Untuk melatih toilet training pada bayi, ada dua jenis pendekatan.
Yang pertama memulai sedini mungkin. Biasanya dimulai ketika bayi sudah mulai bisa duduk, dengan mendudukkan bayi secara periodik, dan menunggu sampai bayi BAK. Cara ini sering disebut juga dengan tatur.
Dengan cara ini bayi sering kali cepat untuk mampu BAK dan BAB di toilet dan berhenti mengompol.
Namun ada yang berpendapat bahwa usia tersebut terlalu dini jika dibandingkan dengan tahapan perkembangan bayi. Sehingga jika dipaksakan, walaupun bayi sempat dapat mengendalikan BAK dan BAB-nya, terdapat kemungkinan bahwa setelah usia batita, anak akan kembali mengompol.
Karena itu muncul pendapat kedua, yang menunggu sampai anak berusia sekitar 2 tahun, ketika anak memang sudah mengerti perintah, sudah bisa merasa kita akan BAK dan BAB, dan sudah bisa menyampaikan ke orang lain. Memang di satu sisi rasanya "sangat terlambat" jika dibandingkan dengan anak yang sudah di-"tatur" sejak bayi. Tapi biasanya prosesnya lebih cepat karena sesuai dengan perkembangan anak, dan hasilnya lebih langgeng.
Saya pilih metode yang kedua.
Memang sempat "gemes" karena sampai 2 tahun anak saya masih pakai popok sementara ada anak teman saya yang sudah sukses tanpa popok sejak usia 7 bulan.
Tapi, saya tetap sabar menanti :-)
Beberapa tips suskes toilet training, dari pengalaman ditambah dengan hasil diskusi di milis balita-anda.
1. Indikasi anak bisa mulai toilet training adalah anak sudah bisa merasa ketika akan BAK atau BAB, sudah bisa mengerti perintah, dan sudah bisa menyampaikan bahwa dia ingin BAK atau BAB.
2. Selama belum berhasil toilet training, sebaiknya anak tetap menggunakan cloth diaper baik ketika siang maupun malam, agar BAK tidak berceceran.
3. Tahap pertama ada latihan toilet training di siang hari, diawali dengan BAK. Minta anak agar menyampaikan ketika akan BAK. Tawarkan untuk BAK secara periodik, misalnya 2 jam sekali. Salah satu cara yang efektif adalah memulai di sekolah dengan guru.
Buat suasana toilet menyenangkan dan tenang. Gunakan alas toilet agar anak tidak "terperosok" masuk ke kloset.
Jangan buat anak stress ketika dalam perjalanan ke toilet. Salah satu cara yang saya gunakan adalah "mengajak bicara pada BAK". Saya katakan "Pis, jangan dulu keluar ya Pis, keluarnya di kloset ya." Jadi anak merasa bahwa mereka "ditemani" menahan BAK.
4. Jika tahap pertama sudah sukses, tahap kedua adalah menahan BAB, yang biasanya lebih mudah daripada BAK.
Pada tahap ini anak sudah bisa tanpa cloth diaper di rumah di siang hari. Namun ketika pergi sebaiknya masih menggunakan cloth diaper, karena anak belum tentu nyaman dengan toilet di luar rumah. Dan ketika malam, juga masih menggunakan cloth diaper.
5. Jika tahap pertama dan kedua sudah sukses sekitar satu-dua minggu, tahap ketiga adalah toilet training ketika pergi. Tahap awal anak bisa tetap menggunakan cloth diaper dulu.
Untuk bepergian, juga buat BAK dan BAB sebagai hal yang menyenangkan. Pilih toilet yang bersih, dan cek periodik apakah anak ingin BAK dan BAB.
Jika sudah cukup sukses, bisa mulai tanpa cloth diaper, namun ada baiknya cloth diaper tetap dibawa. Jika di jalan anak ingin BAK atau BAB dan sulit mencari toilet, bisa dipakaikan cloth diaper agar anak BAK dan BAB di sana. Namun ada beberapa anak yang sudah terbiasa BAK dan BAB di toilet justru kesulitan BAK dan BAB di cloth diaper.
6. Jika tahap ketiga sudah sukses, bisa masuk ke tahap terakhir yaitu toilet training untuk malam hari.
Pastikan anak BAK dulu sebelum tidur dan tidak minum terlalu banyak. Minta anak agar membangunkan kita, jika ingin BAK.
Jika sudah sukses sekitar satu-dua minggu, artinya anak kita sudah lulus toilet training! Selamat yaaa :-)
Oya, kadang-kadang anak masih terlupa dan BAK di celana atau mengompol. Tetap tenang, jangan marahi anak. Berikan motivasi dan ingatkan kembali agar BAK di kloset.
Semoga sukses toilet training!
No comments:
Post a Comment