Pengajian siang ini disampaikan oleh Ustadz Amir Faishol Fath.
Al muddatstsir, adalah isim fail (kata yang menunjukkan pelaku), kata dasarnya adalah datsara (kata kerja lampau) dan yudatstsiru (kata kerja sedang). Artinya adalah orang yang sedang berselimut.
Sama dengan al muzzammil, zamala, yuzammilu.
Ilmu yang mempelajari pecahan-pecahan kata dalam Bahasa Arab disebut dengan ilmu sharf. Jika ingin memahami Bahasa Arab, maka ilmu ini harus dihafalkan.
Tafsir surat Al Muddatstsir terdapat dalam riwayat dari Imam Bukhari, sebagai berikut :
“Sesungguhnya aku berdiam diri di gua Hira. Maka ketika habis masa diamku, aku turun lalu aku telusuri lembah. Aku melihat ke kanan, tidak ada apa-apa, aku melihat ke kiri, tidak ada apa-apa, aku melihat ke depatn, tidak ada apa-apa, aku melihat ke belakang, tidak ada apa-apa. Lalu aku lihat ke langit, tiba-tiba aku melihat Jibril duduk di atas kursi.”
Kursi ini adalah penggambaran akan hal yang gaib. Dalam riwayat lain diceritakan tentang Jibril yang memiliki 600 sayap, yang jika sayapnya dibuka, maka langit timur dan barat tertutup.
Lanjutan dari hadits tadi, “Maka aku temui Khadijah, dan aku berkata ‘Selimuti aku’, maka Khadijah pun menyelimuti Rasulullah."
Sebagaimana dalam surat Al Muzzammil ayat 4, yang menyatakan bahwa “akan Kuberikan kepadanya perkataan yang berat”. Makna berat dalam hal ini ada dua, yaitu berat ketika Rasulullah menerimanya, sehingga beliau gemetar dan berkeringat. Atau berat dari sisi hukum, berat untuk mempelajari dan mengamalkannya.
Rasulullah kemudia meminta agar dikompres ubun-ubunnya dengan air dingin.
Lalu turunlah surat Al Muddatstsir ayat 1-3.
Ketiga ayat tersebut diakhiri dengan huruf ra yang sebelumnya berbunyi kasrah, maka dibaca dengan tarqiq (seperti tersenyum).
Dalam surat Al Muddatstsir Allah memanggil bukan dengan nama, melainkan dengan perbuatan Rasulullah, yang saat itu sedang berselimut. Hal itu adalah bentuk penghormatan. Seperti juga ketika Rasulullah memanggil Aisyah dengan wahai Humairah, wahai yang berpipi merah. Seperti juga ketika kita memanggil seseorang yang kita hormati dengan jabatannya.
Ketika Allah memanggil dengan perbuatan tersebut, Rasulullah segera meninggalkan selimutnya. Hal ini dapat menjadi pelajaran bagi kita, jika kita ingin membuat seseorang menghentikan suatu kegiatan yang kurang baik, kita bisa panggil orang tersebut dengan apa yang sedang dilakukannya. Misalnya, wahai orang yang kecanduan game, wahai orang yang sufi (suka film), dsb :-)
Dari makna ini juga dapat difahami bahwa selimut sering membuat orang terlena, membuat orang tidak terbangun subuh, dan menjadi penghalang bagi kedekatan kepada Allah.
No comments:
Post a Comment