Di suatu siang saya tanpa terencana ikut acara reuni dengan teman-teman kerja saya di Surabaya sekitar 10 tahun yang lalu.
Sebuah kebetulan yang cukup aneh. Saya hari itu tidak biasanya makan di cafe lantai dasar kantor. Dan ternyata mereka sedang berkumpul yang juga mendadak.
Ada yang sekarang sudah di Bandung, Kediri, Jakarta, dan ada juga yang masih di Surabaya.
Senang juga bertemu lagi dan saling meng-update kondisi saat ini, dan senang melihat beberapa teman sudah makin sukses, sudah semakin salih dan salihah, dan ada yang sudah menikmati masa pensiun.
Sebelumnya, saya pernah agak ragu untuk mengikuti aneka reuni. Dan sepertinya reuni kebetulan ini memastikan bahwa keraguan saya itu benar adanya.
Dalam reuni kemarin, karena kita sudah lama tidak berjumpa, cukup sulit untuk mencari topik pembicaraan. Salah satu yang mudah dan seru akhirnya adalah saling berolok-olok dan saling mencela. Walaupun sebenarnya dimaksudkan untuk bercanda. Satu keraguan saya terjawab.
Topik pembicaraan lain yang biasanya juga muncul adalah membicarakan teman lain dan bos, yang biasanya juga hal yang kurang baik, karena justru itulah yang menarik untuk dibahas. Kalau dengan teman sekolah, maka sasarannya adalah para guru dan dosen. Keraguan kedua saya terjawab.
Terakhir, yang tadinya saya perkirakan tidak akan terjadi dalam reuni kali ini. Dalam pergaulan laki-laki perempuan, apa lagi di masa mereka belum menikah, biasanya ada "para mantan" yang berjumpa kembali. Ternyata di antara teman-teman saya itu ada yang pernah berhubungan dengan teman sekantor, baik yang keduanya datang, maupun salah satunya yang datang di reuni. Mereka yang pernah berpasangan itu "dibawa" oleh teman-temannya untuk mengingat masa lalu. Ini memang jadi topik yang menarik.
Apa lagi jika dengan teman sekolah atau teman kuliah, yang memang merupakan masa remaja penuh gejolak. Jumlah mantan pasangan akan makin banyak, dengan aneka kisah yang makin bervariasi.
Walaupun banyak yang sudah melupakan para mantannya, tidak sedikit juga yang masih "ada sesuatu". Dan dalam reuni, "sesuatu" yang semula berupa percikan api, bisa kembali berkobar menjadi api yang besar. Keraguan ketiga terjawab.
Saya sempat bertanya kepada dua orang tentang hal ini. Yang pertama kepada ustadz salafi, yang kedua kepada ustadzah yang lebih moderat.
Ustadz salafi dengan tegas melarang. Alasannya adalah dalam reuni ada perjumpaan laki-laki dan perempuan tanpa urusan yang penting. Dan jika pun pesertanya hanya perempuan, seringkali terjebak pada pergunjingan.
Ustadzah yang lebih moderat membolehkan, asal diniatkan untuk menjaga silaturrahim dan amar ma'ruf nahi munkar.
Setelah kejadian reuni kebetulan itu, sepertinya cukup jelas, mana yang saya akan ikuti..
2 comments:
Hi Mei....
Sy juga pernah mengalami hal yang sama... Kadang mikir acara reuni ini dateng gak ya? acara gathering ini dateng gak ya? Kalo sy pikir gak penting sy gak dateng takutnya ya gitu... cuma happy happy gak jelas..he..he..he.. Piss ah :)
Thanks for sharing :D
Hi lagi Ipiii..
Hehe ternyata ada yang mengalami hal yang sama yaa.. :-)
Iya kadang2 nggak enak juga ya, dikira sombong apa gimana gitu..
Tapi akhirnya gw abaikan saja, terserah deh mau dibilang apa, yang penting ku tau yang baik untukku :-)
Setuju kaaah :-)
Terima kasih juga atas comment-nya ya Ipii.. Ditunggu lagi comment2 lainnya :-)
Post a Comment