Dari ceramah dzuhur yang disampaikan oleh Ustadz Abdul Muhit Murtadho. Semoga bermanfaat.
Dalam Hadits Rasulullah disebutkan :
Suatu saat nanti akan ada pemimpin yang mereka melakukan perbuatan
baik dan juga melakukan perbuatan buruk. Maka jika kalian mengingkari dan
membenci perbuatan buruk itu, kalian akan akan selamat. Jika kalian ridha
dengan perbuatan buruknya, kalian berdosa.
Sahabat bertanya, apakah diperbolehkan untuk memerangi pemimpin
yang demikian?
Rasulullah menjawab, tidak boleh, selama pemimpin tersebut masih
melaksanakan shalat.
Karena shalat merupakan ciri ber-Islam-nya seseorang, tanpa
melihat kualitas shalat tersebut.
Bila seseorang shalat, tetapi perbuatannya buruk, kita mungkin
meragukan shalat orang tersebut, karena seharusnya shalat menjauhkan seseorang
dari perbuatan keji dan mungkar. Tetapi kita harus tetap percaya bahwa ia
adalah seorang muslim.
Shalat merupakan pembeda antara kafir dan Islam.
Dalam syariat lain kondisi kafir adalah ketika kufur yang disertai
dengan pengingkaran. Untuk shalat, walaupun seseorang masih mengimani syariat
shalat, tetapi ia tidak melakukan shalat, maka mayoritas ulama sepakat bahwa ia
dihukumi kafir.
Hadits dari Zainab RA, suatu ketika Nabi datang ke rumah, dalam
keadaan ketakutan dan beliau berkata, “Celaka orang Arab dari keburukan yang akan
datang. Yaitu ketika dinding yang membatasi Ya’juj dan Ma’juj sudah berlubang.”
(Rasulullah melingkarkan 2 jari membentuk lubang).
Peristiwa tersebut adalah salah satu dari tanda besar menjelang
kiamat. Ya’juj dan Ma’juj adalah kabilan keturunan manusia yang senantiasa
membuat kerusakan. Di maza Dzulqarnain mereka dipagari dan sampai hari ini
tidak bisa keluar. Lalu dengan dooa nabi Isa, kabilah ini nanti akan dapat dibinasakan.
Sepanjang siang mereka berusaha keluar, lalu di malam hari mereka beristirahat.
Sahabat pernah bertanya, “Di hari kiamat nanti, apakah kami akan
dibinasakan, walaupun masih ada orang yang beriman?” Rasulullah menjawab, “Ya,
jika kemaksiatan sudah banyak.”
Karena orang beriman tidak boleh mendiamkan kemunkaran. Paling
lemah adalah mengingkarinya. Tidak boleh kemunkaran dianggap sebagai hal biasa.
Di masa sebelum nabi Muhammad, ada ahli kitab yang bertemu dengan sesama
ahli kitab yang munkar. Lalu ia berikan peringatan, namun mereka tetap tidak
berubah. Di kali kedua, mereka membiarkan. Allah kemudian akan menutup hati
mereka.
No comments:
Post a Comment