa dengan Nabi Yahya dan Nabi Isa.
Langit ketiga, berjumpa dengan Nabi Yusuf.
Langit keempat, berjumpa dengan Nabi Idris.
Langit kelima, berjumpa dengan Nabi Harun.
Langit keenam, berjumpa dengan Nabi Musa.
Langit ketujuh, berjumpa dengan Nabi Ibrahim.

Berikutnya, nabi singgah di dua tempat di atas langit :

Pertama, sidratul muntaha, Rasulullah diperlihatkan 4 sungai, yaitu 2 sungai di surga dan 2 sungai di bumi. 2 sungai di bumi tersebut merupakan wilayah milik umat Islam sampai akhir zaman, yaitu Sungai Nil (Mesir, Sudan) dan Sungai Ifrad (Irak). Wilayah utama adalah Al Aqsha dan Masjidil Haram, tempat nanti Dajjal dibunuh oleh Nabi Isa.  Wilayah terbentang dari Mekkah, Madinah, Irak, Iran, Mesir, Sudan, Yaman, Afqhanistan. Israel Raya merujuk pada hal ini, dan menguasai wilayah Palestina. Di bawah Masjidil Aqsha sudah dibangun Haikal (kerajaan) Sulaiman.  Dan penguasaan seluruh wilayah termasuk Yaman, Afghanistan adalah bagian dari misi ketuhanan.

Kedua, baitul ma’mur, tempat Allah SWT menurunkan Al Qur’an dengan sifat-Nya Al Aziz (keseluruhan secara lengkap, Allah sudah mengetahui segala kejadian) yang kemudian dilanjutkan sifat-Nya Ar Rahim, (melalui malaikat Jibril ke Rasulullah di bumi, dengan bertahap).

Di sini Rasulullah diberikan 3 pilihan minuman yaitu susu, madu, dan khamr surga yang tidak memabukkan. Pilihan Rasulullah akan menjadi takdir bagi umat beliau. Beliau memilih susu, maka “Engkau memilih untukmu dan umatmu dalam keadaan fitrah”, yaitu umat Islam dapat kembali suci. Berbeda dengan umat terdahulu yang jika berdosa maka diberikan azab.

Umat Islam dapat kembali suci di bulan Ramadhan, bulan pembakaran, yang dapat menggugurkan dosa, menjadi suci seperti baru dilahirkan. Pembakaran jiwa, agar menjadi lunak dan mudah dibentuk menjadi bentuk yang terbaik di sisi Allah, yaitu takwa. Doa minal aidin wal faizin, bukan dari rasulullah, bermakna “Semoga Allah menjadikan engkau kembali suci  dan menjadi pemenang”.

Jika kita memahami makna Isra’ Mi’raj maka di dalamnya terkandung persiapan untuk menghadapi Ramadhan.

Di ‘Arsy Allah, Rasullah tidak ditemani, dan menerima perintah shalat dari Allah. Nabi turun ke langit ke-6 dan bertemu Nabi Musa dan kembali ke ‘Arsy Allah beberapa kali, dengan perintah shalat yang semula 50, 40, dst, sampai dengan 5 kali sehari.

Isra’ Mi’raj bukan terjadi di tanggal 27 Rajab. 27 Rajab adalah waktu ketika Shalahudiin Al Ayubi merebut kembali Al Aqsha.

Tidak ada puasa tertentu di bulan Rajab. Yang sahih adalah puasa sunnah yang rutin dilakukan Rasulullah seperti di bulan-bulan lain yaitu Puasa Daud, atau Senin Kamis dan ayyamul bid (pertengahan bulan).

No comments: